Konbawa minna-san. Gomenne Bella update-nya lama banget. Hontouni gomenasai~

Bella usahain lebih bertanggung jawab sama fic-ficnya Bella

Arigatou yang sudah membaca fic ini sampai saat ini. Bahkan sampai bersedia menunggu fic ini berlanjut. Gomenne minna

Bella mau ucapin yang sebesar-besarnya untuk Uchiha Shesura-chan, Xinon, hikari, ScorpioNoKuga, Lian-chan, dan yang terakhir Angel or Devil karena kalian semua sudah mau meluangkan waktunya untuk me-review fic ini

Dan tak lupa terima kasih untuk kalian yang sudah menyempatkan waktunya membaca fic ini

Arigatou Gozaimasu~

Nah minna, selamat membaca!


Title : Promise

Chapter 3 : Sick

Disclaimer : Card Captor Sakura © Clamp

~Promise~ © Bella-chan

Rated : T

Genre : Romance ; Hurt/Comfort

Pairing : Sakura x Syaoran

Warning : AU, OOC, typo, abal, gaje, alur kenceng, nggak nyambung, dll

Summary : Ketika masih kecil, Sakura dan Syaoran membuat sebuah janji sebelum Syaoran pulang kembali ke Hongkong. Namun, apa yang terjadi ketika Syaoran kembali lagi ke Jepang. Namun, ia tidak mengenali Sakura dan lupa dengan janji yang dulu dibuatnya dengan Sakura. Bagaimana perasaan Sakura? Apa yang terjadi dengan Syaoran?

.

.

Please Enjoy Reading

.

.

~Promise~

Normal POV

Keesokan paginya….

Sakura berangkat sekolah dengan lesu. Matanya terlihat sayu dan wajahnya juga terlihat pucat. Ia melangkahkan kakinya menuju ke kelasnya dengan gontai. Ia mengabaikan sapaan beberapa orang yang ditemuinya di sepanjang koridor. Tidak seperti diri Sakura yang biasanya selalu ceria dan tersenyum pada siapapun itu.

"Ohayou Sakura-chan," sapa Tomoyo begitu Sakura masuk ke dalam kelas.

Sakura hanya menanggapinya dengan senyuman meski senyuman itu terlihat seperti senyum yang dipaksakan, dan Tomoyo yang notabene-nya adalah sahabat baik Sakura tahu dengan hal itu. Maka dari itu Tomoyo langsung bangkit dari bangkunya dan berjalan menghampiri Sakura yang sudah duduk di bangkunya.

"Sakura-chan kau kenapa dan hei kenapa wajahmu terlihat pucat sekali. Kau sakit?" tanya Tomoyo dengan raut wajah yang terlihat sangat khawatir dengan kondisi Sakura saat ini.

Sakura hanya menggeleng lemah. "Aku cuma kecapekan saja," jawab Sakura lirih.

Namun jawaban yang dilontarkan Sakura tidak membuat kekhawatiran Tomoyo berkurang. Dia malah menatap Sakura dengan sendu, sebenarnya hari ini dia ingin mengatakan tentang sosok yang dia lihat kemarin di pinggir sungai. Yah benar, kemarin Tomoyo mengikuti Sakura seharian dan berkat itu Tomoyo menemukan fakta baru. Fakta tentang siapa teman masa kecil Sakura itu. Tapi begitu melihat keadaan Sakura saat ini. Tomoyo memilih untuk mengurungkan niatnya itu.

'Mungkin sekarang belum waktu yang tepat untuk mengatakannya,' batin Tomoyo.

Akhirnya Tomoyo memutuskan untuk kembali ke bangkunya setelah menawarkan diri pada Sakura untuk mengantarkannya ke UKS dan tentu saja langsung ditolak oleh Sakura. Dalam perjalanannya menuju ke bangkunya yang letaknya 4 deret dari bangku Sakura, dia berpapasan dengan Syaoran yang kebetulan baru datang.

"Ohayou Li-san," sapa Tomoyo seraya tersenyum.

Syaoran hanya menatapnya sekilas lalu berjalan menuju ke bangkunya, mengabaikan Tomoyo.

"Ugh masih belum mau mengaku rupanya," gumam Tomoyo seraya duduk di bangkunya.

Skip Time

Pelajaran tengah berlangsung. Tampak Sakura yang sesekali memejamkan matanya lalu membukanya kembali. Kepalanya ditopangnya dengan kedua tangannya. Tomoyo yang melihatnya menjadi semakin khawatir dengan kondisi Sakura. Dia tahu Sakura saat ini tidak memperhatikan pelajaran sama sekali karena matanya tidak fokus pada guru yang sedang menerangkan di depan. Begitu juga dengan Tomoyo, dia tidak bisa fokus dengan pelajaran karena pikirannya dipenuhi oleh kecemasan pada Sakura. Tapi tidak hanya Tomoyo yang terlihat berulang kali melirik ke arah Sakura. Tapi Syaoran yang tempat duduknya tepat di belakang Sakura juga ikut memperhatikan Sakura dengan wajah yang terlihat… bersalah.

"Kinomoto Sakura, tolong kamu kerjakan nomer di papan tulis!" perintah guru di depan.

Sontak saja Sakura menegakkan kepalanya. "I-iya pak," sahut Sakura seraya bangkit dan berjalan menuju ke depan. Tapi baru saja beberapa langkah, tubunya sudah oleng dan akhirnya ambruk. Sontak saja semua yang ada di kelas langsung panik begitu melihat Sakura pingsan begitu saja.


~Promise~


Tomoyo sedang menunggui Sakura dengan sabar di UKS. Setelah insiden Sakura yang jatuh pingsan tadi. Tomoyo memutuskan untuk menemani sahabat terbaiknya itu. Tomoyo menatap Sakura yang masih tertidur di ranjang dengan cemas. Kata guru yang menjaga UKS tadi Sakura hanya terkena demam dan membutuhkan istirahat yang cukup.

Tomoyo melirik jam tangan mungilnya, sudah jam istirahat makan siang. Sebaiknya dia membelikan makanan untuknya dan Sakura ketika ia bangun nanti. Tanpa membuang waktu lagi, Tomoyo langsung baranjak dan berjalan keluar ruangan.

'Li-san,' batin Tomoyo begitu mendapati Syaoran yang berjalan menjauhi ruang UKS.

Akhirnya Tomoyo memutuskan untuk mengejar Syaoran. "Li-san tunggu!"

Sontak saja Syaoran menghentikan langkahnya. Seperkian detik dia terlihat kaget dan panik, seperkian detik kemudian wajahnya kembali tenang. "Ada apa?" tanyanya datar.

"Kenapa kau tidak masuk ke dalam?" tanya Tomoyo dengan wajah polos.

"Untuk apa aku melakukan itu?" tanya Syaoran balik.

"Karena aku pikir kau datang kemari karena khawatir dengan keadaan Sakura," terang Tomoyo dengan senyum yang tersungging di wajah cantiknya.

"Dan untuk apa aku harus mengkhawatirkannya?" tanya Syaoran tajam.

Tampak Tomoyo masih mempertahankan senyumannya. "Karena aku pikir kau akan merasa bersalah karena sudah membuat Sakura-chan menjadi seperti ini."

Syaoran hanya terdiam menanggapinya dan Tomoyo, dia masih saja terus tersenyum kepadanya. Dan Syaoran tahu arti di balik senyumannya itu. "Sepertinya kau sudah tahu. Iya kan?"

"Jadi memang benar kau orangnya. Tapi kenapa?" tanya Tomoyo bingung.

"Sebelum kau bertanya padaku. Aku ingin kau menjawab pertanyaanku. Dari mana kau tahu?" tanya Syaoran heran.

Lagi-lagi Tomoyo tersenyum. "Mudah saja, karena kemarin aku mengikuti Sakura sampai ke pinggir sungai dan tanpa sengaja aku juga melihatmu di sana sedang mengawasi Sakura," jelasnya.

"Hanya itu, aku yakin ada yang lain," ujar Syaoran curiga.

"Memang tidak, sebenarnya orang tuamu adalah rekan kerja ibuku. Dan dari mereka aku juga tahu kalau mereka mempunyai anak laki-laki yang dulu pernah tinggal di Jepang sewaktu dia kecil. Namun, karena suatu alasan anak laki-laki itu kembali ke negaranya. Tapi bukti yang paling kuat adalah karena kau sering memandangi Sakura saat di kelas," jelasnya.

Syaoran hanya terdiam mendengarnya. Tidak mampu untuk berkomentar apa-apa.

"Jadi, apa kau mau menjawab pertanyaanku. Kenapa kau bertingkah seolah tidak mengenal Sakura?" tanya Tomoyo penasaran.

Tampak Syaoran menghela napas panjang. "Kurasa kau sudah diberitahu oleh orang tuaku apa penyebabnya," ujar Syaoran seraya tersenyum tipis.

Sontak saja Tomoyo langsung terkejut mendengarnya. "Apa! Jangan-jangan kau….."

.

.

To Be Contiuned

.

.

PleaseReview