Disclaimer : Naruto Masashi Kishimoto

Story

Rated : T+

Genre : Romence, Drama, Family

Waning! OOC, AU,TYPO, pengerusakan karakter dan keGJan lainnya sudah pasti ada disini ^^

Happy Reading Minna :P

...

,,,,

Sasuke. POV

.

Apa kalian tahu, sebelumnya hidupku sungguh luar biasa menyenangkan.

Apa yang tak kumiliki?

Aku punya wajah tampan diatas rata-rata. Bukannya aku sombong ataupun apa, tapi itulah kenyataannya. Apalagi menampilanku didukung dengan sebuah kendaran mewah yang secara langsung aku pesan dari New York, sebuah mobil metalick berwarna Hitam, warna salah satu kesukaanku. Pekerjaan mapan dibeberapa perusahaan milik Ayah, sebuah apartemen dengan fasilitas terjamin peralatannya, dan beberapa teman kencan yang membuat laki-laki manapun yang melihatnya meneteskan air liur menjijikkan mereka. Singkatnya, duniaku luar biasa sempurna.

Tapi itu dulu, sebelum Ayah mengatakan ide yang luar biasa gilanya dengan perintah ajaib bin tidak masuk akal. Bisa-bisanya tanpa keraguan ayahku merencanakan perjodohan pada putra bungsunya ini. Aku dipaksa menikah dengan perempuan yang sama sekali bukan kekasihku. Sekali lagi, menikah dengan perempuan yang sama sekali bukan kekasihku.

Kupikir pastilah ayah tengah bercanda, apa iya, beliau tega menyuruhku menikah dengan perempuan yang sama sekali tidak kukenal sebelumnya. Bahkan aku tak yakin pilihan ayah akan seperti kriteria yang ku inginkan. Tapi ayah memanglah tidak dalam keadaan bercanda, tentulah aku tahu mimiknya saat sedang serius atau sedang bercanda. Hidup selama dua puluh lima tahun menjadi anaknya pastilah aku paham benar bagaimana sifatnya.

"Kamu kira ayah tidak mengetahui bagaimana kamu menjalin hubungan dengan beberapa wanita, Sasuke?" tuturnya masih dengan raut muka yang serius

"Memiliki kekasih itu perlu, aku tidak mau salah ambil seorang istri nantinya," kilahku membela biri "berganti-ganti pasangan itu wajar, apa ayah ingin suatu saat nanti mempunyai seorang menantu yang modelnya suka menghambur-hamburkan uang dengan percuma? akan lebih baik putus sekarang daripada cerai nantinya." Sebenarnya bukan itu alasannya. Alasan sebenarnya aku mulai bosan melihat tingkah mereka yang menjijikkan. Manja dan mata duitan. Mana mungkin aku yang sebagai keturunan Uchiha ini mau berlama-lama didekati mereka, cihhh!.

"Yang seperti itu kamu bilang memilih, Sasuke? Jangan main-main dengan yang namanya sebuah hubungan. Kau adalah penerus ayah nantinya, jaga tingkah lakumu" Uchiha Fugaku terlihat murka begitu mendengar penuturan Sasuke. "Contoh kakakmu Itachi, dia sudah mapan dengan pekerjaan dan juga keluarganya. Diumurmu yang sekarang seharusnya kamu sudah mantab bersikap, serius menjalankan bisnis dan bertindaklah sellayaknya laki-laki dewasa."

Dalam hati aku menggeran kesal. Sungguh aku muak jika dibanding-bandingkan dengan Itachi, kakakku. Dan kenapa pula ibuku -Uchiha Mikoto- tidak mengucapkan sepatah katapun untuk membelaku. Terlalu!?

"Hn, aku mengerti." Ayah mendengus pelan, lalu beranjak mengambil posisi tepat dihadapanku yang sejak tadi ia hanya berdiri menatapku.

"Jadi, ada berapa wanita yang sedang kau kencani saat ini?" aku telonjak kaget, bagaimana tidak, tiba-tiba saja menanyakan perihal demikian "Sasuke?" tegasnya mengintrupsi.

"Hanya dua, bukan masalah bukan." jawabku santai. Padahal aku mempunyai lebih dua wanita kencan dalam bulan ini.

"Hanya? Jika seperti itu terus, kau bisa merusak reputasi ayah dan dirimu sendiri Sasuke! Jangan kira kelakuanmu itu tidak menimbulkan dampak kedepannya"

Benar. Seperti halnya Shion, wanita pirang itu sudah kucampakkan beberapa minngu yang lalu. Apalagi dia adalah anak dari rekan kolega ayah. Dan dampak yang terjadi, ayahnya mencabut semua saham yang ia tanamkkan. Apa boleh buat, saat itu aku memang enggan meneruskan kencan dengan seorang wanita yang begitu posesif sepertinya.

"Sudahla ayah, Sasuke masih muda. Dia masih dua puluh lima tahun, jadi wajar saja jika ia memilih pasangan yang sesuai dengan kriteria yang dia inginkan."

Dalam hati aku tersenyum senang. Akhirnya ibuku membelaku juga, inilah yang sejak tadi aku tunggu-tunggu kehadirannya. Sedangkan ayah hanya mampu menghela nafas panjang.

"Baik, mungkin aku memang salah, tapi wanita itu juga tidak lolos seleksi."

"Aalasan! Jangan mencari pembenaran. Untuk ukuran orang normal, diusiamu yang sudan menginjak kepala dua, seharusnya cukup lima seorang wanita yang dapat kau pilih," tuturnya " tapi kalau berpuluh-puluh kali... itu namanyaa kelainan"

Ehh? aku keturunan asli Uchiha dibilang kelainan? jangan bercanda!

"Kamu harus menikah tahun ini dan ayah sudah mempunyai calon yang tepat untuk sifat keras kepalamu itu. Dan ayah tak menerima penolakkan."

Setelah melontarkan ucapannya barusan, ayah segera beranjak pergi meninggalkanku mematung karena perkataannya. Tentu saja aku terlihat syok karenanya, bahkan aku tak sempat menolak atau sekedar membela diri karenenya. Astagaaaa! duniaku terasa berada dibawah.

Sedangkan ibuku hanya memandangku penuh iba atas perkataan ayah. Aku menggeram frustasi dan mengacak-ngacak rambut ravenku yang tadi tertata rapi, namun sekarang berubah jadi sangat berantakan karena ulah tanganku sendiri.

...

...

Diusia Sasuke yang masih dua puluh lima tahun, ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya akan dijodohakan dengan seorang wanita yang sama sekali tidak dikenal sebelumnya. Meskipun begitu ada beberapa temannya yang lebih dulu mempunyai seorang istri atau memiliki seseorang yang benar-benar sangat mereka sayangi. Tidak seperti Sasuke, yang masih berganta-ganti pasangan.

Contohnya saja Dobe, bahkan kabar terakhir yang dia dengar, sebentar lagi dia akan menjadi orang tua, bersama dengan istrinya Hinata.

"Kau kenapa, Teme?" tepukan pelan membuat Sasuke tertarik dalam dunai nyanya. Dia melirik Naruto sekilas, menatap sahabat terberisik yang ia punya sepanjang hidupnya.

"Hn"

"Aku tak butuh jawaban 'hn' darimu"

"Hn"

"Kau memang terjangkit kelainan kata 'Hn'," Sasuke melirik Naruto tajam. Apa ia tidak lihat jika sahabatnya itu sedang tak ingin diajak bicara. Apalagi setelah Naruto mengatakan jika Sasuke terjangkit kelainan. Sudah dipastikan jika kemarahan semakin bertanbah.

"Cih, sialan!" umpat Sasuke

"Kau kenapa sih , kuperhatikan sejak tadi kau terlihat aneh"

"Bukan urusanmu" jawab Sasuke dingin

"Apa kau sedang ada masalah? mungkin aku bisa membantumu"

Sasuke menghela nafas panjang, ditatapnya sepasang manik milik Naruto serius. Ia menimbang-nimbang kemungkinan apa yang akan terjadi jika ia menceritakan masalahnya pada pemuda berambut duren itu. Namun jika dipikir-pikir sekali lagi, bukankah Naruto jauh lebih berpengalaman dalam kasus yang seperti ini, mengingat bagaimana status yang ia sandang saat ini.

"Sebenarnya aku..."

Dan akhirnya Sasuke mulai berceloteh, menceritakan keluh kesahnya pada pemuda dihadapannya ini. Namun, satu hal yang Sasuke lupa, jika Naruto pasti akan...

"APAAAA!"

...berteriak dengan sangat keras

Dan itulah reaksi yang tidak diperhitungkan terlebih dahulu oleh Sasuke. Berteriak lantang.

"Pelankan suaramu Dobe." hardik Sasuke melirik tajam Naruto

"Maaf, Teme. Aku sungguh sangat terkejut mendengarnya. Tapi apa benar yang kau ceritakan barusan? Kau sedang tidak dalam keadaan bercanda 'kan?" Naruto bertanya bertubi-tubi. Memastikan jika sahabatnya ini tidak membuat lelucon semacam ini.

Sasuke mengangguk mengiyakan pertanyaan Naruto sebenarnya Sasuke sedikit menyesal karena sudah menceritakan perihal ini pada Naruto. Karena Sasuke tahu, jika Naruto bukanlah orang yang pandai menyimpan rahasia. Tapi bukan berartiia adalah seorang penggosip layaknya seorang wanita pada umumnya. Dia, Naruto hanya sering keceplosan saat bicara.

"Tapi siapa wanita yang sial itu, Teme?" tanya Naruto, yang langsung mendapat deathglare dari Sasuke

Naruto tahu benar bagaimana tabiat dari seorang Uchiha Sasuke, berteman sejak kecil membuat laki-laki berambut kuning menyala ini tahu bagaimana kriteria yang Sasuke inginkan. Sasuke memang tampan dan berkharisma, tapi hal itu saja tak 'kan bisa membuat sasuke bahagia dalam kurun waktu yang panjang jika hanya ditemani wanita-wanita yang sering sasuke kencani selama ini. Dan Naruto tahu akan hal itu. Wajar, jika ayahnya -Uchiha Fugaku- mengambil keputusan secara sepihak seperti ini. Karena Sasuke sendiripun tak pernah dengan serius mencintai seorang wanita dengan sebagaimana semestinya, yang Naruto lihat selama ini bahwa Sasuke hanya mempermainkan wanita-wanita itu dengan sesuka hatinya. Jadi wajar saja, jika ayahnya bertindak demikian.

.

Mata kuliah hari ini benar-benar menguras otak bungsu Uchiha ini. Bukannya karena apa, hanya saja skirpsi terakhirnya untuk menuju kelulusannya sangat menguras tenaganya. Apalagi jika ditambah dengan masalah perjodohan yang harus Sasuke setujui sejara sepihak olehnya. Bahkan menceritakan masalahnya pada sahabatnya Naruto tak membuahkan hasil apapun. 'Ya Tuhan! hidup macam ini' gumamnya tertahan

Sasuke menerawang entah kemana, manatanya memandang penuh kekosongan. Mungkin inilah yang disebut dengan karma atas perbuatannya selama ini. Dan sungguh, Uchiha Sasuke yang predikatnya tak pernah terkalahkan ini pada akhirnya takluk pada kepala keluarga Uchiha -Fugaku.

"...Suke..."

Panggil seseorang dari arah belakang tubuhnya

"Sasuke..."

Sasuke tetap berdiam diri, tak menghiraukan atau lelaki ini memang dilanda tuli mendadak.

"AYAAAAAMMMM!"

Dan sebuah tepukan bahu yang cukup keras membuat Uchiha Sasuke akhirnya menoleh. Matanya menangkap sesosok wanita yang ia kenal sebagai wanita yang cerewet. Sasuke memincingkan matanya tak suka akan tindakan yang wanita itu lakukan.

"Hn"

"Aku tak membutuhkan 'hn' atas perkataanmu. Apa kau tak punya kosa kata selain kata 'hn' mu itu? Semakin lama kau bisa kelainan karena itu." ucap wanita itu yang langsung duduk di depan Sasuke. Wanita bermata emerald itu tersenyum tipis begitu melihat tatapan Sasuke yang mengintimidasi.

"Lebih baik kau tak mengenggu Teme, Sakura-chan" tegur Naruto mengingatkan.

"Apa yang terjadi dengannya, Naruto?" tanyanya "apa dia ditolak seorang wanita." Gurau Sakura dibarengi cenggiran menggoda

Naruto tertawa mendengar ucapan sahabat pink-nya itu. Karena dirinya dan Sakura tahu, jika hal semacam itu tidak akan pernah terjadi. Sebab, yang sering menolak wanita-wanita itu pastilah Sasuke. Yaa... hanya wanita bodoh sajalah yang tidak terpikat oleh karisma yang dimiliki Saseke.

"Ahhh... Bagaimana dengan kandungan Hinata, apa ada kemajuan?" Sakura bertanya pada Naruto yang disambut dengan semangat

"Untung kau menanyakannya, Sakura-chan. Akhir-akhir ini Hime terlihat begitu lemah. Semua yang ia telan langsung dimuntahkannya. Apakah itu masalah?" Sakura tersenyum menanggapinya. dilihatnya Naruto yang mulai berwajah panik setelah menceritakan keadaan Hinata.

"Pasti karena milihat wajahmu, Dobe." sahut Sasuke sekenanya. Sedangkan Naruto mengerucutkan bibirnya, tidak terima akan perkataan Sasuke.

"Jika kau yang ada diposisiku, mungkin kau jauh lebih jelak, Teme" dengus Naruto kesal

"Sudahlah kalian berdua, jangan seperti anak kecil." Sakura menatap kedua sahabatnya bosan, pertengkaran seperti ini memang sering terjadi setiap harinya.

"Apa Hinata memuntahkannya saat memakan makanannya, Naruto?" Naruto mengangguk, mengiyakan atas pertanyaan Sakura. "Sebenarnya wajar saja jika seorang wanita yang dalam keadaan mengandung mengalami fase yang seperti itu Naruto. Sebiknya kau menyediahkan buah-buahan untuk Hinata konsumsi, itu akan membantu janin yang ada didalam kandungan Hinata" terang Sakura yang langsung mendapat cengiran rubah Naruto.

"Arigatou, Sakura-chan."

...

...

pagi menjelang malam. Keadaan di kediaman rumah Uchiha tampak sedang bergegas. Dengan pakaian serba formal dari biasanya. Bahkan Sasuke pun dianjurkan untuk berpakaian rapi layaknya menemui klien yang penting. Bungsu Uchiha inipun mengerti akan dibawah kamana dirinya, dan tentunya kata menolak tidak berguna untuk Uchiha Fugaku.

.

Dan disinalah Sasuke berada, disebuah rumah yang tak kalah megahnya dibandingkan dengan kediaman rumah Uchiha. Fugaku bilang, jika rumah ini adalah rumah temannya sewaktu mereka masih kuliah. Tak ada yang menyangka bukan, jika seorang Fugaku yang terkenal pendiam, keras, bijaksana, dan arogan dimata orang, ternyata dia mempunyai seorang teman semasa kuliah.

Tokk... Tookk... Toookkk

Fugaku mengetuk pintu rumah itu cukup keras, senyum tipis terpatri dari sudut bibirnya meski hanya sekilas. Bahkan Mikoto pun ikut tak sabar ingin bertemu dengan teman lamanya. seorang teman yang mepersatukan hubungan antara dirinya dan Fugaku dalam ikatan pernikahan. Sedangkan Sasuke? Ya... sebaiknya jangan mempertanyakan bagaimana ekspresi yang ia perlihatkan. Dingin dan datar. Itulah kondisi yang Sasuke perlihatkan saat ini.

.

Sasuke. POV

Terlihat dua sosok seumuran ayan dan ibu tengah menyanbut kedatangan kami dengan hangat. Acara kunjung-kunjung dua sahabat lama yang domilisinya tak terlalu jauh ini belum tentu bisa dilakukan setahun sekali, yang ku tahu mereka bernama Kizashi dan Mebuki.

"Selamat datang, Fugaku" sapa lelaki paruh bayah itu begitu melihat teman lamanya tepat berada didepannya. Ayah mengangguk pelan, pelukan kecil mereka ciptakan guna menyalurkan rasa rindu yang sudah sejak lama tak bersua. Sedangkan ibuku hanya bisa tersenyum maklum melihat keakraban antara meraka. Sedangkan aku? memutar mata bosan melihat tingkah para orang tua yang menurutku mendramatisir.

"Sasuke? benar dia Sasuke." Komentar wanita yang baru kutahu bernama Mebuki. Ibu mengangguk ramah, "Sasuke semakin tampan, terakhir kali bertemu dia masih sangat kecil dan lucu"

Tentula! Kalau aku jelek mana mungkin keluarga kalian mau menjadikannku sebagai menantu! Tapi yang keluar dari mulutku hanyalah kata-kata basi yang menjemukan "Arigatou.."

Setelah percakapan kecil diambang pintu, akhirnya kami semua masuk. Tak kusangka, isi rumah orang ini sangat luar biasa. Ya, meskipun tak sebagus milik kami, tapi selera meraka lumayan apik juga.

Kemudian keempat orang ini asyik bercengkrama tentang masa lalu, aku yang tak menjadi bagian dari zaman indah mereka hanya mampu duduk gelisah sambil menahan geram. 'Membosankan' ucapku mencibir

Mana pula gadis yang ingin dijodohkan denganku, kenapa tak kunjung kelihatan?. Pasti dia sedang sibk berdandan didepan cermin sambil mencoba beragam baju yang pantas ia gunakan untuk menemuiku. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan dan masih belum ada tanda-tanda gadis itu akan muncul, sebenarnya apa yang sedang ia lakukan didalam sana

"Sepertinya akan pulang terlambat, biasanya di jam segini dia sudah pulang " Kata bibi Mebuki sambil menatap jam dinding "Jika pulang terlambat anak itu akan segera memberi kabar, bahkan Handpone-nya tidak bisa dihubungi sama sekali" sambungnya

"Mungkin macet dalam perjalanan, sayang."

Kuperhatikan percakapan sepasang tuan rumah ini dengan jemu, juga ayah dan ibu yang sedang sibuk bicara dengan bahasa isyarat. Lagi-lagi tindakan yang membuatku muak.

"Apa anak kalian bekerja dirumah Sakit?" tanya ayah

"Begitulah' dia lebih suka dengan pekerjaannya sekarang. Padahal jika ia ingin, dia bisa bekerja di perusahaan dengan jabatan yang lumayan tinggi. Tapi anak itu selalu menolak"

"Aku suka anak muda yang seperti itu, mandiri dan tidak mengandalkan orang tua" aku meneguk ludah. Berarti ayah meragukan potensiku selama ini.

"Tadaimaaa..."

Kekesalanku yang hampir saja meledak terpaksa harus surut saat mendengar salam. Segera kutolehkan arah datangnya suara itu berasal.

Dan...

Dan disana telah kutemukan seorang gadis. Dia tak lebih dari seseorang berambut merah muda dan warna rambutnya itu mengingetkanku akan Sakura. Apakah mataku ini tak salah lihat, dari sekilas mata, itu sudah pasti bukan Sakura. Sakura bertubuh tinggi dan sexy, sedangkan dia? Tidak! aku tak mungkin dijodohkan dengan gadis ini...

Bukankah dia..

Tidak. Semoga bukan dia...

.

...

,,,,,,

.

TBC

Akhirnyaaaa... Selesai juga fict ini. Dan saya harus mendaur ulang isi Fict ini XD. Lalu apakah Fict ini layak dilanjutkan?

Ok, cukup sekian dari saya.

Maaf, jika banyak Typo dan kesalahan lainnya ^^.

RnR... Minna n_n"