fic ini dibuat karena saya sedang tidak bisa melanjutkan fic multichap saya untuk sementara

masuk kuliah membuat saya tidak sempat menulis dan tugas membuat saya tidak memberi saya ruang untuk bernapas. *curhat

happy reading minna~


Disclaimer : Always Masashi Kishimoto

Pairing : SasuSaku

based on Yui song - U-niform

Warning : full Sakura POV, ga jelas, songfic, typos (don't like don't read)

Rating : T

U-niform


.

.

.

Hari pertama sekolah berjalan lancar dan biasa-biasa saja. Kecuali pelukan maut Ino dipagi hari tadi. Ino, atau lebih tepatnya Yamanaka Ino adalah sahabatku sejak kecil. Kami selalu satu sekolah dan entah kenapa kami selalu satu kelas. Aku curiga Ino memang sengaja membuat kami satu kelas. Yah, mengingat Ino adalah putri tunggal dari pemilik perusahaan Yamanaka Corp. Apa saja bisa dialakukan, apalagi hanya cuma untuk bisa satu kelas denganku. Aku sendiri hanya gadis biasa yang beruntung bisa masuk sekolah luar biasa ini. Namaku Haruno Sakura, gadis biasa dari keluarga biasa yang kebetulan dikaruniai sebuah otak jenius oleh kami-sama. Aku sendiri tidak pernah membayangkan akan bisa sekolah ditempat seluar biasa ini. Siapa yang tidak tahu Konoha High School. Sekolah berstandar internasional yang didalamnya terdapat anak-anak jenius. Orang tuaku juga sangat bahagia ketika mengetahui aku diterima di KHS. Aku juga sangat berterimakasih pada kami-sama yang telah memberiku otak jenius ini.

Sekarang aku sedang berjalan dilorong kelas lantai satu. Aku terus berjalan sambil menikmati hembusan angin diwajahku. Hingga akhirnya aku sampai disebuah lapangan baseball. Lapangannya terlihat cukup sepi, hanya ada dua orang berbeda warna rambut disana. Merah dan pirang, itulah yang aku lihat. Mereka terlihat tengah sibuk membicarakan sesuatu yang penting. Aku memilih untuk mengamati mereka berlatih baseball sambil membaca novel yang baru kupinjam dari perpustakaan tadi. Aku duduk dibawah pohon disamping lapangan. Mulai membaca baris demi baris tulisan yang ada. Tak lama bel masuk berbunyi dan menyadarkanku dari keasikan membaca. Ku tutup novel ditanganku dan mulai berjalan kembali kekelas. Saat melewati pinggir lapangan, aku melihatnya. Itu saat pertama kali aku melihat sebuah senyum yang sangat indah. Pemuda dengan rambut hitam kebiruan berlari dengan ekspresi bahagia diwajahnya. Keringat menghiasi wajah pucat tampan miliknya. Dia berlari dari base pertama hingga base terakhir. Aku tak berkedip menatapnya. Ini pertama kalinya aku melihat pemuda itu.

.

.

.

Hari-hari terus berlanjut dan aku memiliki kebiasaan baru yaitu membaca novel dibawah pohon disamping lapangan baseball. Meski aku mengatakan membaca, aku tidak sungguh-sungguh bisa membaca. Setiap istirahat kedua dihari rabu, pemuda berambut hitam kebiruan itu akan berlatih baseball bersama dua temannya yang berambut pirang dan merah. Aku baru tahu kalau mereka adalah siswa tingkat akhir yang sangat terkenal. Mereka adalah senpai yang memiliki kemampuan akademik dan olahraga yang hebat. Senpai berambut pirang jabrik dengan mata biru safir yang selalu tersenyum itu bernama Uzumaki Naruto. Senpai dengan rambut merah gelap dengan mata jade yang tak pernah berekspresi bernama Sabaku Gaara. Sedangkan senpai yang dihari pertama aku bertemu dengannya langsung membuatku mengaguminya bernama Uchiha Sasuke. Pemuda dengan rambut hitam kebiruan dengan model mencuat kebelakang serta mata onyx yang tajam. Mereka selalu berlatih setiap istirahat kedua dihari rabu yang biasanya selalu bercuaca cerah dengan angin semilir. Aku tidak pernah bosan mengamati Sasuke-senpai berlari penuh semangat. Karena saat itulah aku selalu bisa melihat senyum bahagia menghiasi wajahnya yang biasanya datar. Keringat yang membasahi wajahnya berkilau indah tertimpa cahaya matahari. Seragam putihnya kotor penuh debu. Tapi dia selalu terlihat keren dimataku. Caranya berlari selalu memberiku semangat. Saat dia mencoba menangkap bola yang Gaara-senpai pukul, dia akan berekspresi solah bola itu adalah sesuatu yang sangat penting. Dia selalu memberi kesan tak terkalahkan ketika sedang bermain baseball. Sasuke-senpai tidak pernah sekalipun tidak menangkap bola yang Gaara-senpai dan Naruto-senpai pukul. Dan ekspresi penuh kemenangan akan menghiasi wajahnya ketika bola yang melambung tinggi bisa dia tangkap.

Minggu berganti bulan dan aku masih tetap setia duduk dibawah pohon disamping lapangan. Mengamati setiap kegiatan senpai yang kukagumi. Hingga hari itu, dibulan ketigaku mengamati Sasuke-senpai sebuah kejadian membuatnya mengenalku. Saat itu Naruto-senpai dan Gaara-senpai sedang bermain lempar tangkap bola sambil menunggu Sasuke-senpai. Naruto-senpai melempar bola terlalu jauh dan bola putih berukuran sedang itu melayang kearahku. Bola itu jatuh tepat disampingku. Dari jauh aku melihat Naruto-senpai melambaikan tangannya padaku. Berteriak memintaku mengambilkan bola itu. Aku mengambil bola itu dan berjalan menuju lapangan dimana Naruto-senpai dan Gaara-senpai berada. Aku menyerahkan bola itu pada Naruto-senpai dan memutuskan untuk segera pergi setelahnya. Namun sebuah suara menghentikan langkahku.

"Kau gadis yang selalu melihat kami berlatih dari bawah pohon kan?" tanya Gaara-senpai.

"Hai" jawabku santai, berusaha mengendalikan detak jantungku.

"Aaaah! Benar! Kau gadis pink yang selalu duduk sambil membaca buku dibawah pohon itu" seru Naruto-senpai.

Aku hanya bisa tersenyum kaku.

'Gadis pink katanya?! itu tidak lucu senpai' seruku dalam hati.

Ternyata mereka menyadari keberadaanku. Apakah Sasuke-senpai juga menyadari keberadaanku juga. Aku jadi gelisah memikirkannya.

"Siapa namamu?" tanya Naruto-senpai.

"Sakura, Haruno Sakura" jawabku sopan.

"Sakura, nama yang cocok denganmu" ucap seseorang dibelakangku.

Aku membalikan badanku dan melihat Sasuke-senpai berdiri disana dengan seragam putihnya yang biasa. Apa aku sedang bermimpi bisa melihat Sasuke-senpai sedekat ini. Kami-sama memang sungguh adil dengan caranya sendiri.

"Oi teme! Kenapa kau telat?!" seru Naruto-senpai.

"Urusai yo dobe" ucap Sasuke-senpai datar dan berjalan melewati Naruto-senpai.

"Dasar!" cibir Naruto-senpai

"Kalau begitu aku permisi dulu senpai" ucapku sopan dan mulai berjalan menjauhi lapangan. Tapi sebelum benar-benar pergi, aku mendengar perkataan Gaara-senpai.

"Sasuke, dia gadis yang selalu dibawah pohon itu" ucap Gaara-senpai.

"Hn, aku tahu" jawab Sasuke-senpai.

Kami-sama terimakasih banyak untuk hari ini. Entah apa yang kau rencanakan untuku nanti aku tetap berterimakasih padamu. Hari ini aku tahu kalau Sasuke-senpai mengenaliku. Bagiku itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku selalu bahagia.

.

.

.

Aku tidak tahu semua ini dimulai dari mana. Tapi setelah kejadian pengembalian bola waktu itu aku mulai akrab dengan tiga senpaiku itu. Walau hanya Naruto-senpai saja yang selalu berbicara ketika kami berkumpul. Tapi aku senang bisa mengamati Sasuke senpai dari dekat, tidak dari bawah pohon lagi. Meski Sasuke-senpai lebih suka diam sama seperti Gaara-senpai, tapi dia kadang mengajakku bicara. Dan hari demi hari kami semakin dekat. Aku sering membawakan bekal untuk mereka bertiga, kadang berteriak nyaring menyemangati mereka berlatih dari pinggir lapangan. Kami berkeringat bersama, kelelahan bersama, semuanya menyenangkan. Kedekatanku dan Sasuke-senpai hanya sebatas teman saja. Aku memang menyukai Sasuke-senpai. Tapi aku tidak pernah berani mengatakannya. Karena kurasa dia pasti sudah memiliki seorang pacar. Meski aku sendiri tidak tahu tentang kebenarannya.

Sasuke-senpai selalu melambaikan tangannya padaku ketika dia berlari dilapangan. Dengan seragam penuh debu dan keringat bercucuran membasahi wajahnya. Senyum bahagia selalu menghiasai wajahnya. Aku selalu mengamatinya dari pinggir lapangan. Selalu mengamatinya dengan bahagia. Dia adalah senpai yang kukagumi, dengan perasaan tidak penah menyerah aku selalu memperhatikannya ketika meluncur ke base pertama, aku begitu menyukainya. Meski ada saat dimana aku ingin berhenti mengamatinya pernah ada.

Waktu itu, dibulan kelima, satu minggu sebelum pertandingan melawan sekolah lain aku datang ketempatku biasa. Duduk manis dibawah pohon dekat lapangan. Berusaha tidak mengganggu Sasuke-senpai yang berlatih dengan tim baseballnya. Sasuke-senpai sedang berkumpul dengan timnya. Aku tahu dia ada disana meski aku tidak melihat wajahnya. Aku sudah sangat hapal dengan seragamnya. Seragam yang telah lusuh karena terlalu sering digunakan. Sasuke-senpai melakukan latihan dengan sangat baik. Aku tersenyum memandangnya yang berjuang begitu keras. Namun senyum dibibirku langsung menghilang ketika aku melihat seorang gadis cantik berambut ungu datang mendekatinya dan menyeka keringat diwajah Sasuke-senpai. Gadis itu tersenyum manis pada Sasuke senpai. Mereka terlihat sangat dekat. Gadis yang dikemudian hari aku tahu bernama Hyuuga Hinata. Gadis cantik pendiam dan lembut yang sangat terkenal. Merupakan primadona yang selalu dipuja oleh semua siswa dan siswi disekolah. Aku juga mengaguminya sebagai pribadi yang baik dan lembut. Gadis itu menemani Sasuke-senpai hingga latihan berakhir dan pulang bersamanya. Sepertinya mulai hari ini mengamati Sasuke senpai tidak akan semenyenangkan dulu lagi. Dan mulai hari itu aku kembali mengamati dari bawah pohon lagi.

.

.

.

Seminggu berlalu dan aku datang ketempat biasa aku mengamati Sasuke-senpai lagi. Padahal aku sudah tahu kalau tim baseball tidak melakukan latihan hari ini. Dan Sasuke-senpai juga tidak melakukan latihan karena besok pertandingan akan dilangsungkan. Mungkin Sasuke-senpai sedang beristirahat untuk pertandingan besok. Aku duduk dibawah pohon dan memejamkan mataku. Merasakan hembusan lembut angin diwajahku. Udara begitu segar dan terasa nyaman. Aku hampir saja tertidur jika saja suara langkah kaki tak tertangkap pendengaranku.

"Datanglah kepertandingan besok" ucap seseorang yang aku tahu berdiri dihadapanku.

Aku tidak membuaka mataku, aku tetap memejamkannya seperti orang yang tertidur. Aku takut membuka mataku. Aku takut ini hanya mimpi. Suara itu sangat kukenali, suara yang terus menggema ditelingaku sejak pertama aku mendengarnya. Ini suara Sasuke-senpai, dia sedang berdiri dihadapanku. Begitu dekat, tapi aku tak berani menatapnya. Aku takut semua yang kusembunyikan akan dia ketahui. Aku bisa mendengar langkahnya semakin mendekat. Dan sesutau menyentuh tanganku ringan. Setelah itu suara langkah yang semakin menjauh menyadarkanku bahwa ini bukan mimpi. Kubuka mataku dan disana, ditanganku selembar kertas Sasuke-senpai tinggalkan untukku. Sebuah tiket pertandingan baseball dari Sasuke-senpai. Dia mengundangku untuk melihat pertandingannya. Kami-sama, ternyata dia masih mengingatku. Tak terasa cairan bening mulai membasahi pipiku.

"Arigatou…arigatou…hontou ni arigatou…" gumamku sambil memeluk tiket pemberian Sasuke-senpai.

Entah apa yang dia pikirkan tentang diriku. Aku tidak pernah berusaha tahu atau mencari tahu. Aku tidak pernah meminta lebih dari ini. Dia adalah senpai yang sangat aku kagumi. Aku selalu memperhatikannya. Dia tahu atau tidak tahu, tidak akan merubah apapun. Aku akan tetap mengagumi dan menyukainya.

.

.

.

Hari pertandingan akhirnya tiba. Aku berjalan bersama kerumunan orang yang memasuki stadion. Aku duduk dibangku paling depan agar aku bisa melihat Sasuke-senpai dengan jelas. Ditempat duduk pemain aku bisa melihat Naruto-senpai dan Gaara-senpai. Mereka terlihat bersemangat dan tenang. Aku mencari Sasuke-senpai tapi tidak bisa menemukannya. Aku mulai cemas dengan keberadaan Sasuke senpai. Apakah dia baik-baik saja atau sesuatu terjadi padanya. Aku duduk dengan gelisah, terus mengedarkan pandanganku kesegala arah. Hingga lima menit sebelum pertandingan dimulai Sasuke-senpai akhirnya muncul juga. Dengan seragam lusuh yang selalu dia kenakan saat latihan dia mendekati Naruto-senpai dan Gaara-senpai. Dan dibelakang Sasuke-senpai ada gadis itu lagi. Hinata-senpai berjalan dengan sangat anggun dan duduk disamping Sasuke-senpai. Selama ini aku tidak pernah melihat Hinata-senpai karena dia baru kembali dari Amerika. Hinata-senpai mewakili sekolah untuk menghadiri sebuah perlombaan sains. Pantas saja aku selama ini tidak pernah melihatnya. Apakah dia pacar Sasuke-senpai atau bukan, aku tidak pernah tahu. Yang aku tahu mereka sangat dekat, benar-benar sangat dekat. Tidak lama para pemain memasuki lapangan. Sasuke-senpai terlihat mengedarkan pandangannya kebangku penonton sepertinya dia sedang mencari seseorang. Tatapan kami bertemu dan dia melambaikan tangannya padaku. Sasuke-senpai melambaikan tangannya padaku. Kami-sama, kau sedang tidak bercanda denganku bukan. Aku membalas lambaian Sasuke-senpai dengan sebuah anggukan singkat dan senyuman.

Semuanya mengambil posisi masing-masing dan Sasuke-senpai berdiri sebagai pemukul pertama. Sasuke-senpai memegang pemukul ditangannya dengan keyakinan penuh. Sebelum mengambil posisi siap memukul, Sasuke-senpai menatapku dengan senyum kecil menghiasi bibirnya. Seolah dia berkata 'lihat aku'. Senyum itu mengingatkanku pada percakaapan terakhir kami saat dilapangan baseball sekolah. Aku ingat itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Sasuke-senpai ucapkan.

"Ano senpai, kenapa kau selalu terlihat bahagia ketika bermain baseball? Apa begitu menyenangkan?" tanyaku.

"Hn, entahlah. Aku hanya selalu beranggapan bahwa bola putih ini adalah jelmaan dari mimpiku" jawab Sasuke-senpai sambil menunjukan bola baseball ditangannya.

"Mimpi?" tanyaku.

"Benar, aku akan berlari sekuat tenagaku agar aku bisa sampai di base terakhir sebelum bola itu, aku akan menangkapnya sejauh apapun bola itu melambung, dan aku akan memukul bola itu sejauh dan setinggi mungkin hingga tidak ada yang bisa menangkapnya. Bola ini seperti mimpiku" jelas Sasuke senpai.

"Sou ka" ucapku.

Seluruh penonton berteriak kagum ketika akhirnya Sasuke-senpai memukul. Bola putih itu melambung sangat tinggi. Dengan kekuatan penuh Sasuke-senpai memukulnya hingga jauh, sejauh mimpi dan harapannya. Sasuke-senpai mulai berlari ketika pemain lawan berusaha menangkap bola yang dia pukul. Sasuke-senpai berlari dengan penuh semangat. Keringat membasahi wajahnya, dan senyum bahagia menghiasi bibirnya.

Pertandingan berakhir dengan kemenangan ditangan tim baseball sekolahku. Tim baseball sekolahku memang terkenal sangat kuat dan sulit dikalahkan. Mereka semua hebat, mereka semua bersemangat dan luar biasa. Terutama tiga senpaiku yang selalu berlatih disela-sela kesibukan mereka. Naruto-senpai, Gaara-senpai, dan Sasuke-senpai. Berjuang hingga akhir untuk pertandingan terakhir mereka. Ya, ini adalah pertandingan terakhir bagi ketiga senpaiku itu. Karena sebentar lagi mereka akan menghadapi ujian akhir. Dan itu artinya mereka akan meninggalkan sekolah ini. Begitu juga dengan Sasuke-senpai. Kudengar dia akan melanjutkan sekolahnya di Amerika. Waktuku hanya tinggal sebentar untuk bisa melihatnya.

.

.

.

Aku selalu menggunakan keberuntunganku untuk bisa mengamati Sasuke-senpai hingga hari ini. Mungkin semua hal yang terjadi selama satu tahun ini adalah karena aku tidak pernah menyerah untuk terus mengaguminya. Aku masih selalu datang ketempat yang sama dimana pertama kali aku melihatnya. Duduk dibawah pohon yang sama, membawa novel yang sama. Dihari dan waktu yang sama aku selalu datang kelapangan baseball sekolah. Hari rabu saat istirahat kedua. Lapangan itu masih sama, pohon ini masih teduh seperti biasanya, bahkan cuacapun masih sama. Tidak ada yang berubah, hanya satu hal yang menghilang. Ya, tidak ada yang berubah. Hanya saja kau sudah tidak ada. Senpai yang selalu kukagumi, Uchiha Sasuke. Aku sudah tidak bisa melihatmu berlari lagi mulai hari ini. Keberuntung yang selalu aku gunakan sepertinya sudah habis.

"Sakura! Kau disini lagi? Ayo cepat! Acaranya akan segera dimulai!" seru sahabatku Ino.

"Hai!" seruku.

Hari ini adalah hari perpisahan untuk para senpai yang berhasil lulus dari ujian akhir. Dihalaman sekolah kami berbaris untuk mendengarkan pidato kepala sekolah dan melepas kepergian senpai kami. Mereka yang berhasil lulus berbaris disamping kanan kepala sekolah yang sedang memberikan pidatonya. Disana didalam barisan rapi itu ada tiga senpaiku yang luar biasa. Gaara-senpai berdiri dengan wajah datar andalannya. Disebelahnya Naruto-senpai terlihat sedang mengunyah permen keret dengan wajah bosan. Dan disampingnya berdiri Sasuke-senpai dengan wajah serius yang biasa dia tunjukan ketika latihan. Dia selalu keren dengan caranya sendiri. Aku tak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Disamping Sasuke-senpai terlihat Hinata-senpai tengah mengobrol seru dengan temannya. Semuanya akan segera berakhir ternyata. Aku tidak akan bisa melihat Sasuke-senpai lagi mulai besok. Tidak bisa melihat wajah seriusnya lagi. Yang akan sangat kurindukan adalah senyumnya ketika berlari dalam balutan seragam lusuhnya.

.

.

.

Acara berlangsung dengan cepat dan barisan siswa mulai bubar. Ada yang mengucapkan salam perpisahan pada para senpai dan ada yang langsung kembali kekelas mereka. Yang kulakukan sendiri malah berjalan menuju tempat itu. Pohon disamping lapangan baseball. Tempat yang selalu memberiku kenangan manis maupun pahit. Aku mendudukan diriku senyaman mungkin dan menatap lapangan baseball yang kosong.

"Boleh aku duduk" ucap seseorang dibelakangku.

"Sasuke-senpai?!" pekikku.

"Kaget?" ucapnya.

"Sedang apa disini?" tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Tidak ada" jawabnya.

"Kalau begitu aku pergi saja" ucapku seraya berdiri dari posisi dudukku.

"Kau tidak mau mengucapkan salam perpisahan padaku?" ucap Sasuke-senpai tanpa memandangku.

"Oh, itu, maaf senpai aku lupa" jawabku asal.

"Hn" gumamnya.

"Kalau begitu, semoga kau sukses dan bahagia senpai. Sayonara" ucapku lalu tersenyum manis padanya.

"Hn, arigatou" balas Sasuke-senpai yang kemudian mengikutiku berdiri.

Sasuke-senpai mengulurkan tangannya padaku dan aku langsung membalasnya. Aku tersenyum padanya dengan tulus sambil berdoa dalam hati semoga kami bisa bertemu lagi. Kami berjabat tangan cukup lama. Namun ketika Sasuke-senpai melepas tangannya dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan memberikannya padaku.

"I-i-ni" ucapku gagap.

"Ya, itu seragam baseballku. Aku mau kau yang menyimpannya untukku" ucap Sasuke-senpai lalu pergi meninggalkanku yang masih belum sadar dari kekagetanku.

Apakah aku harus senang atau aku harus sedih. Apa aku harus mengatakan perasaanku padanya. Atau aku harus diam dan membiarkan dia pergi. Aku harus bagaimana, aku sendiri tidak tahu. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Sasuke-senpai mulai menjauh, aku tidak ingin dia pergi, tidak mau.

"Senpai! Sasuke-senpai!" teriakku sambil mengejarnya.

Sasuke-senpai menghentikan langkahnya namun dia tidak membalikan badannya. Aku sampai dibelakang Sasuke-senpai dengan napas yang tersendat-sendat. Sasuke-senpai tetap diam menungguku bicara. Tapi aku tak bisa mengelurkan suaraku sama sekali.

"Oi teme! Kau disini rupanya! Hinata mencarimu! Cepatlah!" aku bisa mendengar suara Naruto-senpai memanggil Sasuke-senpai. Ternyata Sasuke senpai sudah ditunggu oleh Hinata-senpai.

"Sayonara Sakura" ucap Sasuke-senpai pelan, namun aku masih bisa mendengarnya.

Sasuke-senpai berjalan meninggalkanku yang masih berdiri mematung ditempat. Sasuke-senpai terus berjalan menjauh, semakin jauh. Hingga akhirnya sebelum Sasuke-senpai menghilang ditikungan aku berteriak memanggilnya lagi.

"Senpai!" seruku dan Sasuke-senpai berhenti lagi tanpa membalikan badannya.

Aku mengumpulkan seluruh keberanianku dan mengatakan satu kalimat yang entah kenapa terasa lebih melegakan dari pada kalimat yang lain yang aku pikirkan.

"Kau selalu terlihat lebih keren jika memakai seragam lusuh ini senpai!" seruku

Aku tidak tahu ekspresi apa yang Sasuke buat ketika mendengar perkataanku itu karena dia membelakangiku. Tapi kau begitu yakin kalau dia pasti sedang tersenyum sekarang ini. Sasuke senpai melambaikan tangan kanannya padaku dan kembali berjalan lalu menghilang ditikungan. Aku sendiri langsung terduduk lemas seakan tenagaku tersedot habis setelah mengatakan kalimat terakhirku pada Sasuke-senpai.

"Arigatou senpai…Sasuke-senpai" ucapku tulus dan airmata mengalir tanpa seijinku membasahi pipiku.

.

.

.

Aku tidak tahu berapa lama aku menagis waktu itu. Yang ku tahu aku terus saja menangis sambil memeluk seragam baseball Sasuke-senpai. Ditengah tangisku aku mengucapkan kata terimakasih berulang kali hingga aku berhenti menangis pada akhirnya. Seragam lusuh itu masih kusimpan hingga sekarang dan semua kenangan tersimpan disana. Sudah dua tahun sejak kejadian itu terjadi. Dan selama itupun aku tidak pernah melupakannya. Aku bahkan selalu datang ketempat itu setiap jam istirahat kedua dihari rabu. Aku tahu dia sudah tidak ada disana lagi. Tapi kakiku selalu membawaku ketempat itu. Pohon disamping lapangan baseball. Aku menutup mataku dan membiarkan angin bermain dengan rambutku. Merasakan belaian lembutnya diwajahku.

"Sakura! Kau disini lagi?!" seru Ino sahabatku.

"Kau selalu tahu dimana menemukanku Ino" jawabku.

"Tentu saja aku tahu! Bahkan mungkin satu sekolah juga sudah tahu" ucapnya

"Benarkah?" tanyaku.

"Tentu saja! Siapa yang tidak tahu tempat favorit Haruno Sakura yang cantik dan pintar? Pohon disamping lapangan baseball" terang Ino.

Aku tersenyum dan bangun dari posisi dudukku dan berjalan melewati Ino.

"Memang apa istimewanya tempat ini, Saku? Selama dua tahun ini kau selalu saja datang ketempat ini" tanya Ino yang berjalan disampingku.

"Tidak ada" jawabku.

"Baiklah, ayo cepat acara perpisahannya akan segera dimulai. Kan tidak lucu kalau lulusan terbaik tidak ikut dalam acara perpisahan" ucap Ino sambil menarik tanganku agar berlari bersamanya.

"Baiklah Ino, bisa kau lepaskan tanganku sekarang? Kita tak perlu berlari kan?" ucapku.

"Gomen" jawab Ino lalu melepas tanganku.

Aku berjalan pelan dibelakang Ino. Mengikutinya menuju lapangan utama tak jauh dari tempatku sekarang berada. Pohon itu memang bukanlah tempat yang istimewa. Aku memang tidak berbohong pada Ino. Karena bukan tempat itulah yang istimewa, tapi orang yang selalu kulihat dari tempat itulah yang sangat istimewa. Aku berhenti melangkah dan membalikan badanku. Menatap pohon serta lapangan baseball yang penuh kenangan itu untuk terakhir kalinya.

"Cepatlah saku!" seru Ino tak sabar.

"Iya Ino cerewet!" balasku.

Aku berhenti tepat ditempat terakhir kali aku melihat Sasuke-senpai dua tahun lalu. Menutup kedua mataku dan merasakan hebusan angin diwajahku. Senyum mengembang dibibirku, melepas semua kenangan yang ada diingatanku agar tetap tertinggal disini.

'ne, sauke senpai? Sayonara' ucapku dalam hati sebelum benar-benar menghilang ditikungan.

Dia adalah senpai yang kukagumi

Dia selalu tampak keren

Wajahnya yang tersenyum pun sangatlah menarik

Walaupun senyum itu hanya dia tunjukkan terkadang disaat latihan maupun pertandingan

Aku begitu menyukainya

Walaupun saat-saat yang menyakitkan pun pastilah ada

Aku selalu memperhatikannya...

END


ya sekian fic ini

endingnya menggantung kah? saya sendiri tidak tahu XD

bayakhal yang masih tidak jelas dari fic ini.

mungkin nanti saya akan membuat Sasuke POV *ga janji

atau mungkin bisa jadi multichap *saya jg krg tahu

enaknya mau gimana atau dibagaimanakan, saya minta pendapat reader sekalian ^^

silahkan tinggalkan jejak kalian di kotak review m(_,_)m

arigatou minna~