yo minna~
maaf nih ya sebelumnya, saya author baru salam kenal ^^/
meski masih ada tanggungan fic yg masih on going saya nekat publish fic baru XD
fic ini terinspirasi dari manga dengan judul sama yaitu Pick Up Service karya mangaka Meca Tanaka *serius nih manga keren banget! aku aja ngoleksi kok XD #recommend
yang jelas minta reviewnya bagi reader yang sempat membacanya ya XD
happy reading ^^/
Pick Up Service
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pick Up Service milik Meca Tanaka
Rated : Teen (T)
Genre : Romance, Fantasy, and Humor
Pairing : SasuSaku
Warning : gaje (mungkin), typos bertebaran
Don't like don't read!
Namaku Haruno Sakura, aku gadis biasa yang sangat menyukai karate. Sejak kecil kakek sudah mengajariku karate. Namun hidup ku yang biasa saja ini berubah ketika kakek ku meninggal disaat pertandingan final karate yang ku ikuti saat umurku 12 tahun. Dan dari sanalah takdir mulai mempermainkanku.
.
.
.
.
.
Sakura POV
4 tahun sudah berlalu semenjak kakek meninggal. Waktu itu aku tak pernah berhenti menangis dikamarku. Sejak kecil aku memang sangat dekat dengan kakek. Aku tidak memiliki saudara, itu artinya aku anak tunggal dan cucu satu-satunya kakek. Aku selalu dimanja oleh kakekku, dengan cara yang berbeda. Kalau ku ingat kembali aku malah akan kesal sendiri. Cara kakek memanjaku adalah dengan membuatku berlatih karate selama berjam-jam. Sungguh cara yang ekstrim jika kuingat kembali. Tapi sekarang aku hanya bisa mengingatnya saja. Dojo tempat kami sering menghabiskan waktu sudah sepi. Semenjak kakek pergi, aku tetap terus berlatih karena ini permintaan terakhirnya. Akibat dari permintaan terakhirnya itu aku tumbuh menjadi gadis tomboy yang tidak ada manis-manisnya. Tapi karena kepergian kakek waktu itu, aku bisa bertemu dengannya. Seseorang yang sangat ku sukai tapi tak bisa kugapai sama sekali.
"Oi forehead!" seru sahabat pirangku
"Bisa tidak sehari saja kau tidak berteriak pig?!" jawabku ketus
"Salahmu sendiri melamun terus! Kelas sudah selesai, kau mau pulang tidak?" tanya Ino tak sabar
"Hn, ayo pulang" jawabku malas
Ino, atau lebih tepatnya Yamanaka Ino adalah sahabatku sejak disekolah dasar. Dia gadis periang yang sangat berisik. Memiliki rambut pirang panjang dengan model ponytail. Kami selalu pulang bersama sejak duduk di bangku sekolah dasar. Tentu saja kami selalu bersama karena jarak rumah kami tidak terlalu jauh. Selama perjalanan Ino terus saja mengoceh tentang ini dan itu, sungguh berisik. Aku hanya bisa menjadi pendengar setia yang pura-pura tertarik dengan hal yang dia bicarakan sambil berharap Ino tak tahu kalau dia tidak kuperhatikan.
Kami sampai dipertigaan yang memisahkan rumahku dan rumah Ino. Setelah melambaikan tangan padaku, Ino berjalan berlawanan arah denganku. Aku menghela napas lega setelah Ino menjauh. Untung saja Ino cepat pergi, kalau tidak lama-lama aku bisa mati mendengar ocehannya tentang senpai yang dia kagumi.
Aku sampai dirumah dengan cepat, tapi memikirkan akan berdiam diri dirumah sungguh membosankan. Akhirnya kuputuskan untuk jalan-jalan sebentar ketaman dekat sekolahku. Karena aku tidak suka sendirian, aku mengajak anjingku ichi sebagai teman. Aku memang memelihara anjing jenis golden retriever sebagai teman yang ku beri nama ichi sebagai teman mengingat aku adalah anak tunggal. Jalan yang kulewati terasa begitu sepi, aku jadi curiga kalau sesuatu sedang terjadi. Benar saja, ketika aku melewati sebuah gang yang tidak jauh dari rumahku, aku melihat seorang pemuda sedang menatap sebuah rumah kosong dihadpannya tanpa ekspresi. Kenapa aku tahu rumah itu kosong, itu karena kemarin pemilik rumah itu meninggal. Pemilik rumah itu sendiri adalah seorang nenek tua yang hidup sendirian. Ichi mulai gelisah dan menggonggong pada pemuda itu. Pemuda itu menyadari kedatangan kami dan terlihat kaget menatap ichi. Badannya menegang dan mengambil langkah mundur perlahan.
Ichi terus menggonggong dan menariku untuk mendekati pemuda itu. karena ichi terus merengek akhirnya tali pengekang yang kupegang terlepas dan ichi berlari mendekati pemuda asing yang sudah siap berlari itu.
"Ichi!" teriakku
"Argh" seru pemuda misterius yang sekarang sudah jatuh tersungkur ditabrak ichi yang badannya tak bisa dibilang kecil.
"Gomen" seruku sambil berusaha menarik ichi menjauh
"Ce-cepat singkirkan dia dariku" ucap pemuda itu gagap
Setelah bergelut dengan ichi yang masih tidak mau melepas pemuda itu akhirnya aku menyerah. Ichi terus bergelut manja pada pemuda itu, sungguh kejadian yang cukup aneh. Ichi tidak pernah bersikap begini akrab dengan seseorang yang belum dia kenal. Dan lihat itu, ichi sedang berusaha menjilati wajah pemuda yang masih memakai topi sehingga aku tak bisa melihat dengan jelas wajahnya. Sedangkan pemuda itu sedang berusaha sekuat tenaga untuk menjauhkan ichi dari wajahnya.
"Bisa tidak kau membantuku nona?!" serunya tak suka
"Maaf tuan, tapi anjingku sepertinya sangat menyukaimu" jawabku pasrah
"Tapi aku tak suka" serunya datar
Karena tidak tega melihatnya yang kewalahan karena ulah ichi aku menarik tali kekang ichi dengan tenaga penuh. Akhirnya ichi menjauh dari pemuda itu, meski masih terus mencoba mendekatinya.
"Ichi! Duduk!" seruku kesal
Mendengarku berteriak, ichipun berhenti melawanku dan duduk diam disampingku sambil menggoyangkan ekornya. Sedangkan pemuda dihadapanku itu menghela napas lega. Kami saling terdiam cukup lama hingga sensasi dingin melewati bahu kiriku. Sensasi yang sudah lama tak kurasakan sejak 4 tahun yang lalu. Aku rasa aku bisa bertemu dengannya jika sensasi dingin yang bisa membuatku merinding itu kurasakan. Seperti dugaanku, sekarang dihadapanku terlihat sosok nenek-nenek transparan yang sedang menatap pemuda asing tadi dengan intens. Jangan bayangkan kalau sosok transparan itu menakutkan. Itu sama sekali tidak benar, sosok itu sama persis dengan saat dia masih padat atau masih hidup. Aku yakin kalian sudah tahu sosok transaparan itu apa. Ya, sosok transparan itu adalah hantu. Lebih tepatnya hantu nenek pemilik rumah kosong dihadapan kami. Mungkin kalian bertanya-tanya bagaimana aku bisa melihat hantu. Itu cerita yang sangat panjang, intinya aku bisa melihat hantu karena kakekku dan orang itu, orang yang selama 4 tahun ini kurindukan.
"Apa kau orangnya?" tanya nenek itu
"Benar, apa kau Stunade baa-chan?" pemuda itu bertanya tanpa ekspresi di wajahnya
"Benar sekali, bisakah kita mulai saja? Aku sudah tidak betah disini" serunya
"Kita harus menunggu mereka dulu" jawab pemuda itu santai
Aku sepertinya diabaikan oleh mereka berdua. Oleh satu makhluk aneh dan satu makhluk transparan. Karena sepertinya aku tidak didutuhkan disini, aku memutuskan untuk melanjutkan jalan-jalanku. Ketika aku sudah berbalik dan mulai melangkah, sebuah suara yang sangat akrab dengan telingaku menghentikan langkahku.
"En-chan, kau sudah sampai"
Dengan tubuh yang sudah sepenuhnya kaku, aku berbalik dan kulihat dia berdiri disana. Dengan kostum kelinci besar yang bahkan tak bisa menyembunyikan dirinya yang asli dariku. Aku tahu itu dia, meski kostum kelinci itu menutupi seluruh badannya.
"kenapa kalian lama sekali?" seru pemuda yang kutahu nama.a adalah En-chan
"maafkan kami, tadi ketua mengadakan rapat dadakan" kawab seorang gadis kecil manis berambut coklat bercepol dua
"baiklah sebaiknya kita mulai saja" seru seseorang yang memakai kostum kelinci besar disamping gadis kecil itu
Aku kembali melangkah mendekati kerumunan itu, terus mendekat dan mendekat. Mereka tidak menyadari keberadaanku. Orang yang memakai kostum kelinci itu terlihat sedang bicara serius dengan hantu nenek Stunade. Posisinya membelakangiku sehingga dia tidak bisa menghindar ketika kostum kepala kelinci yang dia pakai ku lepas dari belakang.
"Apa yang kau lakukan?!" teriaknya marah dan berbalik kearahku
"Nabeshima?" tanyaku ragu
"Kau?!Sakura?!" serunya menatapku terkejut
Disebuah gang sempit yang sepi terlihat kerumunan yang tidak biasa. Seorang pemuda bertopi dan seorang anak kecil berambut coklat sedang menatap dua orang dihadapan mereka dengan tatapan bingung. Sedangkan seorang yang transaparan menatap mereka bosan. Dua orang yang menjadi pusat perhatian pun tak kalah aneh. Seorang gadis berambut soft pink panjang berdiri mematung memegang kostum kepala kelnci dengan mata membulat sempurna karena terkejut. Gadis softpink itu terlihat kesulitan mengeluarkan suara dari mulutnya. Tatapan penuh tanya terlihat jelas dari kedua mata gadis itu. Sakura, nama gadis manis berambut softpink itu mengangkat tangan kanannya berusaha memegang wajah pemuda dihadapannya. Sedangkan pemuda tampan berambut hitam panjang dihadapannya menatap tangan sakura dengan gelisah.
"Bugh!" sebuah pukulan keras mendarat dengan mulus diwajah tampan pemuda berkostum kelinci dihadapan sakura. Pemuda itu terpental dan jatuh dengan tidak elitnya. Sepertinya sakura bbukan ingin memegang wajah pemuda itu, tapi memukulnya.
"Nabeshima! Kau tidak apa-apa?" tanya gadis bercepol pada pemuda yang baru saja kena pukul Sakura
"Tenang saja Tenten, aku baik-baik saja" jawab Nabeshima lalu berdiri
Sakura menatap Tenten yang sedang membantu nabeshima berdiri dengan pandangan tak suka. Aura membunuh keluar dari tubuh sakura memuatnya terlihat semakin seram. Tenten yang menyadari hal itu langsung memandang takut pada sakura dan melepaskan tangannya dari lengan Nabeshima yang sukses membuat Nabeshima jatuh kembali.
TBC
mungkin setelah baca chap satu ini banyak yang bertanya-tanya siapa nabeshima dan en-chan, dan mungkin kalian menganggap mereka itu OC.
tapi saya kasih bocoran ya, kalau mereka itu bukan OC, saya tekankan lagi, mereka bukan OC.
nama nabeshima dan en-chan sebenarnya adalah nama panggilan saja. penjelasaannya ada di chap selanjutnya~
jika ada yang penasaran dan menganggap fic ini layak dilanjutkan saya mengharapkan review dari reader sekalian :)
akhir kata saya uchapkan salam kenal ^^/
*kalau sempat silahkan mampir di fic saya yang lain dan beri masukan ya~ :D