Gomen, gomen... aduh fic yang lain belum kelar, saya malah bikin fic baru... parah...
Agh, tapi ide ini harus cepat tersalurkan...
Ya sudahlah...
Silakan menikmati satu lagi fic mellow dari Akina Takahashi... selamat menikmati!
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Genre: Hurt / Comfort / Angst
Rated: T+
Pairing: SasuSakuNaru
Warning: Canon, OOC, Angsty, Fluff, Mary sue, dan berbagai hal lain.
Naruto © Masashi Kishimoto
Love Always Comes Late
Story by: Akina Takahashi
Chapter 1: He Said
"Sakura-chan... aku mencintaimu..."
"Maaf jika perasaanku hanya menjadi beban bagimu, mulai saat ini aku tidak akan mengganggumu lagi."
Sakura menatap nanar mata cerulean Naruto yang kini tengah berada di hadapannya, mengatakan hal yang paling tidak ingin didengarnya.
"Aku sudah memutuskan untuk berhenti mencintaimu Sakura-chan..."
SYUUU
Semilir angin menerbangkan pepohonan yang ada di sekitar mereka berdua. Mereka berdiri di bawah pohon oak yang lebat sementara di hadapan mereka terdapat air terjun yang sangat besar disertai dengan aliran sungai yang beriak akibat terjunan air dalam debit yang besar itu. Ya, benar. Itu adalah air terjun tempat dimana Naruto berlatih mengontrol cakranya dulu. Tempat dimana ia membentuk bunshin dalam jumlah besar dan berusaha menghentikan aliran air terjun itu untuk sementara.
ZRASSHHH
Kini hanya suara air terjun yang terdengar karena keheningan menyelimuti mereka berdua. Tak ada yang berbicara. Hanya saling menatap.
Tidak.
Jangan.
Jangan berhenti mencintaiku Naruto.
Sakura berusaha membuka mulutnya, namun tak ada sedikitpun suara yang keluar. Ia hanya bisa membatu.
Naruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Haa seharusnya aku mengatakan ini lebih cepat ya Sakura-chan. Jika kukatakan dari dulu mungkin saja aku tidak akan berusaha mengajakmu berkencan berkali-kali." Ia berusaha melucu. "Habisnya saat itu ajakan kencanku dibalas dengan pukulan maut darimu. Ahahaaha" Naruto tertawa ringan. Tangan kanannya masih menggaruk rambut blondenya yang sama sekali tidak gatal.
Tidak jangan.
Inilah saat yang paling kutakutkan.
Saat Naruto berhenti mencintaiku.
Saat ini Sakura merasakan kakinya lemas. Ia bahkan tidak dapat berbicara sama sekali untuk menanggapi Naruto. Ini terlalu berat baginya. Bahkan saat ini ia tidak bisa menangis.
Sejujurnya Sakura telah mencintai Naruto sejak dulu. Sejak ia menyerah dan berusaha melupakan cintanya pada si pengkhianat Konoha, cinta pertama dan cinta sejatinya, juga orang yang sudah beberapa kali berusaha membunuhnya. Uchiha Sasuke.
Namun, sepertinya Naruto terlalu bodoh untuk menyadari perasaan gadis itu padanya.
"Naruto... aku..." namun belum sempat Sakura melanjutkan perkataannnya, Naruto dengan cepat memotongnya.
"Aku hanya ingin menuntaskan perasaanku padamu Sakura-chan." Ia menatap lembut mata emerald Sakura. "Dengan ini, aku memperjelas hubunganku denganmu." Tangan kekar Naruto menjabat tangan Sakura. Tanpa mempedulikan Sakura yang terlihat kaget dengan apa yang diperbuatnya, ia menggenggam tangan mungil itu layaknya orang yang sedang berkenalan. "Perkenalkan, aku Uzumaki Naruto. Sahabat terbaik Haruno Sakura." Senyum lebar mengembang di wajah tampannya. "Sahabat selamanya..." lanjutnya.
Entah kenapa Sakura sama sekali tidak dapat berkata-kata. Ia hanya diam. Mulutnya bergerak seakan hendak mengucapkan sesuatu namun suaranya sama sekali tidak keluar. Sampai akhirnya ia dapat mengeluarkan suaranya. "Aku..."
"Ah, gawat! Aku ada janji untuk membahas misi dengan Hinata." Naruto, entah kenapa seolah tak ingin mendengar perkataan Sakura. "Jaa, Sakura-chan!" Ia melambaikan tangannya pada Sakura sebelum akhirnya berlari menjauhi gadis itu.
"Sebenarnya... aku mencintaimu, Naruto"
Sakura terduduk lemas di tanah. Kakinya sudah tidak mampu menopang berat tubuhnya lagi. Akhirnya, butiran air mata jatuh membasahi pipi putih gadis itu. "Aku tidak ingin kau hanya menjadi sahabatku..."
"Jangan pergi..." isaknya. Mata emeraldnya memudar. "Jangan tinggalkan aku..."
"Kumohon..." Sakura menenggelamkan kepalanya ke lututnya. Memeluk lututnya erat. "Jangan berhenti mencintaiku."
Kami-sama...
Mungkinkah ini karma? Mungkinkah ini hukuman bagi Sakura karena telah menyia-nyiakan cinta Naruto selama ini? Mungkinkah ini balasan baginya?
Hatinya telah hancur untuk yang kedua kalinya.
Saat si Uchiha mencampakkannya, bahkan berusaha membunuhnya, hatinya hancur berkeping-keping. Hingga suatu saat Naruto datang dan terus berada di sampingnya. Menyatukan pecahan-pecahan kecil itu hingga kembali utuh. Di saat Sakura telah membuka kembali hatinya dan menyadari perasaannya pada Naruto, si blonde itu malah mengatakan hal yang sangat tak ingin didengarnya. Kini hatinya kembali hancur, dan ia tidak yakin apakah hatinya dapat kembali utuh seperti sedia kala.
Saat ini, Sakura merasakan dunianya berhenti berputar.
-Love Always Comes Late-
"Sakura-sama, sejak tadi Anda sama sekali belum beristirahat." Seorang gadis berambut coklat memandangi Sakura dengan tatapan khawatir. "Beristirahatlah. Sekarang sudah larut. Biar saya yang mengerjakan sisanya."
"Tenanglah Matsuri, hanya tinggal beberapa dokumen pasien lagi yang belum kuperiksa." Sakura masih menyibukkan diri memeriksa dokumen-dokumen yang ada di meja kerjanya. Benar kata Matsuri, sejak pagi tadi ia sama sekali belum beristirahat. Tubuhnya sudah mulai kelelahan, kepalanya sakit, namun ia tetap memaksakan dirinya bekerja.
"Sakura-sama, wajahmu sudah terlihat pucat." Matsuri semakin khawatir dengan keadaan Sakura yang semakin mengkhawatirkan. Ia sama sekali tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran Sakura hingga ia menjadi seperti ini.
"Aku tidak apa-apa." Sakura menjawab cepat. "Matsuri, kau pulanglah." Usirnya halus. Ia benar-benar ingin sendirian saat ini.
Merasa atasannya tidak ingin diganggu, Matsuri berjalan menuju pintu keluar, kemudian ia menundukkan kepalanya memberi hormat. "Saya mohon diri, Sakura-sama saya harap anda berhenti sebentar agar Anda dapat beristirahat."
"Terima kasih, Matsuri."
"CKLEK" Matsuri menutup pintu ruangan kerja Sakura.
Huff...
Aku tidak bisa berhenti.
Jika aku berhenti, aku akan mengingatnya lagi...
"Bodoh..." Sakura bergumam pada dirinya sendiri. "Kau bodoh... Naruto..." tangannya menyentuh foto tim tujuh yang selalu dijaganya sejak dulu. Mengusap gambar sahabat tercintanya.
Sakura menutup matanya perlahan...
Bayangan wajah Naruto yang sedang tersenyum lebar kembali muncul di benaknya. Wajah tampan yang terkadang terkesan bodoh, leluconnya yang terkadang hambar, tingkah bodohnya yang terkadang membuat Sakura memukulnya hingga terjungkal... semuanya... semua tentang Naruto... ia menyukainya.
"Jangan tertawa seperti itu." Sakura kembali bergumam. "Kau semakin membuatku mencintaimu." Suaranya mengecil "Baka Naruto..."
BRAKK
Suara pintu yang terbuka tiba-tiba mengejutkan Sakura.
"Sakura-chan!" dan kini, suara yang ia rindukan tiba-tiba bergema di telinganya. Ia buru-buru meletakkan foto yang dipegangnya ke dalam lemari meja kerjanya.
"Naruto! Sudah kubilang berkali-kali, ketuk pintu dulu sebelum masuk ruanganku!" Sakura bangkit dari duduknya. Berjalan menuju si blonde. Ia melipat tangan di depan dadanya, matanya menatap Naruto, kesal karena lamunannya terganggu.
"Kau mau membuatku mati karena sakit jantung ya?" Sakura mengepalkan tangannya.
Melihat aliran cakra berwarna hijau mengalir menuju kepalan tangan Sakura, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Gawat. Ia bahkan tidak tahu, apakah dia masih bisa selamat atau tidak bila terkena kepalan tangan maut itu.
Naruto mengangkat kedua tangannya, berusaha menenangkan temannya itu. "Ampun, Sakura-chan..." ujarnya meringis. "Aku kan cuma ingin mengajak sahabatku yang cantik ini makan di Ichiraku ramen."
"Kalau begitu kau harus mengeluarkan uang yang sangat banyak sekali untuk mentraktirku hari ini." Ujar Sakura tenang, menambahkan pleonasme pada kata-katanya. "Aku belum makan sejak pagi tadi, jadi aku tidak akan ragu-ragu untuk menghabiskan uangmu, Naruto." Ia menunjuk Naruto dengan menggunakan jari telunjuknya, bersikap seolah mengancam si blonde yang mulai terlihat panik di depannya.
Sakura melenggang menuju keluar ruangan, meninggalkan Naruto yang sempat membatu karena takut dompet gamabunta-nya akan langsung mengempis akibat ancaman Sakura tadi.
"Sakura-chan! " Ia menyusul Sakura yang telah berjalan mendahuluinya tadi. "Aku tidak punya banyak uang, jadi... "
"Aku tidak mau tahu, Naruto." Sakura mempercepat langkahnya membuat si blonde yang berada di belakangnya kesulitan mengikutinya. Seulas senyum tipis terpampang di bibirnya, ia sangat senang mengerjai Naruto seperti ini. Ia senang melihat wajah cemas bercampur polos yang ditujukan Naruto saat ini.
"Pokoknya kau harus mentraktirku." Suaranya terdengar mengancam, ia senang berpura-pura marah. Beginilah caranya menyalurkan perasaan cintanya pada sahabatnya itu. Walaupun, sahabatnya tidak pernah menyadari perasaannya.
"Haa... Sakura-chaaaan~" rengek Naruto. "Aku ini miskin... jadi, jangan mahal-mahal ya!"
"Aku tidak mau dengar~"
"Sakura-chaaan!"
"Mungkin menjadi sahabat bukan hal yang buruk juga..." Sakura bergumam, senyuman lembut menghiasi wajah cantiknya.
"Hah? Kau bilang apa?" Naruto sedikit penasaran pada apa yang diucapkan Sakura tadi.
"Aku tidak bilang apa-apa." Sakura menggelengkan kepalanya. "Ayo cepat Naruto!"
Seandainya...
Seandainya aku bisa terus seperti ini bersama dengannya...
Walaupun ia berhenti mencintaiku...
Walaupun ia tidak menganggapku sebagai kekasih...
Aku sudah cukup bahagia dengan menjadi sahabatnya...
Sahabat yang selalu ada di sampingnya. Menemaninya.
Aku bahagia...
-Love Always Comes Late-
"Apa yang akan kau lakukan Sasuke?"
Matahari bersinar terang, membiarkan cahayanya menembus masuk menerobos dedaunan yang ada di hutan di pinggiran Konoha. Tempat itu adalah hutan terlarang yang menjadi batas wilayah antara Konoha dan Amegakure.
Seorang pemuda berambut hitam menyandarkan tubuhnya pada sebuah pohon tua yang berada di tengah hutan. Ia menutup mata onyxnya perlahan, berusaha menahan rasa sakit yang muncul akibat luka-luka yang dialaminya. Hidupnya kini terasa hampa. Semuanya tidak berjalan sesuai dengan perkiraannya. Ia sempat berpikir, jika ia membunuh Itachi dengan kedua tangannya sendiri maka hidupnya akan bahagia. Tapi, ternyata perkiraannya itu salah. Setelah ia berhasil membunuh Itachi, hidupnya sama sekali tidak bahagia.
Ia bahkan merasa tidak memiliki tempat untuk kembali.
Karena ia tahu, Konoha tidak akan mau menerimanya kembali.
Terkadang ia berpikir... apa gunanya hidup di dunia ini jika tidak memiliki apapun?
Ia tidak punya tempat untuk kembali, keluarganya telah meninggalkannya sejak ia masih kecil, sahabat-sahabatnya di Konoha kini telah menganggapnya sebagai musuh... dan kini, gadis yang selalu mencintainya sejak dulu mungkin saja telah berhenti menggantungkan harapan padanya. Mungkin saja, saat ini gadis itu telah menemukan kebahagiaannya bersama pria lain.
Ya, ia tahu jika hal ini mungkin saja terjadi. Dan tentu saja ia pantas menerimanya. Gadis itu berhak untuk hidup bahagia. Gadis itu berhak untuk melupakan pria brengsek yang selalu saja menyakitinya sejak dulu.
Sasuke mengangkat tangannya perlahan...
Tangan itu... tangan yang pernah digunakannya untuk mencelakai gadisnya. Gadis yang ternyata sangat dicintainya. Ia tidak habis pikir, bagaimana dendam merasukinya hingga ia menggunakan tangan itu untuk mencelakai gadisnya. Ia bahkan sempat hampir menebas Sakura dengan menggunakan kusanagi, pedang kesayangannya.
Astaga.
Inilah karma Tuhan...
Siapa yang berbuat, dia yang menuai...
Saat ini, Uchiha Sasuke tidak memiliki semangat hidup sama sekali. Ia tidak peduli jika ada anbu yang menemukannya lalu membunuhnya.
Ia hanya ingin satu hal.
"Aku ingin minta maaf pada Sakura"
-TSUZUKU-
Ternyata bikin fic dengan setting canon itu gampang-gampang susah ya? saya kurang jago mendeskripsikan keadaan, jadi terkadang saya agak sulit memilih kata-kata untuk menggambarkan suatu adegan... apalagi adegan pertarungan... hufff...
Yak, akhir kata... seperti biasa saya mohon feedback dari kalian semua agar saya bisa terus mmeperbaiki karya saya...
Arigatou Gozaimasu...
Terima kasih banyak karena sudah membaca dan mereview fic saya...