So nice to back! Hhhhh i've been busy! Thank's buat semua komentarnya di Watashi no Prince! Mau bales satu persatu, tapi belum sempet... hontou ni gomennasai!

Tapi buat yang request lanjutan Watashi no Prince, here you go! Sorry to keep you waiting! (Minta maaf lahir batin dulu ya, kan lagi puasa,, hehe).

I luuuuuv to write about them, and I hope u like to read it too..^^

Chapter ini ditulis dari sudut pandang Yamato, tapi mungkin akan ditulis dari sudut pandang Karin chapter selanjutnya. Mudah2an gak keberatan untuk me-review, guys! Enjoy!

-oo-

The Princess and the Queen

Disclaimer: Eyeshield 21 is written by Riichiro Inagaki and Yusuke Murata.

Rate: T

Warning: for a possibility of OC and OOC's

-oo-

Why do birds suddenly appear,

Every time you are near?

Just like me,

They long to be close to you.

Close to you yang dinyanyikan the Carpenters menggema di mansionku.

Gadis yang sedang membaca komik sambil menidurkan kepalanya di pangkuanku, bergumam ikut bernyanyi.

Kami sedang bersantai di sofa sambil membaca, seperti yang biasanya kami lakukan kalau tidak berniat untuk pergi kemana-mana.

Aku meletakkan majalah bulanan American Football-ku di meja lalu mengelus rambutnya lembut.

Ia tersenyum senang, lalu tiba-tiba bangkit dan duduk di sebelahku dengan manja.

"Aa," ia tiba-tiba seperti teringat sesuatu, "Bagian ini, di lagu ini!"

"That is why, all the girls in town.." ia mulai bernyanyi dengan suaranya yang manis, "Follow you.. all around.. Just like me, they long to be... close to you.."

Ia lalu sedikit merengut, "Persis seperti Yamato-kun! Selalu dikelilingi gadis-gadis, dimanapun, kapanpun.. aku nggak boleh lengah sedikit aja, tiba-ti.."

Aku mencium bibirnya sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.

Satu ciuman yang membuat ia berhenti bicara dan menyelaraskan nafasnya denganku.

Aku mengakhirinya dengan mencium ujung hidungnya cepat, lalu menatap mata hazelnutnya yang terkejut.

Aku tersenyum lebar, "Excuse me, what were you saying?"

Ia bersemu semerah tomat, "Nggak, bukan apa-apa," dengan cepat ia memalingkan wajahnya.

Kami sudah 3 bulan berpacaran dan dia masih saja malu-malu begini.

Ia membelakangiku sambil berpura-pura sibuk, tapi merah di wajahnya masih terlihat sampai ke belakang telinganya. Ia lalu bergumam-gumam pelan, seperti biasanya kalau ia sedang malu.

Ah, kawaii.. Aku benar-benar tak bisa merasa bosan dengannya.

Dia sangat.. menggemaskan.

"Karin?"

"Hng?" ia bertanya tanpa menoleh.

"I love you.."

Ia menjawab dengan suaranya yang pelan, "I.. love you too.."

"Apa?" aku berpura-pura tak mendengar.

Ia sedikit menoleh ke arahku dan berkata dengan cepat, "I.. Iloveyoutoo."

Aha. Kebiasaannya kalau sedang merasa sangat gugup.

"Apa?" aku kembali bertanya untuk menggodanya.

Ia menoleh ke arahku dengan wajah merah dan ekspresi merengut yang lucu.

"I LOVE YOU TOO,"

Dan aku menciumnya lagi.

"I know, Karin-chan.."

Dan lagi.

"I know.."

-oo-

"Ah. Kau sedang senang," Taka tiba-tiba bersuara begitu aku memasuki ruangan klub.

Aku berdehem, "Here we go again. Our psychic friend..."

Ia membetulkan tali sepatunya, "Mukamu mesum."

Aku tertawa, "Sial. Muka bahagia begini kan' bukan berarti mesum.." aku mengetuk kepalanya.

Ia mengangkat kepalanya, "Hmm.. jadi sedang bahagia? Why is that?"

"Aku selalu bahagia,"

Ia tertawa kecil, "Ya ya.."

"Hey T.." aku mengeluarkan sepatuku dari loker, "How is it with your girl?"

Ia mengikat rambutnya yang sudah sedikit panjang, "Good."

Aku tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalaku. Aku dan dia memang tidak terlalu sering bicara masalah pribadi, karena beginilah dia. Menjawab seperlunya.

"Karin gimana kabarnya?" ia mengambil helm-nya dari loker.

Aku mulai memakai sepatu latihanku, "Baik. Baik sekali malah.. sejak denganku, ia jadi makan dengan teratur,"

Taka tertawa, "Mochiron*.. kau adalah tipe orang yang bisa memaksakan apapun pada orang lain,"

"Hah.. I don't know that you can make jokes.."

Ia tersenyum dan beranjak keluar, "Ah. Yamato." ia menolehkan kepalanya ke arahku.

"Ya?" aku meregangkan badanku sedikit.

"Ia sudah bertemu ibumu?"

Dan aku terdiam.

"Ah. I consider that as a 'no'.." ia berpaling dan membuka pintu, "Selamat berjuang,"

Seiring dengan bunyi pintu klub yang tertutup, sesuatu berdentum keras di kepalaku.

Ibuku.

How could I forgot?

-oo-

Aku hampir ingat semuanya, momen-momen yang manis bersama gadis itu.

Christmas eve yang dingin dan bersalju, ketika kami bergandengan tangan di tengah salju, aku bertanya, "Mau makan apa?"

Mungkin gadis lain akan berkata, 'masakan Italia', atau 'masakan Perancis', atau setidaknya 'aku ingin makan burger',

Tapi dia malah berkata, "Ubi bakar,"

Dengan wajah yang polos dan tatapan mata yang lurus, ia mengulanginya lagi, "Aku ingin makan ubi bakar,"

Aku bisa menahan tawa dan hanya tersenyum lebar, "Ok.. sekarang kita cari ubi bakar.."

Kami akhirnya makan ubi bakar di taman, dengan ia bersandar di bahuku dan berbagi syal denganku.

Aneh memang, aku hampir selalu merayakan Christmas eve yang mewah dengan keluargaku, dengan tempat yang hangat dan makanan kelas 1,

Tapi yang paling berkesan, adalah Christmas eve saat bersamanya,

Saat berbagi ubi bakar yang hangat di tengah taman yang dingin.

-oo-

Ah, karena terlalu menikmati waktu bersamanya, aku malah lupa urusan yang ini.

Ibuku.

"Ibumu?" ia meneguk hot chocolate-nya dengan wajah penasaran.

"Hmm.. ibuku akan pulang ke Jepang akhir bulan ini,"

"Ah ya, kamu pernah bilang selama ini dia ada di New York.." ia lalu mengambil bantal duduk untuk diletakkan di pangkuannya, "Yamato-kun no kaa-san sepertinya orang yang sangat hebat.."

Aku meletakkan kepalaku di sandaran sofa, berhadapan dengan kepalanya, "Karin.. Sebenarnya sampai kapan kamu akan memanggil nama keluargaku? I have a name, you know.."

Wajahnya memerah, "Aku tahu kok! Ta-Ta.. Tak. Take.." ia tergagap.

"Hmmm? Take..?" aku semakin mendekatkan wajahku ke wajahnya, menikmati wajah merahnya yang manis.

"Ta.. Takeru... kun,"

Aku tertawa terbahak-bahak.

"Nggak usah pakai 'kun'.." aku mencubit pipinya.

"Ta.. Takeru.."

"Yak. Lulus!" aku mengecup keningnya dan bangkit mengambil kopi, "Mulai sekarang, panggil aku dengan namaku.."

"Ng.. Yama.. ah. Take.. Takeru, akhir bulan ini beberapa hari lagi lho.."

Ah. lupa lagi tentang itu. Berada bersama gadis ini membuatku melupakan semuanya. Litterally.

"About that, there's something that you should know..."

"Hmm? Apa itu?" ia meletakkan coklat panasnya di meja, dan bersender di sofa.

Aku meletakkan kopiku di meja dan duduk di sampingnya, "Ibuku adalah.. orang yang keras,"

Ia mengangguk tanda mengerti.

"Kamu nggak akan tanya dia orang yang bagaimana?"

"Aku rasa, sebagai pemimpin Yamato Incorporated cabang New York, dia pasti adalah orang yang keras, bijak, cerdas, dan pasti wanita yang independen.."

"Hmm.. sebagian besar sifatnya memang persis seperti itu.. Tapi..,"

Karin menatapku ingin tahu, "Tapi?"

"Ng, I wonder how to explain this.. hmm.. Kamu tahu, perusahaan cabang New York bahkan lebih berhasil dari cabang manapun juga? Bahkan kepemimpinan ibuku banyak dikatakan lebih sukses daripada ayahku?"

Bibir gadis itu membentuk huruf 'O'.

Hm, kawaii. Now I really wanna kiss her again.

Nanti dulu. Tahan diri Yamato Takeru, itu bisa belakangan.

"Jadi... Ng, sampai mana tadi?" tiba-tiba aku lupa, "Oh ya, jadi.. Selain sifat-sifat yang kau sebutkan tadi.. ibuku juga punya sifat yang.. arogan, dominan, dan nggak mau mengalah..."

Dia tertawa kecil.

"Eh?" aku mendekatkan wajahku pada dia yang sedang menutupi wajahnya karena tertawa, "What's with the laugh? Ada yang lucu?"

Wajahnya memerah karena menahan tawa,"Sekarang aku tahu kamu mirip siapa.."

"Whaaaaaat...?" Aku pura-pura marah dan meletakkan kedua tanganku di sisi perutnya.

"Ya.. Takeru!"

Aku tahu dia benci ini. Dia selalu bilang sisi perutnya nggak rata, berlemak dan sebagainya, dan nggak suka kalau kusentuh.

Which is the reason why I'm doing it. Hehe.

Ia memberontak dan mulai menendang-nendangkan kakinya ke arahku, sementara tangannya berusaha mencubiti tanganku ketika aku mulai menggelitiki kedua sisi perutnya.

"Take.. Takeru! Yameteeee!" wajahnya makin merah dan ia tertawa geli sambil berusaha memasang muka galak, "Iyaaaa! Yameteee!*"

Aku melepaskan tanganku dari perutnya dan menggenggam erat kedua tangannya yang sedang berusaha mencakarku.

"Takeru.." ia menatap mataku dan berujar lemah, "Mou.. yamete yo*..."

"Your wish is my command princess..."

Aku mencium kedua tangannya yang kugenggam, lalu mengecup bibirnya lembut.

"So.." aku menyingkirkan poninya yang berantakan dari keningnya, "I know you haven't eat.. dan kau, nona, Harus makan. Secepatnya."

Ia menggeliat malu-malu di sampingku, mengganti posisi duduknya, "Hmm..," gumamnya.

"Jadi.. mau makan apa?"

"Ng. Cup ramen."

Dan akupun tertawa terbahak-bahak,

-oo-

Roses are red,

Violets are blue,

My mom's scary when she's mad,

I hope you're ready for it too.

Sudah hampir 2 tahun aku tidak bertemu ibuku. Kami sekeluarga adalah orang-orang yang sibuk, sampai-sampai kadang hanya bertemu 2 atau 3 kali setahun.

Dan sekarang ketika aku menjemputnya di bandara, aku merasa sedikit gugup.

Aku ingin mengenalkan Karin padanya, dan.. aku khawatir akan bagaimana tanggapannya. Well, most of it because of her rash, aristocratic, ignorant behavior.

Tok-tok-tok-tok.

Ok here you go. Aku sangat mengenali bunyi hak sepatu yang khas ini. Bunyi stiletto yang berbenturan dengan lantai.

And there she is, more elegant and fiercer than ever.

"Takeru, my handsome boy!"

Yup, dia benar-benar sudah kembali ke Jepang,

"Ah. Welcome home, Mom.."

-oo-

to be continued..

-oo-

*Mochiron: tentu saja.

*Iyaaaa! Yameteee!: Tidaaak! Hentikaaan!

*Mou.. yamete yo..: Sudah.. hentikan dong..