Ada sentilan hangat dan ledakan kasmaran ketika mereka mengulas soal kartu Tarot.
Tarot
"Hey, apa kau percaya ramalan kartu Tarot?"
"Tarot?"
Topik hangat yang hampir dipercaya selembut awan menari indah dalam pikiran. Yang barusan ditanya tertawa kecil untuk menanggapi, lalu tersenyum tapi nyaris kaku. Ia mengerjapkan mata beberapa kali seolah tertarik, menatap si pemilik pertanyaan dengan penuh cinta yang tak dapat kau gambarkan.
Kemudian ia mencoba melihat dari sudut pandang dirinya sembari memikirkan apa yang akan ia jawab pada temannya.
Pada hari Minggu yang cerah, Suzui Ryota sudah berjanji pada Asaki Yuuki untuk memperbaiki Sepeda milik Asaki yang rusak, tragedi di mana ban Sepeda terlempar dan menggelinding tepat di bawah kaki Suzui. Mereka tidak membahas itu, tapi diam-diam Suzui Ryota terus kepikiran bagaimana aksi Asaki Yuuki yang membelanya habis-habisan. Mengingat itu membuatnya malu.
Sembari berkelakar, Suzui berjanji akan mengajak si gadis makan siang yang diam-diam memenuhi pikirannya dengan bercerita soal rumitnya kehidupan di Sekolah dan berakhir pada topik pembahasan yang sangat ingin Suzui ulas. Ia belum sempat mengatakan itu pada Asaki karena gadis itu langsung melimpahi dengan pertanyaan soal Tarot.
"Ya, apa kau percaya soal ramalan kartu Tarot?"
"Aku tidak begitu tahu soal yang seperti itu, Asaki-san..." Jawaban itu sepertinya tidak terdengar istimewa, tapi Asaki menanggapi itu dengan santai tanpa banyak protes. Ia sempat memperhatikan Suzui penuh selidik, lantas mencari apakah pertanyaan barusan membuat lelaki muda ini kebingungan untuk menjawab atau tidak.
Asaki menggidikan bahu tanda ia juga tak paham soal Tarot. Kemudian perhatiannya teralih pada ponsel. "Aku mendapatkan itu dari laman Twitter dengan username show me your magic."
Ia memandangi ponsel dan Suzui bergantian. "Aku tertarik karena temanku juga pernah diramal oleh Madam itu."
Asaki mendekati, duduk santai disebelah Suzui dan berbagi tentang apa yang dilihatnya. Asaki melirik lewat bahu, ia tersenyum kecil bahkan nyaris tak terlihat. Itu terjadi karena dirinya baru saja menghirup aroma parfum milik Suzui yang pedas tapi manis. Ini baru, pikirnya dalam hati.
"Mereka dibayar sebanyak uang jajanku dan akan meramalmu dengan Tarot. Apa kau tertarik, Suzui?"
"Aku sebenarnya tidak percaya apapun soal ramalan atau keberuntungan."
"Benarkah?"
Suzui mengangguk ramah, tanpa sadar ia tersenyum lagi, menunjukan sisi hangat dan baik hatinya. "Betul, apa kau ingat ramalan suku Maya soal kiamat di tahun 2012? Sekarang tahun berapa?"
"Yah kau mungkin benar, Suzui. Tapi apa kau tahu, Suzui? Orang biasanya lebih percaya soal ramalan kalau hasilnya baik."
Suzui tertawa aneh. "Itu terdengar seperti sebuah fakta."
"Seperti psikologi, orang-orang lebih suka mendengar hal yang menurut mereka baik dan keren."
"Aku juga begitu, Asaki-san..."
Asaki diam sejenak. "Tapi..." Ucapannya dibuat menggantung. Dan jeda itu cukup lama bahkan hanya untuk mengambil napas.
Penasaran, Suzui berpaling pada Asaki, menatapnya dalam damai dan tenang. Wajah Asaki tergambar indah dan jelas diantara bola mata Suzui, mereka lalu bertatapan cukup lama dalam hening yang menenangkan jiwa.
"Aku ingin mencobanya. Aku ingin bertanya soal kita berdua."
"Hah?"
"Ya, soal kita berdua, Suzui. Aku dan kau."
Yang kemudian ditinggalkan Suzui Ryota dengan wajah merona sedangkan Asaki sibuk berlari ketika mendengar teriakan tukang bengkel.
Jangan mengatakan hal-hal aneh, kau membuatku salah tingkah.
Maaf, ya.
.
.
.
A/N : Aku mau ikutan Inktober dan fandomnya bakalan beda-beda. Ini fandom sepi banget dan seneng bisa main ke sini. Terima kasih untuk teman-teman yang sudah menyempatkan diri buat baca. I love you. Oh iya, mungkin ini drabble.

Review