"Hei sialan! Mengapa kau sangat jelek? Ughh! Sungguh aku sangat benci melihatmu. Rasanya aku sangat ingin mengirimmu ke neraka!" gadis bersurai indigo itu membanting kesal lelaki berkaca mata bulat yang sebelumnya ia cekik.
Braack!
"Iittai!"
.
Apa kau percaya karma?
.
.
.
Disclaimer : Demi apapun, naruto bukan punya saya, punya masashi sensei, saya hanya pinjam saja.
.
.
WILD KIDDO
.
(Hati hati typo, tulisan mendadak hilang, OOC, AU dan lain-lain. Udh usahain sebagus mungkin)
.
WILD KIDDO by Authors03
Romance\Drama
.
.
.
Please.. Dont like dont read.. Thanks.
.
.
Chapter 1
.
.
.
"SABAR! KAU SURUH AKU UNTUK SABAR?! APA KAU TAK LIHAT DIA BARU SAJA MENJATUHKAN BUKUKU?!" gadis itu mengeram, pipi chubbynya memerah karena marah. Tangannya mencengkram erat kerah seragam gadis di hadapannya
"Hiks aku aku akan mengambil"
"MEMUNGGUT, MENGAMBIL, APAPUN ITU, AKU TAK PERDULI! KAU TAHU BERAPA BANYAK WAKTU YANG TERBUANG HANYA UNTUK MENUNGGUMU MEMUNGGUT BUKU ITU HAH?!" Amarah membuat tak ada siapapun berani mendekat dan melerai. Mereka terlalu takut karena mereka bisa saja dijadikan sasaran amuk gadis bermata bulan dengan tinggi 155cm itu.
Dia, Cucu pemilik sekolah elite ini. Anak pemilik Hyuuga CORP berpengaruh di Konoha. Kau mencari gara-gara dengannya? Kau takkan berakhir dengan happy ending. Anggap saja dia berkuasa tapi yang mengerikan darinya itu bukanlah kuasa melainkan betapa dimanjanya dia oleh sang keluarga. Kau usik, bersiap-siaplah kau kena bantai.
Dia, sang anak emas, gadis kelas 11 berumur 17tahun. Dia, sang anak tunggal Hyuuga yang dikenal dengan manja, kasar, temperamen dan kecantikannya.
Dan yang paling jelas dia,
Hyuuga Hinata,
yang dijuluki sebagai
sang bocah liar.
"Ma-maaf hiks maaf!"
"MAAF MAAF PALA KAU PEANG!"
.
.
.
Kau harus, karena akupun percaya.
.
.
.
12.32
"Hikssss kakek kakek!" air mata itu mengalir membahasi pipi chubby Hinata. Dia mendudukan kasar dirinya ke sofa tepat di sebelah lelaki yang ia panggil kakek tadi.
"Ada apa sayangku? Kenapa kau menangis?" sang kakek bertanya dengan khawatir sambil menghapus air mata cucunya.
"Huaaaaaaa hiks masa masa guru Iruka memberiku kelas tambahan karena nilai matematikaku buruk. Huuaaaa! Aku tak mau!" renggek Hinata tak terima. belajar adalah hal yang membosankan!
"Cup cup cup... Jangan menangis lagi. Kakek akan memintanya membatalkan kelas itu." bujuknya. "Nilaimu buruk bukan salahmu itu karena dia tak pandai mengajar, kakek akan memecat dia." lanjutnya menepuk-nepuk pundak cucunya.
"Iya benar itu! Dia sangat buruk. Dia guru yang buruk!"
Anak yang buruk dengan didikan yang buruk, iya pastinya. Dialah Hinata, sang anak emas Hyuuga.
.
.
.
.
15.01
"Naru, sepertinya ini alamatnya." wanita bersurai merah itu menatap gedung tinggi di hadapan mereka. Apartemen, sepertinya inilah tempat yang akan anaknya tinggali di Konoha.
"Hm." guman lelaki bersurai pirang yang dipanggil Naruto.
Mereka masuk ke dalam gedung besar di tengah-tengah kota itu sambil melihat-lihat ke kanan dan ke kiri.
Braack
Tapi seorang gadis entah muncul dari mana malah menabrak wanita bersurai merah tadi hingga membuat mereka berdua sama-sama tersungkur ke lantai bersih itu.
"Ittaaii! Kau kalau jalan pake mata, dasar nenek-nenek gak punya mata!"
.
Naruto pov
Gadis yang menabrak ibu barusan berdiri dan mencoba mendorong pundak ibu tapi dengan cepat aku menahan dan mendorong kedua lengannya hingga memojokkannya ke dinding di belakang.
"Hei, kau kira apa yang kau lakukan!?" marahku, mataku membulat, membara dan mengeram padanya. Berani sekali dia ingin mendorong ibuku padahal jelas-jelas dia yang salah lari-lari gak jelas.
"Iittai! Sakit dasar sialan!" kakinya ingin menendang tapi aku mencegatnya dengan menghimpitkan kaki itu di antara lututku.
"Naru, ibu tak apa-apa. Lepaskan di"
"Tapi ibu!" selaanku, disela oleh gadis bermata bulan yang tengah menatap menantang ini.
"Kau dengar itu, sialan!? Dasar anak durhaka! Dengarkan ibumu itu, bajingan sialan!" aku mengangga tak percaya. Apakah ini anak 14 tahun? Dia sangat kecil dan kasar.
Mau tak mau aku melepasnya.
Tap!
"Arrrggh!" desisan sakitku berhasil kutahan. Bocah ini baru saja menendang antara pahaku hingga membuatku berjatuh bersimpuh ke bawah.
"Yaampun Naru!"
"Dasar sialan! Mampus kau!" dia menjambak-jambak rambut pirangku sebelum meninju pipiku dan berlari pergi denga kata "Tolol!"
Naruto pov end
.
.
.
.
"Hei, kak Natsu. Aku mau tinggal di apartemen lantai 22." Perintah Hinata pada pelayannya, Natsu.
"Maaf Hinata-sama, sepertinya lantai paling atas itu sudah ada yang membelinya. Bagaimana jika anda tinggal di lantai 21 saja?" Natsu menyarankan. Padahal Hinata sudah mempunyai tempat tinggal yang mewah dan nyaman tapi dia malah ingin tinggal sendiri di sebuah apartemen.
"Hmmm..." Hinata menimbang. "Yah, baiklah. Aku ingin semua yang aku perlukan sudah berada di rumah baruku sebelum aku kembali jam 8 malam nanti." lanjutnya kemudian berlalu pergi.
"Ha'i Hinata-sama."
.
.
.
.
19.54
"Hah~ iya ibu, aku sudah selesai mandi. Ibu harusnya tinggal di sini untuk beberapa hari." ucap lelaki bersurai kuning pada telepon di telinga kirinya. Ia juga tengah mengeringkan rambut dengan handuk kecil di tangan kanannya.
"Ibu hanya ingin mengantarmu, Naru. Semoga kau betah di sana. Belajarlah yang giat." suara dari seberang sana.
"Huft. Mengapa juga aku harus pindah ke sini." keluh Naruto yang sebenarnya hanya menurut dan malas memprotes.
"Kami ingin kau masuk ke sekolah terbaik di Jepang ini. Kalau gitu, beristirahatlah. Jaga dirimu baik-baik."
"Iya, bu." dan panggilan pun di akhiri.
Brack!
Brack! Brack!
Ding dong!
Ding dong!
Ding Ding Ding dong!
Perhatian Naruto pecah ketika pintu apartemennya di ketuk dengan sangat kasar.
"Cih, siapa itu?" meletakkan gelas di tangannya ke meja, Naruto melangkah mendekat.
.
.
Tet tet tet
Klik..
Ia menekan beberapa kode sebelum membuka pintu itu.
"Kau!"
"Kau!?" tapi siapa yang ia lihat membuat matanya terbelak.
"Untuk apa kau di sini!?"
"Harusnya aku yang bertanya! Kenapa kau ada di depan apartemenku?" Naruto bertanya balik.
"Apartemenmu? Jelas-jelas lantai ini sudah jadi punyaku!" bantah gadis yang diketahui adalah Hinata.
"Punyamu? Aku sudah membelinya kemarin!"
"Punyaku! Aku sudah membelinya tadi!" Hinata mendobrak masuk ke dalam dan menyeret Naruto keluar dengan menarik lengannya.
"Keluar!"
"Apa-apaan ini?!" Naruto menepis kasar tangan Hinata. "Dasar cewek gila. Keluar kau sebelum aku panggil security!" ancam Naruto tapi Hinata malah melototinya.
"Ka-Eh tunggu...?" Hinata terdiam, berpikir.
"..." Sepertinya ia mengingat sesuatu. Bukankah tadi Natsu bilang apartemennya di lantai 21?
"..." krik krik
Hinata terdiam sejenak. Ups!
"Hmhmhm." berusaha bertingkah seperti tak ada masalah, Hinata berlalu pergi melewati pintu tapi sebelum ia berhasil melewatinya, Naruto membanting kasar pintu itu hingga tertutup, sontak membuat Hinata terperanjak kaget. "Setan kaget!"
"Tadi kau yang menabrak ibuku, bukan?!" Naruto mulai mengungkit kejadian tadi siang. Kebetulan sekali bertemu lagi dengan gadis ini, akhirnya ia bisa memberinya pelajaran.
"Aku apa hah?! Kau berani menyalahkanku?! Apa kau tahu siapa ak?!"
Braack!
"Kyaaah!" Hinata terpekik kaget saat tangan kekar Naruto memukul pintu di belakangnya, perlahan membuat dirinya memojok ke pintu itu. Jantungnya berdebar karena terkejut.
"Kau gila! Kau kira apa yang kau lakukan?!" tangan Hinata melayang tapi sebelum sempat mendarat ke pipi berkumis kucing itu, Naruto terlebih dulu menangkapnya.
Greep!
"Sakit iittai!" tenaga Naruto seolah ingin mematahkan tangan mungil itu.
"Aku akan menjelaskannya secara rinci agar otak kecilmu itu paham." Naruto mengeram, matanya mengkilat karena emosi. Gadis ini sangat tak tahu diri, belagak dan menyebalkan, sungguh membuatnya marah.
"Kau harus sadar di mana kau berada kini. Siapapun kau dan apapun kau, kau tak lebih dari seorang gadis kecil liar yang kasar." hanya satu jengkal, kedua wajah itu berjarak.
"Tak ada siapapun di sini dan tak ada yang tahu kau di sini. Aku bisa melakukan apa saja padamu DETIK INI JUGA dan kau bisa apa hah?!" mata Hinata terpejam ketika nada bicara Naruto meninggi di bagian akhir.
.
.
.
.
To be continue..
.
.
.
.
Episode satu, diselesaikan oleh keputusasaan berpikir.
Hikssss setelah banyak fic yang gagal huaaaaaa akhirnya selesai juga. Ga tahu deh gagal apa enggak. semoga suka :( silahkan tinggalkan review
Maaf fic kemarin blm selesai karena masih blonk sana sini.
btw sekedar info alasan mengapa awalnya diawali oleh ngamuk2 itu bukan tanpa alasan. author hanya putus asa berpikir selama beberapa lama ini jadinya ngasal dan syukur membuahkan hasil hehe peace
Semoga suka
Bye bye :(