Baekhyun tidak tau, apa yang merasuki suaminya. Sehingga suami yang dicintainya semakin berubah. Di dunianya hanya ada harta, harta dan harta. Chanyeol akan melakukan apapun demi harta, tanpa mempdulikan apapun. Termasuk perasaan Baekhyun.

Saat ini Baekhyun memang dikenal sebagai seorang aktris yang menjadi idaman semua orang. Tidak hanya aktingnya yang diakui dan disenangi, suara merdunya yang berhasil menghipnotis siapapun yang mendengarnya membuat albumnya juga laku keras dipasaran.

Bahkan lagu pertamanya sudah mendapatkan penghargaan lagu tahunan, dimana yang merupakan penghargaan tertinggi.

Apa yang didapatkan Baekhyun sekarang memang tidak lepas dari campur tangan Chanyeol, suaminya. Atau dapat disebut, campur tangan CEO agensi tempatnya bernaung.

Dimata publik, Baekhyun adalah seorang wanita berumur 32 tahun yang masih mencari kekasih untuk hidup tuanya. Tidak ada yang mengetahui kalau sebenarnya CEO agensinya merupakan suaminya.

"Baekhyun, kau dipanggil oleh Chanyeol sajangnim."

Lamunan Baekhyun terhenti ketika suara managernya terdengar. Wanita cantik itu mengangguk kemudian berjalan menuju ruangan orang tertinggi di agensi ini.

Dia baru saja menyelesaikan rekaman untuk mini album keduanya, itu alasan kenapa dirinya berada digedung agensi besar tersebut.

Baekhyun mengetuk pintu berwarna hitam, menunggu suara dari dalam yang menyuruhnya masuk. Setelah mendengar suara yang tak asing baginya, Baekhyun mendorong pintu tersebut kemudian masuk kedalamnya.

Langkahnya mendekat pada meja kerja Chanyeol, menatap lelaki yang tengah sibuk dengan berkas-berkas didepannya.

"Ada apa memanggilku, Chanyeol?"

"Kemari."

Baekhyun mendekat kearah Chanyeol, ia berdiri disamping lelaki yang menjadi suaminya itu. Tubuhnya tersentak ketika Chanyeol menariknya hingga terjatuh diatas pangkuan Chanyeol.

"Kau sudah selesai rekaman?" Baekhyun mengangguk. Ia memberikan senyuman tipis untuk Chanyeol yang memberikan kecupan dipelipisnya. "Tuan Choi memintamu untuk kembali menemaninya minum. Pergilah menemuinya."

Seperti yang diperkiraan Baekhyun ketika mengetahui Chanyeol memanggilnya, Chanyeol pasti akan menyuruhnya untuk menemui para petinggi perusahaan. Menemani mereka minum hingga mabuk, dan berakhir dengan dirinya berada diatas ranjang para petinggi tersebut.

Miris.

Suaminya sendiri menjual dirinya.

"Baek, aku melakukan ini agar mereka tetap menginvestasikan uang mereka di agensi kita. Mereka juga dapat membuat jalanmu di dunia hiburan semakin mulus."

Baekhyun memberikan senyuman tipis kemudian mengangguk. Mengikuti semua ucapan Chanyeol seperti apa yang selalu dilakukannya.

.

Scattered

ChanBaek

.

Baekhyun ingat, kapan dirinya pertama kali bertemu dengan Chanyeol. Pada tanggal 7 september, dimana hari pertama dirinya masuk ke universitas. Masuk ke jurusan yang sama, membuat dirinya dan Chanyeol semakin dekat. Hingga di semester ke lima mereka, Chanyeol menyatakan perasaannya dan diterima baik olehnya.

Chanyeol yang Baekhyun kenal adalah lelaki yang penuh dengan ambisi dan pekerja keras, namun dibalik itu semua Chanyeol adalah lelaki yang sangat lembut dan perhatian. Chanyeol selalu memberikan apapun untuknya, walaupun ia membelinya dengan sisa uang terakhirnya.

Hidup dalam kesusahan memang mereka rasakan berdua. Orang tua Baekhyun bekerja sebagai guru, kehidupan sederhana selalu Baekhyun jalani. Sedangkan kedua orang tua Chanyeol hanyalah petani yang menggantungkan hidup mereka dengan hasil panen.

Namun walaupun begitu, Chanyeol tetap mendapatkan beasiswa untuk melnajutkan pendidikannya.

Dan Baekhyun sangat bangga dengan Chanyeol. Sebagai mahasiswa beasiswa, tidak membuat Chanyeol dikucilkan oleh teman-temannya, melainkan teman-temannya selalu datang kepadanya untuk kembali menjelaskan materi. Lalu Chanyeol akan mendapatkan upah yang dia tabung sebagian, lalu sisanya akan digunakan bersama Baekhyun.

Tapi Chanyeol yang Baekhyun kenal kini sudah berubah. Uang membuat dirinya buta.

Sifat lembut Chanyeol menghilang, digantikan dengan dirinya yang sering membentak Baekhyun. Kata-kata cinta sudah tidak pernah Baekhyun dengar, yang didengar darinya hanya Chanyeol yang menyuruhnya untuk melayani para petinggi perusahaan.

Bahkan ketika Baekhyun diketahui hamil anaknya, Chanyeol dengan kejamnya menyuruh Baekhyun untuk mengugurkan bayi tersebut.

Baekhyun yang sangat mencintai Chanyeol, dengan bodohnya selalu menuruti apapun ucapan suaminya.

"Tidurlah, Baek. Kau sangat lelah."

Ucapan managernya lagi-lagi membuyarkan lamunan Baekhyun. Aktris cantik itu mengangguk, mengiyakan ucapan managernya.

"Kau ingin makan atau langsung pulang?"

"Langsung pulang saja, aku sangat mual."

Bagaimana tidak mual jika selama dua jam Baekhyun harus menelan sperma dari tuan Choi.

Baekhyun memilih tidur ditengah perjalanan, membiarkan rasa lelahnya menguap dari tubuhnya. Hingga mobil yang membawanya berhenti didepan rumah mewah bak istana.

Jika dulu Baekhyun hanya dapat memandang rumah mewah seperti itu, kini Baekhyun dapat masuk bahkan memilikinya.

Seulgi, managernya pamit pulang. Baekhyun mengangguk dan memberikan senyuman tipis untuk manager yang telah menemaninya sejak dirinya debut. Langkah kaki pendeknya membawa dirinya masuk kedalam rumah mewah tersebut. Mengunci pintu depan, Baekhyun menuju kamarnya dan Chanyeol.

Didalam kamar, Baekhyun mendapati sang suami yang tengah duduk didepan laptop kerjanya. Baekhyun menghela nafasnya pelan.

"Eoh, kau sudah pulang, Baek."

Bahkan Chanyeol tidak mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

Baekhyun menjawab dengan sebuah gumaman. Wanita cantik itu masuk kedalam kamar mandi, membersihkan dirinya dari sisa-sisa menjijikkan yang ditinggal kan oleh lelaki bertubuh tambun yang telah menikmati tubuhnya.

"Hiks..."

Selalu seperti ini, Baekhyun tidak dapat melakukan apapun kecuali menangisi dirinya sendiri. Dia berharap, ia mempunyai mesin waktu untuk mengulang dan memperbaiki kehidupannya saat ini.

Baekhyun menggosok badannya kuat-kuat. Memakai sabun beberapa kali, mencoba menghilangkan bau dari tuan Choi.

Selesai dengan mandi dan berpakaian, Baekhyun keluar kamar mandi dengab wajah yang tenang. Ia tersenyum kearah Chanyeol tebgah duduk diatas ranjang mereka.

"Kemari, Baek."

Baekhyun menghampiri Chanyeol lalu duduk ditempat yang ditepuk Chanyeol sebelumnya. Ia melingkarkan tangannya memeluk tubuh kekar Chanyeol lalu menyandarkan kepalanya pada dada bidang sang suami.

"Bagaimana hari ini?"

"Sepeti biasa..." Baekhyun kembali membohongi dirinya sendiri. Karena untuk Chanyeol, kalimat 'seperti biasa' itu bertanda dirinya menikmatinya.

Baekhyun memejamkan matanya ketika mendapatkan kecupan lama dipucuk kepalanya. Ia mendongakkan kepalanya, mencium bibir Chanyeol kemudian tersenyum. Menunggu, apakah Chanyeol akan mengucapkan kalimat cinta untuknya.

"Tidurlah, kau pasti lelah. Besok kau juga harus bekerja."

Harapan hanya tinggal harapan. Baekhyun tersenyum kecut lalu mengikuti Chanyeol yang berbaring. Namun dirinya masih tetap memeluk tubuh suaminya itu. Menghirup wangi tubuhnya.

"Chanyeol... Apa sudah boleh untuk memiliki anak?"

Tubuh mungilnya terdorong keras. Baekhyun meringis, menatap wajah Chanyeol yang menatapnya tajam dengan ekspresi datarnya.

"Kita belum siap untuk mempunyai anak, Baek."

"Tapi aku membutuhkan seorang anak untuk menemaniku, Chan."

"Teman-teman artismu sangat banyak untuk menemanimu."

Baekhyun menggelengkan kepalanya kuat. Airmatanya tidak dapat ia tahan lagi. "Itu berbeda. A-aku menginginkan seorang anak didalam keluarga kita, Chanyeol."

"Kubilang tidak, ya tidak!" Chanyeol bangun dari tidurnya kemudian berjalan keluar kamar dengan membanting pintu keras.

Meninggalkan Baekhyun yang meringkuk diatas ranjang dengan tangisan pilunya.

.

.

Jadwal Baekhyun hari ini sama seperti hari sebelumnya. Ia harus kembali ke agensi untuk melakukan rekaman lagu lainnya untuk mini album keduanya. Setelah itu Baekhyun akan mengisi acara Reality Show. Tidak begitu melelahkan, jika dirinya tidak menemani para lelaki hidung belang itu.

Sesuatu yang mengejutkan untuk rekaman hari ini adalah, Chanyeol yang ikut mengawasi jalannya rekaman hari ini. Baekhyun tidak dapat berbohong, kalau dirinya sangat senang untuk itu. Oleh karena itu, Baekhyun berusaha memberikan yang terbaik didepan Chanyeol.

Karena kerja yang bagus dari Baekhyun, rekaman untuk album terbarunya telah rampung hari ini juga. Yang seharusnya selesai pada esok hari.

Baekhyun berjalan mendekati Chanyeol ketika melihat gerakan tangan lelaki itu yang menyuruhnya mendekat. Senyuman tipis Baekhyun berikan, dan senyumannya semakin melebar ketika Chanyeol mengusap kepalanya dengan lembut.

Salah satu yang paling dirindukan oleh Baekhyun.

Dulu, Chanyeol sangat sering mengelus kepalanya. Hal tersebut dilakukan Chanyeol untuk menyalurkan rasa sayangnya kepada Baekhyun. Setiap bertemu dengan Chanyeol, Baekhyun selalu mendapatkan belaian lembut dikepalanya.

Ketika dirinya tersenyum, ketika dirinya merajuk, ketika dirinya berhasil melakukan sesuatu, ketika dirinya menangis. Chanyeol akan selalu mengusap kepalanya dengan senyuman teduh yang menemani. Setelahnya kecupan pelan dan kata cinta akan diberikan Chanyeol.

Untuk saat ini, hanya sebuah usapan tanpa embel-embel apapun, telah membuat hati Baekhyun menghangat.

"Kau bekerja sangat bagus, Baek," Chanyeol kembali menyembunyikan tangannya pada saku celananya. "Maafkan aku untuk yang semalam."

Baekhyun mengangguk pelan. Wanita mungil itu memeluk tubuh Chanyeol dengan gerakan yang menggemaskan. Chanyeol terkekeh pelan kemudian mengusap pinggang Baekhyun.

"Ohiya, Baek. Tuan Kim tadi menelponku..."

Senyuman Baekhyun luntur seketika. Seharusnya ia sadar mengapa Chanyeol berada disini, meminta maaf dan memberikan belaian lembut dikepalanya. Dan seharusnya Baekhyun menolak ucapan Chanyeol, bukannya tersenyum tipis kearah suaminya itu.

.

.

Mungkin dari semua para petinggi yang Baekhyun layani, tuan Kim adalah yang termuda. Bahkan usianya lebih muda daru Baekhyun sendiri. Bukan itu saja, tuan Kim juga yang paling tampan dari semuanya, selain itu sikapnya juga sangat lembut dan sopan.

"Ayo dimakan, noona."

Bahkan dia memanggil Baekhyun dengan sebutan noona. Sangat sopan bukan?

Baekhyun mengangguk kemudian memasukkan irisan daging steak kedalam mulutnya. Mengunyahnya pelan lalu menelannya. Ia memberishkan sudut bibirnya dengan sapu tangan pelan selesai dengan makanannya.

Tuan Kim yang lebih sering Baekhyun panggil dengan Jongin, menuangkan wine kedalam gelas Baekhyun.

"Makanmu sangat dikit, noona."

"Aku harus tetap menjaga berat badanku," Baekhyun tersenyum canggung. Apalagi ketika lelaki itu mendekat kearahnya, mencondongkan wajahnya untuk mengecup pipinya.

"Noona, menikahlah denganku. Kau tidak perlu menjadi seorang aktris lagi, kau hanya perlu menungguku pulang dirumah."

Ucapan Jongin membuat Baekhyun tersambar petir disiang hari. Aktris cantik itu mengerjapkan matanya cepat, tidak percaya dengan ucapan lelaki didepannya. "A-apa? Menikah?"

"Iya... Aku mencintaimu sejak pertama kali melihatmu di televisi. Lalu ketika aku bertemu denganmu, rasa suka itu semakin besar," Jongin membawa tangannya menggenggam jemari Baekhyun lalu mengecupnya lembut. "Aku bersungguh-sungguh."

"A-... Itu... Aku sepertinya tidak bisa."

"Apa karena aku lebih muda darimu?"

Kepala Baekhyun menggeleng kuat. "Bukan seperti itu, Jongin-ssi. Kau tau, kau dapat mendapatkan istri yang lebih baik dariku."

"Bagiku kau sempurna, noona."

'Untukku kau sempurna, Baek.'

Seperti dejavu, Baekhyun seperti mendengar suara Chanyeol yang pernah mengucapkan kalimat yang mirip seperti yang diucapkan Jongin. Kalimat yang membuat Baekhyun tersenyum senang dan semakin mencintai lelaki itu.

"Terima kasih untuk pujiannya, Jongin-ssi."

.

Baekhyun telah kembali kerumah mewahnya. Berbaring berdua dengan sang suami dengan dirinya yang memeluk tubuh Chanyeol erat. Kepalanya ia sandarkan pada dada bidang Chanyeol, tempat paling nyaman yang pernah ditemuinya.

"Chan..." panggilnya pelan. Ia mendongakkan kepalanya demi menatap mata Chanyeol yang sangat disukainya. "Bisakah aku tidak bertemu dengan tuan Kim lagi?"

"Kenapa?"

Baekhyun menggigit bibir bawahnya. "Dia memintaku untuk menikah dengannya, ku rasa setelah ini aku akan sangat canggung kepadanya."

Chanyeol membawa tubuhnya sedikit menjauh. Mata bulat Chanyeol menatap dalam kearah Baekhyun. "Lalu apa kau menerimanya?"

"Tentu tidak! Aku telah memiliki suami!"

Helaan nafas berat dikeluarkan oleh Chanyeol. Lelaki tinggi itu mengacak rambutnya kemudian duduk bersandar diatas kasur. Baekhyun ikut duduk menghadap Chanyeol, menatap bingung pada suaminya itu.

"Seharusnya kau menerimanya, Baek. Kau tau, Tuan Kim itu sangat kaya."

"A-apa kau bercanda, Chanyeol? Kau menyuruh istrimu menikah dengan lelaki lain?!"

Chanyeol mendengus pelan. Ia membuka kancing baju tidur Baekhyun, memperlihatkan tubuh mulus Baekhyun. "Kurasa kau bukan istriku lagi, Baek. Kau itu wanita cantik pencetak uang."

Satu airmata jatuh membasahi pipi Baekhyun. Chanyeol dengan sigap menghapus airmata tersebut.

"Lihatlah, tubuhmu sangat indah," Chanyeol membelai tubuh Baekhyun. "Payudaramu sangat padat," ia meremas kedua payudara Baekhyun. "Kau aset paling berharga milikku, Baek. Jangan sampai kau melukai kulit mulusmu."

Chanyeol mencium rahang Baekhyun, tangannya masih setia meremas payudara Baekhyun. Memainkan puting susunya.

"Lalu ini," tangannya bergerak menuju bokong Baekhyun. "Ini sangat besar. Mereka tidak akan melewatkan hal ini untuk mereka sentuh. Dan ini," tangannya membuka celana Baekhyun cepat lalu membelai kewanitaan Baekhyun. "Mereka tidak akan berpikir dua kali untuk menikmati cengkraman lubangmu."

Baekhyun hanya terdiam. Saat Chanyeol menindih tubuhnya, Baekhyun juga hanya diam. Menatap kosong lelaki tinggi yang berada diatasnya. Membiarkan tangan Chanyeol yang melecehlan tubuhnya.

"Bahkan aku juga tidak akan menolak tubuhmu, Baek."

Usai mengucapkan itu, Chanyeol melumat bibir Baekhyun dengan kasar. Tangannya bergerak mengeluarkan penisnya yang langsung ia gesekkan pada lubang Baekhyun. Tanpa mengucapkan satu katapun, Chanyeol mendorong penisnya masuk membelah diri Baekhyun. Bahkn erangan kesakitan Baekhyub sama sekali tidak ia pedulikan.

Pinggulnya bergerak cepat, menggenjot tubuh Baekhyun yang hanya diam dibawah kendalinya.

"Apa kau tau, kalau selama ini aku selalu 'bermain' dengan Irene? Trainee yang akan debut itu. Ternyata dirimu lebih nikmat dibandingan dia. Pantas saja mereka mau membayar mahal dirimu."

Baekhyun tidak mendengarnya lagi. Itu terlalu menyakitkan baginya. Mendengar Chanyeol yang mengaku bahwa dirinya beemain dengan wanita lain, lebih menyakitkan dibandingkan Chanyeol menjual dirinya demi uang. Air matanya terus merembes keluar, pandangannya lurus menatap langit-langit diatasnya.

Sedangkan Chanyeol masih terus menunggangi tubuh Baekhyun disertai geraman nikmat dari bibirnya.

.

.

Pagi kembali lagi. Baekhyun duduk bersandar diatas kasurnya. Tubuhnya hanya terbalut selimut putihnya, ia masih sama polosnya ketika Chanyeol melecehkan tubuhnya. Tatapannya pun masih kosong.

"Hari ini kau tidak ada jadwal, bukan Baek? Karena rekamanmu sudah selesai kemarin," Chanyeol merapikan letak dasinya dengan bantuan cermin. Ia menoleh kearah Baekhyun yang hanya diam.

"Tuan Kim tadi mengirimkan pesan, dia ingin bertemu denganmu lagi. Jika dia kembali mengajakmu menikah, kau harus menerimanya. Mengerti?"

Tidak mendapatkan jawaban dari Baekhyun, Chanyeol menggeram kesal lalu berjalan cepat kearah wanita cantik itu. Ia menarik rambut Baekhyun hingga Baekhyun mendongak kearahnya. "Kau mengerti?"

Baekhyun memaksakan sebuah senyuman dibibirnya. "A-aku mengerti."

"Bagus. Kalau begitu aku berangkat bekerja dulu. Aku akan menyuruh Seulgi menjemputmu jam makan siang nanti."

Chanyeol meninggalkan kamar, menyisakan Baekhyun yang kembali mengeluarkan air matanya. Baekhyun membuang selimut yang menutupi tubuh polosnya, kemudian ia turun dari atas ranjangm. Berjalan pelan menuju cermin panjang yang berada disudut kamar. Dengan tatapan datarnya, Baekhyun menatap tubuhnya.

"Tubuhku memang indah..." gumamnya pelan. "Aku tidak akan melukai diriku."

Baekhyun berjalan kearah kamar mandi dengan langkah pelan. Ia selalu mengucapkan 'Aku tidak akan melukai diriku' dengan nada pelan dan lirih.

.

Baekhyun tidak tau sudah seberapa lama dirinya tertidur didalam kamar mandi. Asik berendam, membuat Baekhyun tenang. Namun ketika melihat jam, Baekhyun kembali panik. Ini sudah jam makan siang, dan Baekhyun tidak mau bertemu dengan tuan Kim.

Tubuhnya bergetar hebat. Ia berjalan pada cermin meja riasnya, menatap wajahnya. Baekhyun membelai pelan wajahya. "Aku tidak akan melukai diriku."

Ia terus mengucapkan kata yang sama. Membuka laci meja rias, lalu mengambil sebuah cutter kecil dari sana. Baekhyun kembali menatap cermin masih dengan bibir yang mengucapkan kata-kata yang sama.

Baekhyun mendekatkan cutter pada wajahnya. Menggoreskan ujung tajam pada pipinya, membiarkan darah mengalir mengotori wajahnya.

"A-aku tidak akan melukai diriku!"

Namun perlakuaannya berbanding terbalik dengan ucapannya. Baekhyun semakin banyak menggoreskan kulit mulus wajahnya dengan cutter kecil miliknya. Ia tertawa senang, melihat wajahnya penuh dengan goresan dan darah.

Baekhyun berlari pelan, menuju cermin besar di sudur ruangnya. Dengan menatap cermin, Baekhyun kembali menggoreskan cutter nya pada perut ratanya. Menggores acak badan, tangan dan kakinya. Semakin banyak darah yang keluar, Baekhyun semakin senang.

Jika melihat darah yang mengering, Baekhyun kembali menggoreskan ujung tajam cutter. Hingga lukanya kembali terbuka dan mengeluarkan darah yang lebih banyak.

Tatapannya terpaku pada pergelangan tangannya. Baekhyun mengarahkan ujung cutter kearah sana, menekannya hingga dalam kemudian menggoreskan bagian tersebut lebih dalam. Matanya terpejam, merasakan darah yang berlomba-lomba keluar dari tubuhnya

"A-ku tidak akan m-melukai diriku..."

Baekhyun menjatuhkan cutteryang dipegangnya. Tubuhnya mulai lemas hingga dirinya jatuh diatas lantai yang dingin.

.

Chanyeol keluar dari mobilnya dengan tatapan marahm ia menatap Seulgi yang berada didepan pintu rumahnya. "Baekhyun masih belum keluar?!" tidak mempedulikan Seulgi yang mengangguk takut, Chanyeol membuka pintu rumahnya kasar.

"Tuan Kim sudah bertanya-tanya kenapa Baekhyun tidak datang. Kau sudah memanggilnya dengan suara keras?"

"S-sudah sajangnim."

"Ck, sial. Menyusahkan saja!"

Chanyeol berjalan cepat menuju kamarnya, dikuti oleh Seulgi yang mengekor dibelakangnya. Ia berteriak memanggil nama Baekhyun berulang kali, saat sampai pada depan kamarnya, Chanyeol membuka pintunya kasar.

Ketika pintu tersebut terbuka seluruhnya, teriakan dari Seulgi terdengar nyaring. Chanyeol membulatkan matanya kemudian berlari kearah tubuh Baekhyun yang tergeletak dengan darah yang menggenang disekelilingnya.

"C-cepat siapkan mobil!"

Chanyoel menggendong tubuh Baekhyun yang mulai dingin. Air matanya berlomba-lomba keluar dari celah matanya. Ia membuka jas yang dikenakannya lalu memakaikan pada tubuh polos Baekhyun. Langkahnya sangat cepat, Chanyeol langsung naik kekursi penumpang dengan Baekhyun yang berada pada pangkuannya.

Chanyeol melepas dasinya kemudian mengikatnya kuat pada luka mengangga dipergelangan tangan Baekhyun

"B-baekhyun?" suaranya bergetar, tangannya terangkat untuk mengelus wajah Baekhyun yang merah karena darah. Dadanya terasa nyeri ketika merasakan darah yang mengering di wajah cantik Baekhyun. "B-baekhyun? Hei, bangun, Baekhyun!"

Chanyeol menggoyang-goyangkan tubuh Baekhyun dengan kuat. Dirinya mulai terisak ketika merasakan tubuh Baekhyun yang semakin dingin.

"Baekhyun, sayang..." Chanyeol semakin terisak, ia membawa tubuh Baekhyun kedalam pelukannya. "Baekhyunnie... Kumohon, bangunlah. Jangan tinggalkan aku."

"Cha..n..."

Mendengar suara lirih Baekhyun, Chanyeol langsung mengangkat wajahnya. Ia menangkup wajah cantik Baekhyun dan menatapnya dengan tatapan bahagia.

"Baekhyunnie..."

"S-sudah sangat lama a..ku tidak m-mendengarmu memanggilku seper...ti itu."

Chanyeol mengelus pipi Baekhyun pelan dengan kedua ibu jarinya. "Sayang... Maafkan aku. Bertahanlah."

Baekhyun menggeleng lemah. Tangannya yang tidak terluka parah terangkat, mengelus wajah Chanyeol dengan lemah. "Maaf aku... Melukai diriku, Chan."

"Cukup, Baek. Simpan tenagamu, sayang."

Chanyeol kembali memeluk tubuh Baekhyun dengan pelan. Ia mengecup pucuk kepala Baekhyun penuh perasaan, tangannya mengelus kepala Baekhyun dengan lembut.

"C-cha...n aku... Mencin...taimu."

"Aku juga mencintaimu, Baekhyunnie. Maafkan aku," isakan Chanyeol semakin besar. Lelaki itu menatap Baekhyun yang kembali memejamkan matanya. Kepalanya menggeleng dengan tangan yang menggoyang-goyangkan tubuh Baekhyun. "Tidak... Baekhyun... Bangun, Baek. Baekhyunnie..." kepalanya terus menggeleng, tubuhnya mulai bergetar.

"SEULGI CEPATLAH!"

Chanyeol memeluk tubuh Baekhyun erat, mencoba menyalurkan kehangatan tubuhnya pada tubuh Baekhyun yang dingin. Kepalanya menggeleng kuat, raungan tangisnya memenuhi mobil. Terdengar sangat pilu. "Kumohon... Bertahanlah istriku..."

.

oOo

.

Okay, ff ini adalah hasil kegabutan karena gak bisa tidur. Mau ngetik bunnybym tiba2 ngestuck eh malah dapet ide ff mellow begini kkk. Dan karena banyak yang nanya kapan aku bikin ff gs lagi, karena udh keseringan Yaoi nih udah aku kasih ya hehe. Semoga suka dan tidak mengecewakan ya~

Hm... Ngomong apa lagi ya?.-. Pokoknya buat nanti yang review , fave dan follow ff ini, thank you so much yaaa. Gak ada yang bisa aku ucapin lagi kecuali terima kasih hehe.

Okelah, jangan lupa review ya hehe

.

.

.

.

.

.

.

Epilog

(Dibaca untuk yang gak suka ending angst. Tapi kalau ending diatas udah puas, ini gak usah dibaca ya. Daripada nanti malah gak ngefeel)

.

Chanyeol masih setia menunggu mata Baekhyun terbuka. Ia terus menggenggam tangan Baekhyun, menciumi telapan tangan Baekhyun yang seluruhnya ditutupi perban. Tidak hanya tangannya, seluruh tubuh Baekhyun dililit oleh perban.

Sudah tiga hari Chanyeol seperti ini. Hanya makan sepotong roti untuk satu hari dan air putih ketika tenggorokannya terasa kering. Pasalnya, seluruh makanan yang masuk kedalam dirinya selalu dikeluarkan kembali. Efek stress membuat tubuhnya menolak makanan.

"Baekhyunnie... Apa kau sangat marah kepadaku?" bisiknya. Chanyeol memainkan jari-jari Baekhyun yang sangat lemah. "Aku menyesal, sunggu sangat menyesal. Aku bukan suami yang baik untukmu."

Chanyeol menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya. Ia kembali menangis, menangisi kebodohannya.

"Tapi jika diberikan kesempatan... Aku akan menjadi suami yang baik untukmu. Aku tidak akan menyakitimu lagi, Baek... Maka dari itu, bangunlah Baekhyunnie."

"Apa... Kau benar-benar dengan... Ucapanmu?"

Sebuah suara lirih membuat Chanyeol terbangun dari duduknya. Ia membungkukkan tubuhnya, mendekat pada tubuh berbaring Baekhyun.

"Baekhyun..." Chanyeol tidak dapat menyembunyikan senyuman bahagianya. "Kau bangun. Apa ini berarti kau memberikanku kesempatan?"

"Pada saat terbangun, aku berharap kalau aku sudah mati. Namun ketika mendengar ucapanmu," Baekhyun menatap sendu kearah Chanyeol. "Aku dengan bodohnya kembali tersanjung padamu."

Chanyeol tersenyum bahagia, ia mengecup kening Baekhyun lama. Membiarkan perasaannya tersalurkan dari sana. "Terima kasih, Baek..." Chanyeol meraih tangan Baekhyun yang tidak terpasang infus. Menggenggamnya pelan lalu mengecupnya lembut.

Baekhyun tersenyum lirih. Berharap suaminya akan menepati janjinya dan tidak akan mengecewakan dirinya lagi.