Attention
Disclaimer : Masashi Kishimoto always have the whole character here, i just borrowed it and put them on my story.
Warning : As always i was a bit clumsy and a bit lazy. So, forgive all typo and miss typo here since 6 years a go they already become my family, SasuSaku is main pairing, NaruSasuSaku, NaruHina, InoSai and manymore, DLDR please.
.
.
.
.
"Kau menolak melepaskan ku tapi kau juga menolak untuk kembali padaku, apakah semua yang terjadi diantara kita hanya sebuah permainan bagimu?"
-Aphrodite girl 13
.
.
.
.
Narita Airport, Tokyo Japan
Sakura menghela nafansya, melirik dengan kesal layar ponselnya dan sekali lagi menolak panggilan masuk dari mantan managernya itu sebelum memasukkan kembali ponselnya kedalam tas tangannya. Wanita itu memasang kaca mata hitamnya dan menarik kopernya masuk kedalam gerbang keberangkatan luar negri. Ia mengabaikan beberapa paparazi yang nekat mendekat kearahnya dan menanyakan berbagai macam pertanyaan yang enggan ia jawab, ia bahkan tidak peduli saat mereka mengambil fotonya secara diam-diam. Yang ia lakukan hanya berjalan terus sampai ke bagian check in tiket dan menyerahkan pasport dan tiket pesawatnya. Ia sudah akan tiba di antrian jika saja seseorang tidak menarik tangannya dan menghentikan langkahnya.
"Sakura aku mohon dengarkan aku." Wanita itu memutar bola matanya bosan, dan menyentak tangan pria itu kasar,
"Terlalu banyak paparazi dan aku tak ingin masalah privasiku di ketahui dan menjadi konsumsi publik. Menyingkirlah Sasori." Ujarnya, Sakura sudah akan melangkah pergi tapi pria itu menghalanginya,
"Aku mohon dengarkan aku, aku dan Shion apa yang kau lihat semalam itu bukan seperti apa yang kau fikirkan." Sakura melepas kaca mata hitam Christian Louboutin miliknya dan menatap tajam kearah mantan manager sekaligus mantan kekasihnya itu,
"Bukan seperti apa yang aku bayangkan? Lalu katakan padaku apa yang akan ada pada benak seorang wanita ketika melihat kekasihnya bersama seorang wanita yang setengah telanjang diatas ranjangnya? Apa kau gila?!
Kita sudah selesai, semuanya sampai disini. Aku tidak akan mau bertemu, berbicara apalagi berurusan denganmu. Sekarang menyingkir dari hadapanku karena pernerbanganku sebentar lagi." Sakura berusaha menyingkirkan Sasori dari hadapannya namun pria itu justru menggenggam pergelangan tangannya terlalu keras dan menariknya agar tetap diam di tempatnya,
"Apa kau gila?! Aku bilang menyingkir dari hadapanku sekarang juga!" Namun pria itu tak mau mendengar Sasori bahkan berusaha menarik wajahnya mendekat dan menciumnya, Sakura memberontak dan mendorongnya dan dengan satu gerakan mulus ia menampar pria itu dengan keras,
"Kau. Menjauh. Dariku. Sekarang. Juga!" Ia memberikan penekanan pada setiap suku kata dalam kalimatnya, tak hanya itu Sakura bahkan menunjuk pria itu dengan jari telunjuknya sebagai peringatan tegas,
"Beraninya kau menamparku!" Sasori mengangkat tangannya dan nyaris menampar wanita itu jika saja tangan lain tidak memblokir gerakkannya,
"Aku khawatir jika memukul wanita adalah kebiasaan burukmu. Jika itu benar, kau tidak bisa di anggap sebagai seorang pria." Sakura menatap lurus pria bersurai dark blue yang kini berdiri di hadapannya
"Kau, menyingkir dari sini! Aku tidak ada urusan dengan mu!" Pria itu menghempaskan tangan Sasori kasar dan menatap garang kearahnya,
"Maafkan aku tapi, wanita ini bersamaku. Jadi, apapun yang terjadi padanya akan menjadi tanggung jawabku secara tidak langsung." Ujarnya, Sakura tersentak dan menatap punggung pria yang masih membelakanginya itu dengan tatapan berterimakasih,
"Aku bilang menyingkir dan berikan wanita itu padaku." Pria bersurai hitam itu menoleh kearahnya, membuat Sakura mematung begitu iris jadenya ditatap langsung oleh sepasang onyx hitamnya,
"Bisakah kau menyingkir sebentar um..."
"Haruno Sakura." Pria itu tersenyum dan mengangguk,
"Nona Haruno, bisakah kau menyingkir sebentar? Sepertinya mantan pacar mu ini agak sedikit merepotkan." Sakura mengangguk dan mundur beberapa langkah kebelakang, ia bisa melihat Sasori sudah akan meninju wajah pria misterius itu namun dengan mudah di blokir, pria bersurai hitam itu memblokir tiju Sasori dan balik meninju wajah pria berambut merah itu hingga pria itu terjengkang kebelakang dan terjatuh. Darah segar keluar dari lubang hidungnya dan pria itu menatap garang pria yang menolong Sakura.
"Lain kali, pilih lawan yang seimbang bagimu sebelum menyerang." Ujarnya, Pria itu mengeluarkan beberapa lembar yen dan melempar uang itu kepadanya,
"Untuk biaya rumah sakitmu dan mulai sekarang jauhi Sakura. Kau mengerti?" Sasori diam Saja, beberapa pria berpakaian serb hitam dengan kaca mata hitam dan earpiece mendekat kearah mereka dengan pistol sudah siap di tangan mereka dan di todongkan tepat kearah Sasori.
"Yang Mulia anda baik-baik saja?" Pria itu memutar bola matanya dan mengangguk,
"Aku baik-baik saja Juugo. Perintahkan mereka untuk menurunkan senjata dan urus pria ini." Ujarnya, Pria yang di panggil Juugo itu mengangguk mengerti dan empat orang pria lainnay menurunkan senjata mereka begitu di komando oleh Juugo. Pria yang tadi menolong Sakura berjalan mendekat kearahnya dan melepas kacamata Hitamnya.
"aku sudah membereskan masalah matan pancarmu itu. Apa kau terluka?" Sakura menggelengkan kepalanya dan menarik dirinya sendiri agar tersadar dari lamunan.
"Aku baik-baik saja. Terimakasih banyak, errr..." Pria itu tersenyum dan mengulurkan tangannya,
"Sasuke Uchiha." Sakura melebarkan kedua matanya,
"K...kau Sasuke Uchiha, maksudku Pangeran Mahkota Sasuke Uchiha?" Sakura membungkukkan tubuhnya dan membuat Sasuke tertawa kecil melihat tingkahnya,
"Sasuke saja. Aku tidak begitu suka di panggil lengkap dengan gelar. Sakura Haruno ya? Dari wajahmu sepertinya kau tidak murni keturunan Jepang." Sakura mengangguk,
"Ibuku orang Amerika." Sasuke mengangguk, dan menoleh ke belakang,
"Dan pria itu?" Sakura menghela nafasnya,
"Dia hanya seorang bajingan yang kebetulan mampir kedalam kehidupanku dan aku baru saja menendangnya keluar. Terimakasih banyak Sasuke." Sasuke mengangguk,
"Kau akan pergi?" Sasuke melirik Koper Sakura dan wanita itu mengangguk,
"ya, kau tahu Venesia? Tempat yang bagus untuk mendapatkan ketenangan." Sasuke mengangguk,
"Aku juga akan kesana, menghadiri pernikahan adik sahabat ku. Kalau kau tidak keberatan masih ada satu kursi kosong di Pesawat Jetku." Sakura secara refleks menganggkat tangannya dan menolak,
"Aku sudah membeli tiket pesawatku jadi, aku baik-baik saja." Sasuke mengangguk paham, pria itu menarik keluar ponsel pintarnya dan menyodorkannya kepada Sakura,
"Jika kau tidak keberatana, bisakah aku meminta nomer ponselmu? Mungkin saja kau membutuhkan seorang tour guide?" Sakura tertawa, dan tawa indah wanita itu mendorong Sasuke untuk tersenyum,
"Tentu saja." Sakura menerima ponsel Sasuke dan mengetik dengan cepat nomer telfonnya,
"Ini." Sasuke mengangguk lalu mengambil foto wanita itu saat Sakura tak menyadarinya,
"Terimakasih." Ujarnya, Sakura mengangguk lalu menghela nafasnya,
"aku harus pergi, sampai berjumpa lagi Sasuke. Oh... dan terimakasih karena sudah mematahkan hidung bajingan itu, kau murah hati sekali." Sasuke tergelak mendengar pesan perpisahan wanita itu, ia berbeda. Sasuke membalas lambaian tangan Sakura saat Juugo menghampirinya,
"Pesawat anda sudah siap, pangeran." Sasuke mengangguk lalu bergerak kearah yang lain. Sakura Haruno ya? Penyanyi berdarah campuran Amerika dengan kepribadian yang menarik. Ia harus bertemu lagi dengannya, pertemuan mereka yang berikutnya, kencan mungkin?
Venice Marco Polo Airport, Italia
Naruto menyerahkan kunci mobilnya pada seorang valet lalu bergegas masuk kedalam bandara internasional Venice Marco Polo di venesia. Pria berdarah campuran Jepang Amerika itu berlari kecil sambil sesekali melirik alroji mahal yang melingkar dipergelangan tangannya, dan sesekali sepasang irish sebiru lautan miliknya itu mencari keberadaan seorang wanita bersurai merah jambu yang seharusnya sudah tiba satu jam yang lalu.
"Naruto?" Ia berbalik dan mendapat wanita itu berjalan menghampirinya, pria pirang itu berjalan mendekati Sakura dan membiarkan wanita itu maju dan memeluknya,
"Welcome to Venice, Senorita." Sakura tertawa dan Naruto mengangkatnya dan memutarnya dalam satu putaran cepat.
"Naruto hentikan!" Pria itu ikut tergelak Saat Sakura memintanya untuk menurunkannya kembali ke tanah dan memukul dada bidangnya.
"kau tambah cantik Sakura." Sakura menjepit sebagian surai merah jambunya di balik telinganya sementara Naruto Sudah mengambil alih Kopernya,
"Bagaimana Jepang?" Pria itu merangkulnya dan Sakura melingkarkan tangannya ke pinggang Naruto.
"Lima tahun ini luar biasa sampai akhirnya semalam aku menemukan gagasan jika aku harus menghindar dari Tokyo untuk beberapa bulan kedepan." Naruto tersenyum dan membukakan pintu mobilnya untuk Sakura.
"Mau bercerita padaku? Ekspresso? Aku yang traktir." Sakura menyipitkan matanya,
"Wah, kau jauh lebih sukses dari yang ku bayangkan." Naruto tergelak dan mulai mengemudikan mobilnya,
"Ngomong-ngomong tuan Namikaze, adikmu melangkahi mu dalam urusan menikah. Sudah mendapatkan seseorang yang cocok untuk mu?" Naruto tersenyum dan menggeleng,
"belum ada yang bisa menandingimu. Tidak dalam kecantikan, suara merdumu, otak cerdas dan puitismu serta mulut cerdasmu yang pandai sekali berdebat. Aku belum menemukan penggantimu." Sakura terdiam dan menatap lurus kearah jalan raya,
"tapi kau harus." Naruto berhetin ketika lampu lalu lintas berganti menjadi merah,
"Aku belum bisa. Bagaimana denganmu dan managermu?" Sakura menghela anfasnya gusar dan menyandarkn tubuhnya kasar ke kursi penumpang,
"Tolong jangan bahas bajingan itu sekarang." Naruto mengangguk paham,
"Tidak bekerja dengan mulus juga sepertinya, apa kesempatan untukku masih terbuka lebar?" Sakura menatap pria pirang yang terlihat jauh lebih dewasa dari enam tahun terakhir saat ia menemuinya,
"Aku tidak tahu." Naruto mengangguk, ia kembali menginjak pedal gas mobilnya dan memutar stir mobilnya kekiri, berbelok dan menyusuri jalan-jalan kota Venesia sampai akhirnya berhenti di depan sebuah kedai kopi.
"Caffe Amore?" Tanya Sakura, Naruto tersenyum dan mengangguk,
"Kau tidak keberatan?" Sakura menggeleng pelan. Wanita itu membiarkan Naruto membukakan pintu mobilnya dan mengulurkan tangannya, Sakura meraihnya dan menggandeng tangan Sulung Namikaze itu masuk kedalam kedai kopi tempat pertama kali Naruto mengajaknya berkencan dan tempat dimana Sakura Mengakhiri semuanya enam tahun yang lalu.
"Ekspresso?" Tanya Naruto,
"Seperti biasa, dan Chese cake jika mereka masih punya." Naruto terawa rendah dan mengangguk,
"Mereka belum menghapusnya dari daftar menu." Ujar pria itu, Sakura mengangguk setuju dan memberikan senyumnya untuk putra sulung Minato Namikaze itu,
"Kau tidak keberatan jika kita duduk di luar? Langitnya sedang indah sekali malam ini." Ujar Sakura, Naruto mengangguk tanpa fikir panjang dua kali dan membiarkan wanita itu kembali memilih spot favorite mereka,
"Ku harap kau tidak keberatan." Ujarnya, Naruto menarik kursi dan menggeleng pelan,
"Tentu tidak." Naruto memanggil pelayan dan menyebutkan pesanan mereka dengan bahasa Italia yang kelewat lancar sementara Sakura kembali terpesona oleh kecerdasan dan rupa tampan saudara kembar Naruko Namikaze itu,
"Kau tiba lebih awal di Venesia, seperti bukan dirimu saja." Ujarnya, Naruto tersenyum dan mengangguk,
"Ada beberapa pekerjaan yang harus ku selesaikan disini." Sakura mengangguk dan tersenyum samar, ia sudah bisa menduganya,
"Kau membangun resort disini?" Naruto mengangguk, pesanan mereka datang dan Sakura menambahkan dua blok gula pada ekspressonya sementara Naruto hanya menambahkan stau blok saja.
"Bukankah ini investasi yang bagus?" Sakura mengangguk setuju,
"Jadi, Naruko akhirnya menikah ya?" Naruto tertawa rendah dan mengangguk,
"Percaya padaku bahkan aku dan ayahku juga masih sulit percaya kalau dia akhirnya akan menikah." Sakura tergelak mendengar pernyataan Naruto.
"Naruko menceritakan semuanya padaku kau hampir meninju wajah Duke saat dia melamar adikmu." Naruto menghela nafasnya,
"Aku adalah pria yang seperti itu, kau sudah mengenalku dengan sangat baik, nona Haruno." Sakura mengangguk setuju.
"Ceritakan padaku, bagaimana hidupmu selama enam tahun terakhir." Sakura menyesap kopinya dan mulai berbicara setelahnya.
The Gritti Palace, Venesia, Italia
Sasuke menghela nafasnya, layar ponselnya kebali menyala pertanda panggilan masuk. Pria itu membaca nama yang tertera dilayar namun mengabaikannya. Dan di detik berikutnya sebuah pesan singkat dari nomer tak di kenal masuk kedalam ponselnya.
"Aku tahu kau sedang berada di hotel The Gritti Palace, kau sedang ada di Venesia. Jangan mengabaikan ku dan ayo kita bertemu, secangkir ekspresso adalah hal yang tidak bisa kau lewatkan saat kau berada disini. –Uzumaki Karin." Sasuke melepas jaket kulit mahalnya dan melemparnya asal kelantai president suit miliknya sementara pria itu meraih kotak rokok mahalnya dan mulai menyalakan pematik api dan menyalakan rokoknya. Panggilan masuk kembali mengusiknya, setelah mengabaikannya sebanyak tiga kali akhirnya Sasuke menyerah dan menggeser tombol hijau pada layar ponselnya,
"Sasuke..." Pria itu menghela nafasnya dan mengisap rokoknya sebelum berjalan ke balkon dan menghembuskan asap rokoknya,
"Karin..." Ujanrya,
"Akhirnya kau mengangkat telfonku. Kau di Venesia kan? Ayo bertemu, aku sedang ada beberapa pemotretan disini, tidak ada salahnya kalau kita bertemu dan minum kopi bersama?" Sasuke menghela nafasnya,
"Karin semua yang terjadi diantara kita sudah selesai." Ujarnya,
"Kita masih bisa membicarakan ini Sasuke, kau tidak bisa memutuskan semuanya dengan mudah seperti ini, ayo bertemu dan bicarakan ini semua, oke?" Sasuke berbalik dan menyandarkan separuh berat tubuhnya pada pagar pembatas balkon, setelah berfikir beberapa menit pria itu akhirnya menyerah.
"Katakan padaku kapan dan dimana." Ujarnya,
"Cafe Amore? Besok jam delapan malam." Sasuke menghela nafasnya dan bergumam mengiyakan,
"Selamat malam Karin." Tanpa menunggu balasan dari wanita itu, Sasuke menutup telfonnya dan menatap langit malam Venesia yang bertabur bintang. Itachi, jika kau melihat ini akankah kau memakinya dan mengatainya moron sekali lagi?
TBC. Fict baru? Iya fict baru wkwkkw saya tau saya masih utang dua fict sama kalian tapi ya, ada ide jadi sayang kalau di buang. Btw let me know if you like it, please rnr mina-san
Dan ini adalah sinopsis dan link dari origina wirting saya, kalau ada yang berminat untuk baca,
Sinopsis This love Original Writting
Zula Brook Lynton, seorang jurnalis yang rela mati demi mendapatkan berita yang sesungguhnya. ia berani membongkar skandal besar senator Henderson dan membuatnya di pecat dari perusahaan tempatnya bekerja, dia bahkan rela terbang jauh ke daerah konflik di timur tengah demi meliput kekejaman perang yang terjadi disana.
Sebastiaan Custodio Durrant, putra kedua Raja Luciano dan Ratu Helena, berada di garis kedua dalam urutuan pewaris tahta, tampan, humoris, berkarisma dan yang paling penting dia adalah kapten pasukan khusus yang di tugaskan di daerah konflik, ia rela mati demi kehormatan, keluarga, perdamaian, tanah air dan cinta dalam hidupnya.
Petemuan keduanya di medan perang menjadi titik balik dari kehidupan keduanya. bagaimana Zula seorang jurnalis berkembangsaan Amerika yang memiliki sifat bebas dalam berpendapat dan kecerdasan yang luar biasa mampu mencuri perhatian pangeran muda dari Westerywn untuk pertama kalinya ditengah tengah ketegangan didaerah konflik. dan ketika sang pangeran harus memilih diantara rakyatnya, tahta dan cinta dalam hidupnya , yang manakah yang akan ia pilih? Westerwyn atau cinta pertamanya?
Link down below :
420961473-this-love-chapter-one