Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Not own anything of Naruto.
This story is originally made by me.
Please Stay Beside Me
Written by Shady (DeShadyLady)
=Prologue=
Pengaruh obat-obatan merenggut jasmani dan rohani dari si Uchiha bungsu. Tidak, ia bukan anak nakal yang sengaja memakan obat terlarang seperti itu. Dia dijebak, oleh sahabatnya sendiri. Keluarganya selalu berusaha menyembuhkannya bahkan tidak masalah jika harus mengeluarkan sejumlah uang saat Sasuke meminta obat itu lebih dan lebih lagi. Mereka tidak membiarkan Sasuke untuk ditempatkan di rehabilitasi karena tidak ingin Sasuke lebih menderita lagi. Orang tua Sasuke, terutama ibunya, tidak ingin melihat anaknya terluka lagi. Ia tidak ingin kehilangan anak laki-lakinya seperti yang ia rasakan dulu.
Mikoto, ibu Sasuke, sudah merasakan sakitnya kehilangan Itachi, putra pertamanya. Itachi meninggal karena ditabrak oleh truk yang melintas di depan rumahnya. Bahkan dengan uang dan kekuasaan yang dimiliki Fugaku, ayah Sasuke, pengemudi truk itu telah dihukum mati setahun setelah kematian Itachi. Katakan keluarga Uchiha kejam, jahat, berdarah dingin, dan yang buruk lainnya, terserah! Orang tua mana yang tidak sakit hati melihat anak kesayangan mereka, yang masih memiliki masa depan yang panjang, mati sia-sia hanya karena ditabrak truk tak berguna itu?
Sekarang mereka berhadapan dengan Sasuke, anak bungsu keluarga Uchiha, satu-satunya pewaris kekayaan keluarga Uchiha. Sasuke selalu duduk diam di dalam kamarnya. Ditemani jarum suntik bekas, puntung rokok yang berserakan, serta kemasan obat yang tidak dibersihkan. Sasuke melarang siapa pun untuk masuk kamarnya, termasuk ayah dan ibunya. Pandangannya kosong, jarinya masih setia memegang rokok yang sesekali ia hisap untuk menenangkan dirinya sendiri. Mata sayu dilengkapi dengan kantung mata hitam, tubuhnya kurus dan kering kerontang, bibirnya menghitam dan pecah-pecah, penampilannya tidak terurus. Sungguh, ia tidak lagi tampak seperti seorang Uchiha Sasuke.
Sejak hari itu, hari dimana ia dibohongi dan dikhianati sahabatnya sendiri, Karin. Karin menyuruh sejumlah orang untuk menyeret Sasuke ke dalam gudang dan mengikatnya. Kemudian menyuruh para pria itu memberinya sejumlah obat terlarang ke dalam mulutnya secara paksa. Sasuke tidak dapat melawan, sejumlah obat tersebut tertelan olehnya. Sialnya, tak ada seorang pun yang melihat perlakuan Karin padanya. Sehingga pihak Sasuke tidak dapat menangkap Karin karena tidak ada bukti.
Sasuke adalah seorang anak yang baik, patuh pada orang tua, dan selalu menjadi juara kelas. Karin dikenalnya sebagai sahabatnya dari kecil. Karin adalah anak dari rekan kerja ayahnya, bahkan ayah Karin tidak kalah kaya dari ayah Sasuke. Sejak kecil mereka selalu bermain dan belajar bersama. Sampai suatu saat, Karin jatuh cinta pada Sasuke. Ia meminta Sasuke menjadi kekasihnya, namun Sasuke menolak. Sasuke berkata bahwa ia telah jatuh cinta pada gadis lainnya. Untung saja Sasuke tidak sempat mengucapkan siapa nama gadis itu, kalau tidak, mungkin Karin sudah mengakhiri nyawa gadis itu sebelum ia mencelakai Sasuke dengan obat terlarang.
"Sakura," gumam Sasuke.
Gadis itu, gadis berambut merah muda yang ia cintai. Selalu terlintas dibenaknya, selalu ada di dalam hatinya. Gadis itu hanya mengenal Sasuke sebatas teman sekelasnya. Mungkin Sakura juga tidak tahu bahwa Sasuke menyukainya sejauh ini. Sasuke selalu memperhatikan Sakura. Wajahnya, rambutnya, senyumnya, dapat Sasuke ingat dengan sangat jelas. Terlepas dari segala kecanduannya terhadap obat-obatan dan rokok, Sasuke masih pria normal. Sakura sering menjadi fantasi liarnya saat ia sedang mengkhayal karena efek dari obat tersebut. Bayangan Sakura selalu berhasil memuaskan dirinya. Tapi ia bukan pria brengsek yang akan melakukan hal seperti itu pada gadis yang dicintainya. Ia hanya ingin Sakura mengenalnya, menerimanya dan menemaninya. Ia hanya ingin Sakura mencintainya, menyayanginya dan disisinya untuk selamanya.
"Hiks, aku.. ingin bertemu denganmu.. Sakura." tangis Sasuke pecah saat kembali mengingat wajah ceria Sakura saat menyapanya. Meski hanya beberapa kali, Sasuke selalu mengingatnya dengan jelas.
Sudah setahun ini ia tidak bersekolah. Sudah setahun ia tidak bertemu dengan Sakura. Ini adalah tahun ketiga disekolah, tahun kelulusan. Ia semakin takut Sakura akan pindah dari kota ini dan memilih melanjutkan studi ke luar negeri. Tapi apa yang dapat ia perbuat, tubuhnya sudah tidak berdaya, ia seorang pecandu, ia seorang perokok, ia bukan lagi Uchiha Sasuke yang dulu. Sasuke hanya dapat menangis dan terisak seorang diri di kamarnya yang megah itu.
Dari luar kamar Sasuke, tampak Fugaku dan Juugo, sekretaris pribadi Sasuke. Mereka tidak bermaksud menguping. Hanya saja kebetulan mendengar saat ingin mengantarkan makanan untuk Sasuke. Mereka mendengar Sasuke menggumamkan nama 'Sakura'. Hal ini memang bukan yang pertama kalinya, semakin sering Sasuke menyebut nama itu, semakin terluka pula hati Fugaku. Dan semakin lama Fugaku merasa bahwa hanya Sakura yang dapat membuat putranya 'hidup' kembali.
"Fugaku-sama, kurasa sudah waktunya. Aku tidak tahan melihat Sasuke-sama seperti ini." Juugo angkat bicara.
"Hm, akan aku diskusikan kepada Mikoto." balas Fugaku sambil melipat kedua lengannya di depan dada.
"Tidak perlu, aku setuju. Aku akan melakukan apa pun untuk anakku." Mikoto muncul dari belakang Fugaku.
"Baiklah, kita cari Sakura itu." Ucap Fugaku sambil memeluk Mikoto dengan erat.
To be Continue
Author muncul lagi dengan fic baru hehe,
Tenang saja yang baca fic author semua akan terselesaikan. Hanya saja author merasa ingin publish ini dulu.
Yang ada komentar silahkan langsung reviewnya yaa :D Terima kasih semuanya.
Sincerely,
Shady.