Disclaimer: Masashi Kishimoto-sensei


Revival

.

.

9

.

.


Setelah melewati rongga besar disebuah pohon di tengah hutan, akhirnya Ino, Sai dan Sakura tiba disebuah istana berdinding pualam serta disekitarnya tumbuh bermacam-macam bunga yang sangat cantik. Belum lagi terkumpul semua pohon dari berbagai musim yang terbagi-bagi menjadi 4 petak. Dan yang paling menakjubkan adalah, sebuah pohon sakura raksasa yang tampak berbunga lebat walaupun banyak dari kelopaknya yang berguguran sehingga membuat area istana semerbak oleh bunga tersebut.

"Kita sampai" Sai segera melompat turun dan mendarat dengan mulus diatas lantai bening yang seperti terbuat dari kaca.

Sakura dibuat kebingungan karena aroma bunga yang sangat terasa hingga membuat luapan kegembiraan di dalam hatinya tak bisa tertahankan lagi, ingin rasanya segera melompat kearah padang bunga itu dan berguling-guling riang diatasnya.

Derap langkah gaduh membuat perhatian Sakura, serta kedua orang lain nya terpancing menoleh.

"SASUKE!" Sakura bersorak kegirangan sambil berlari dan segera memeluk Sasuke dengan erat.

"Wah, pemandangan yang sangat langka untuk seorang Sasuke. Dan hey, Naruto, Hinata.. Sudah lama tak bertemu" Ino melambaikan tangan kearah kedua orang yang menatapnya dengan pandangan tak percaya. Hinata menutup bibirnya dengan telapak tangan untuk menyembunyikan raut terkejut nya.

"Sialan kau!" Tapi tidak dengan Naruto, ia langsung mengirimkan angin berupa paku-paku tajam yang siap dihunuskan kearah Ino. Dengan lincah, wanita itu menghindar dan tak ada satupun serangan super cepat Naruto yang melukainya.

"Kau lupa ya? Aku adalah orang yang selalu menemani mu saat kau sedang mengembangkan kekuatan mu itu, jadi aku lah yang paling tau-"

Ssssssttttttt

Sebuah anak panah melesat kearah sisi Ino dan membuat beberapa helai rambutnya terpotong. Ino pun segera memejamkan matanya saat tiba-tiba saja Hinata datang dan melemparkan dirinya kearah Ino.

BRUKKK

"Dasar bodoh! Kau pikir sudah berapa lama kau menghilang hah?! Kau pikir kami pun tak merasa terluka?! Pergi begitu saja dan datang tanpa merasa bersalah! Setidaknya minta maaflah terlebih dahulu! Kami sangat merindukan mu, tau!" Hinata yang biasanya tampak kalem pun meraung penuh isakan sambil memeluk Ino yang sama-sama terjatuh diatas lantai. Naruto pun ikut menghampiri mereka berdua dan memeluk Ino dari samping, lalu Sasuke pun berjongkok di hadapan Ino sambil mengacak rambut pirang nya dengan lembut.

"Selamat datang kembali, Ino" Ujar Sasuke ringan. Yang sontak saja membuat air mata Ino-yang sebenarnya sudah ia tahan sejak tadi meleleh seketika. Isakan nya pun terdengar bersahutan dengan Hinata, namun tak ada perasaan sesak atau pilu ketika mendengarnya, malah timbul perasaan lega karena akhirnya sebuah tali persahabatan yang putus, kini dapat terjalin kembali.


Dewi Kurenai sangat cantik-dan sangat muda. Mungkin penampakan seorang dewa/dewi yang digambarkan di dalam buku-buku sejarah, kitab suci dan pidato para tetua memang benar adanya. Dewi Kurenai nampak berseri dengan rambut hitam legam yang bergelombang, melewati lengan dan menjulur hingga sebatas pergelangan tangan nya. Bibirnya merah-semerah bunga mawar yang tumbuh sepanjang perjalanan menuju istana, juga kedua bola matanya pun mengikuti nada bunga mawar yang memang menjadi lambang kesejahteraan untuk dewi musim semi seperti Kurenai ini. Tatapan nya sangat lembut, dan tersirat aura penyayang dari mata yang sewaktu-waktu bisa memancarkan aura kesedihan itu-seperti vision yang didapatkan Sakura waktu itu.

Sakura yang disambut serta dipeluk hangat oleh dewi Kurenai pun masih belum mempercayai kebenaran bahwa ia benar-benar cucu seorang dewi agung yang di hromati oleh seluruh orang di dunia. Bahkan saat dewi Kurenai menyebutnya dengan panggilan 'cucu' Sakura sontak merasa ada yang 'aneh' dikarenakan penampilan dewi Kurenai yang sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda penuaan sama sekali. Kurenai seperti seumuran dengan Hinata-yang juga merasa terpukau oleh kecantikan dewi Kurenai.

Sakura pun mengerucutkan bibirnya saat melihat mata Sasuke pun berbinar daat dewi Kurenai melangkah,mendekat ke arahnya untuk memberi salam. Dalam hati ia sedikit menggerutu karena sadar bahwa semua lelaki pasti akan 'melek' bila disuguhkan pemandangan bening yang-apalagi-ini adalah seorang dewi yang memiliki kecantikan abadi.

Namun sekali lagi, pertanyaan pun seperti bercabang di kepala Sakura. Bila dewi Kurenai tak lekang oleh waktu, otomatis ia bisa mendapatkan pria manapun yang ia inginkan. Lalu, kenapa dalam vision Sakura, ia terlihat sangat bersalah dan juga sangat mencintai pria yang telah menjadi jasad di sampingnya tersebut? Siapa sebenarnya lelaki itu?

Dewi Kurenai pun menangguk lembut untuk mempersilahkan kami semua untuk duduk di bangku yang telah disediakan, jemarinya pun meraih sebuah cermin yang pada akhirnya membuat semua orang disitu terkejut-kecuali Ino dan Sai.

Dari dalam cermin tersebut, nampak seorang wanita berparas cantik namun terlihat tanda-tanda penuaan disekitar matanya, pula rambut hitam panjang nya yang menjuntai saja tanpa ada hiasan apapun.

"Aku adalah dewi Kurenai." Ujar wanita dalam cermin itu, yang mana membuat semuanya tambah terkejut dibuatnya.

"Yang sedang kalian hadapi saat ini hanyalah replika ku saja. Yang ku buat dari bantuan para roh pohon yang bersedia ku tumpangi dengan aura serta paras milik ku." Dewi Kurenai yang berada di dalam cermin terlihat sedikit pucat dan tak ada semangat hidup. Namun ketika pandangan nya bertemu dengan Sakura, wanita tersebut tampak berbinar dan menjulurkan kedua tangan nya, hendak memeluk Sakura. Yang disampaikan oleh kedua lengan milik dewi Kurenai 'tiruan'.

"Rasanya aku ingin sekali memeluk mu secara langsung, Sakura" Ujar dewi Kurenai dengan tatapan sedih.

"Kalau begitu keluarlah" Sakura memandang dewi Kurenai dengan tatapan hendak menangis-tak tega dengan sedikit aura yang keluar dari sosok dewi musim semi tersebut.

"Aku tidak bisa..ini adalah caraku menghukum diriku sendiri akibat kesalahan yang pernah ku perbuat. Aku membuat anak ku-serta cucuku sendiri menderita akibat perlakuan ku yang egois dahulu." Kurenai menunduk, serta berkata dengan nada yang tak ingin di ganggu gugat.

"Apa.. salah mu?" Hinata bertanya dengan nada yang sangat hati-hati.

Kurenai pun menghembuskan nafas perlahan, "Putri Hyuga yang cerdas, aku akan menceritakan sebuah cerita, yang mungkin akan menjawab sebauh teka-teki yang sedang kalian coba pecahkan" Ujarnya.

"Dahulu, Kami-aku dan Kakashi- bahagia, saling mencintai. Dan kami dihukum karena nya"*

"Kakashi adalah seorang pengelana dari negeri utara yang tak sengaja bertemu dengan ku di sebuah telaga yang air nya berwarna merah muda bersinar, lalu kami saling mencintai, dan timbul lah perasaan ingin saling memilki. Saat aku ditakdirkan mengandung seorang anak darinya, aku bahagia bukan kepalang. Saat itu aku berfikir,akhirnya aku tak sendiri lagi, akhirnya akan ada yang menemani ku. Namun pada saat kandungan ku hampir mencapai batasnya, tiba-tiba saja alam menghukum kami berdua." Suara tarikan nafas berat dari Kurenai membuat semua orang serta merta ikut merasa sesak yang teramat sangat.

"Kami dihukum karena melanggar batas yang sudah ditetapkan sejak dahulu kala. Bahwa seorang dewa/dewi tidak boleh jatuh cinta dengan mahluk yang kehadiran nya sangat di tentang di surga."

"Lelaki yang ku kira sepenuhnya manusia, ternyata ia adalah salah satu dari keturunan iblis yang menguasai seluruh sifat buruk serta neraka sebagai tempat tinggalnya. Padahal darah iblis yang terselip pada Kakashi hanya sedikit, sedikiiitt sekali..." Kurenai memegang dadanya seperti menahan luapan emosi yang telah ia pendam selama ini.

"Namun merea tetap memberikan kutukan itu, mereka memberikan nya pada salah satu keturunan ku, dan ternyata jaraknya sangat dekat sekali, itu adalah kau Sakura. Keturunan pertama dari putriku Tayuya."

Sakura membelalakan matanya kaget, lagi-lagi, seperti petir disiang bolong, Sakura mendapat 'predikat' menyakitkan kembali, yaitu anak yang dikutuk.

"Keturunan yang terkena kutukan akan mendapatkan kekuatan besar yang menumpuk terus-menerus di dalam dirinya. Kekuatan ku ini, yang mana jika tidak digunakan sebagaimana mestinya pasti akan meledak seiring berjalan nya waktu. Dan itu sama saja dengan membuat bom manusia yang membuat siapa saja terluka bila disisinya."

"Lalu bagaimana bila-" Sasuke yang hendak menyela kemudian terdiam saat menyadari dirinya hampir menentang seorang dewi.

"Aku tau perasaan itu, putra Uchiha. Aku tau perasaan ingin melindungi wanita yang kau cintai itu memang lebih besar dari apapun. Oleh karena itu aku-bersama dengan Ino dan Sai yang menetap disini telah menemukan setidaknya setitik harapan untuk membebaskan mu-kalian- dari kutukan ini."

"Bagaiman..caranya?" Naruto angkat bicara setelah dirasa menemukan titik terang untuk masalah yang sedang meraka cari-cari jalan keluarnya itu.

"Putra Uchiha sangat cerdas dan memiliki pemahaman yang sangat cemerlang. Ia bisa dengan mudah menemukan 'pemicu' yang harus Sakura dapatkan bila ingin 'menarik keluar' kekuatan yang ada di dalam dirinya itu." Ujar Kurenai.

Sasuke pun menangguk, "Ya, itu adalah api. Dan kami-para Uchiha- memiliki api tersebut sebagai lambang kekuatan."

Kurenai pun tersenyum lembut, "Ya, tapi asal kau tau. Sekedar api saja tak dapat menghilangkan kutukan tersebut. Namun silver-fire yang terus menerus diarahkan kepada wanita yang dicintainya itu baru akan menghilangkan kutukan nya."

"APA?!" Suara sentakan seperti harmonisasi pun terdengar senada setelah mendengar perkataan dari dewi Kurenai.

"Menghasilkan satu kali hentakan silver-fire saja sudah membutuhkan tenaga serta aura yang banyak, bila terus menerus di hasilkan, maka Sasuke akan..." Naruto menanggapi nya dengan raut wajah tak percaya dan terus-menerus menggelengkan kepalanya tanpa berkata sepatah kata lagi.

"Ya, benar apa yang hendak kau katakan itu putra Uzumaki, bila tidak Sasuke yang akan mati kelelahan karena tenaga serta aura nya habis terkuras, maka Sakura yang akan mati karena seperti yang kita tau, satu hentakan silver-fire bahkan bisa melahap bongkahan baja terkuat sekalipun, jadi Sakura akan mati dilahap oleh silver-fire bila tidak dapat menahan kekuatan api tersebut."

"Sebuah warna hitam dan merah muda saling berbaur, bunga mawar yang layu pun akhirnya mekar kembali, suara penderitaan perlahan lenyap, tergantikan oleh senyap nya malam, akan ada dua manusia yang saling berbaur, akan ada dua manusia yang akan terpisah, akan ada yang mati..." Ujar Hinata sambil merapalkan vision yang ia dapatkan beberapa hari sebelum kedatangan Sasuke dan Sakura ke kediaman mereka.

"Visi mu memang tak pernah salah, putri Hyuga."

"Jadi, bagaimana? Apakah kau bersedia putra Uchiha? Untuk mengorbankan dirimu sendiri dan orang yang kau cintai? Atau kau akan membiarkan saja seluruh kekuatan itu memendam di dalam diri Sakura dan meledak suatu saat nanti?" Kurenai memberikan tatapan tajam kepada Sasuke yang sejak tadi belum membuka mulut karena saking terkejutnya dengan pilihan serba tidak menentukan yang disodorkan padanya dan juga Sakura.

"Sasuke, aku-"

"Ck, walaupun hanya ada satu cara paling gila di dunia seperti ini. Maka akan ku coba. Lebih baik daripada tak melakukan apapun dan menunggu sewaktu-waktu ia akan meledak." Sasuke memotong perkataan Sakura dengan decakan kesal karena memang pilihan nya kali ini tidak main-main. Bila tidak berhasil, maka salah satu dari mereka akan mati. Dan bila tidak dicoba, maka Sakura yang akan mati.

Kurenai pun tersenyum penuh penyesalan, karena harus melibatkan orang-orang tak bersalah akibat perbuatan nya dahulu, "Baiklah, esok hari kita akan menuju telaga Irenee, disana kalian akan bersiap untuk menghadapi takdir kalian yang sebenarnya."


Malam harinya, terkuat sudah bahwa selama ini, dewi musim semi yang baru adalah Ino. Karena kondisi dewi Kurenai yang tak memungkinkan dan juga perasaan bersalah nya yang malah akan berakibat buruk untuk kekuatan nya, maka dari itu Ino ditunjuk langsung oleh dewi Kurenai untuk mewarisi kekuatan serta mukjizat miliknya tersebut.

Pantas saja aura Ino lebih kuat dan bersinar dari yang biasanya, ujar Hinata dalam hati setelah mengetahui kebenarannya. Setelah makan malam yang tampak tak berselera semua, Hinata pun memutuskan untuk menghampiri Sakura yang sedang duduk sendirian diantara kumpulan buka tulip di taman bawah.

"Bibi?" Sakura membuka matanya ketika dirasa Hinata duduk tepat disampingnya, Hinata pun memberikan gumaman lembut atas jawaban nya.

"Kenapa aku tak bisa memiliki kehidupan yang normal?" Perkataan sakura membuat Hinata menoleh cepat kearah gadis yang diam-diam menangis itu.

"Kenapa aku tak bisa memiliki kekuatan seperti kalian? Yang normal dan tidak berbahaya untuk kalian sendiri. Kenapa aku pun tak dapat mencintai seseorang seperti kalian? Aku.. aku hanya ingin kami bahagia. Tapi kenapa takdir seolah sedang menghukum kami berdua?" Sakura terisak, semakin lama semakin menghasilkan suara tersedu yang membuat siapa saja merasa pilu bila mendengarnya. Bahkan bunga tulip disekitarnya yang seharusny mekar pun layu dan ada beberapa yang mati berubah menjadi debu.

Hinata meraih tubuh Sakura dan mendekapnya erat, "seluruh orang memang ditakdirkan dengan jalan yang berbeda. Namun yang perlu kau tau adalah, kau-sakura- adalah seorang gadis terkuat yang pernah ku lihat. Dan aku yakin, alam serta para dewa akan mengizinkan mu untuk tetap bersama dengan Sasuke."

Sakura yang masih tersedu di pundak Hinata hanya mengangguk lesu tanpa berkata sepatah kata pun.

"Esok pagi, kedua orangtua mu akan ikut datang kesini." Ujar Hinata, membuat Sakura mendongkakan kepalanya dan air mata pun mengalir tanpa disuruh dari ujung matanya.

"Dada dan Momma akan kesini?" Ulang Sakura sambil mengucek mata kanan nya yang terasa gatal akibat menangis itu. Hinata menangguk dan tersenyum lembut.

"Ya, bukan hanya Gaara dan Tayuya. Mikoto sebagai pemimpin klan Uchiha sekaligus ibu dari Sasuke pun akan datang. Tak lupa Karin dan Suigetsu pun akan ikut."

Sakura mengerenyitkan dahi, "Untuk apa mereka kemari?"

"Bagaimanapun kekuatan yang kau miliki itu cukup berbahaya, ditambah dengan 'pemicu' dari Sasuke yang ternyata adalah silver-fire sendiri itu sudah sangat membahayakan. Oleh karena itu mereka datang kesini untuk menghindari dan meminimalisir 'kebocoran' yang mungkin akan terjadi saat proses nanti. Dan bila siver-fire tak terkendali, nyonya Mikoto yang akan mengendalikan nya. Begitu pula dengan Suigetsu dan Karin yang membantu membuat aura disekitar sana tetap lembab agar siver-fire tak merembet kebagian hutan manapun." Jelas Hinata membuat Sakura mengangguk paham.

"Ternyata sangat berbahaya ya?" Sakura menarik nafas panjang lalu mengeluarkan nya dengan berat sambil tersenyum ringan. Hinata yang melihat jiwa pantang menyerah Tayuya di dalam diri Sakura pun sekali lagi tersenyum dan memeluk pundak Sakura dengan hangat.


"Sasuke.." Suara seorang wanita dari ambang pintu membelah keheningan di balkon istana itu.

"Mom? Kau sudah sampai?" Tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang datang, Sasuke sudah sangat mengenali aura wanita yang perlahan mendekat dan duduk disamping nya itu.

"Ya, aku meminta Shisui untuk mengurus hal lain nya." Jawab Mikoto sambil merapihkan gaun nya yang terbang karena angin malam yang begitu kencang.

"Apakah kau sudah yakin-"

"Aku tak menerima pertanyaan seperti itu, Mom" Potong Sasuke sambil menoleh ke arah Mikoto dengan tatapan memohon, membuat Mikoto bungkam seketika.

"Pilihan yang diberikan oleh Dewi Kurenai pun sudah membuat ku tak karuan. Tolong. Jangan buat aku menjadi pecundang, karena kata-kata dari mu pasti akan mempengaruhi ku, Mom." Sasuke menunduk dalam, memperlihatkan sisi lain darinya yang hanya ditunjukan bila ia bersama dengan Mikoto.

"Tolong, yakinkan lah aku" Ujar Sasuke kembali, membuat Mikoto hampir terbawa suasana. Wanita yang kini menjabat sebagai ketua utama klan Uchiha-menggantikan suaminya yang telah gugur dipeperangan-itu berusaha mengontrol emosinya agar tak menangis dihadapan putra nya itu. Bagaimana pun, Mikoto sangat bangga kepada Sasuke yang akhirnya menunjukan sisi lain dari dirinya sebagai seorang manusia, yaitu rasa ingin menolong dan berempati.

Mikoto telah lelah menanggapi Sasuke yang selalu bertindak semaunya dan tak mau diatur. Ia memilih melepaskan Sasuke pada takdir apapun yang nanti akan dipilih oleh putranya tersebut. Dan secara ajaib, Sasuke dipertemukan dengan putri dari Tayuya, yaitu Sakura yang membawa perubahan sangat besar kepada sikap serta perasaan Sasuke.

"Jika memang benar kau mencintainya, maka lakukan lah" Mikoto berkata dengan tegas, membuat Sasuke mendongkak dan menatap wanita yang telah melahirkan nya itu dengan lugu.

"Aku percaya dengan seluruh kemampuan yang kau miliki bahwa kau bisa melakukan nya. Kau adalah anak dari ketua klan Uchiha yang mewarisi langsung api suci. Seluruh leluhur dan aku sendiri, telah memberkatimu." Perkataan Mikoto membuat hantaman halus namun melegakan datang ke lubuk hatinya yang paling dalam, lalu lelaki itu mengangguk lemah dan menunduk dalam ke pangkuan Mikoto. Lalu perlahan bahu Sasuke pun bergetar dan Mikoto merasa gaun nya basah oleh air mata Sasuke yang semakin lama semakin banyak. Mikoto tersenyum lembut, lalu mengusap kepala putra nya yang kini sudah dewasa tersebut dengan lembut.

"Terimkasih, Mom. Terimakasih" Ujar Sasuke dengan suara serak. Mikoto pun menangguk dan membawa Sasuke kedalam dekapan nya, memeluk pria yang akan menjadi pewaris nya itu dengan segenap kasih sayang untuk menguatkannya.


See you next chapter...