Sakura tertawa garing, ia menatap pria tampan dengan rambut model—ew apa itu? Apa potongan rambut pria itu terinspirasi dari bentuk seksinya bokong ayam? Oke Sakura akui dia tampan, sangat malah. Hanya saja...

"Ayah, kita harus bicar—"

Suara dering ponsel dari saku celana memotong ucapan putri semata wayangnya. Kizashi mengangkat sebelah tangannya memberi kode bahwa ia harus mendahulukan ponselnya. Sakura menghela nafas dan mengangguk, membiarkan sang ayah seksi menggodanya—menurut Mebuki—pergi mencari tempat cukup sunyi dari keramaian restoran. Meninggalkan Sakura berdua dengan pria menyebalkan, dingin dan panas bagai dispenser, aneh, duduk angkuh didepannya, lengkap dengan seringai tampan yang minta ditonjok.

Sabar Sakura, sabar.

Jidatmu memang sudah lebar.

"Jadi..." suara baritone khas didepannya membuyarkan khayalan Sakura untuk menyiksa pria didepannya percis seperti adegan ibu tiri pada anaknya yang sering Sakura tonton. Emeraldnya mendelik, ia mencoba tersenyum formal meski sudut bibirnya tak kuasa bergetar. Oh malang nian nasibmu Sakura. "...hai, untuk yang kesekian kalinya. Mantan sekretaris pribadi—atau harus kupanggil, calon istriku?"

...Kenapa ayahnya harus berurusan dengan dia sih? Dan kenapa harus dia yang menjadi calon suaminya?!

Uchiha Sasuke, mantan bos brengsek atasan dikantornya. Direktur utama di perusahaan Uchiha yang bergerak dalam bidang Teknologi.

Sialnya,

Sakura tahu bahwa bosnya ini memiliki tingkah laku absurd diluar kelakuan manusia normal pada umumnya. Seperti,

"Aku tidak tahu bahwa Kizashi ternyata adalah ayahmu. Wow, selamat datang dan ucapkan halo pada kehidupan barumu. Haruno Sakura, si dada rata berjidat lebar."

"Ya Tuhan..."


.

.

.

.

.

.

.

Merried? No!

Naruto © Masashi Kishimoto

Story © Miinami

[ Uchiha Sasuke & Haruno Sakura ]

.

.

.

Warning!

AU, Typo, OOC tingkat akut, Mainstream, M untuk beberapa adegan menjurus dan tema, Kata tidak baku, Eyd jelas diragukan, Fic ringan jangan berharap banyak karena Author tukang PHP, dan lainnya.

.

.

.

IF YOU DON'T LIKE, JUST DON'T READ!

AND GET OUT, WITHOUT DRAMA. OKAY?

.

.

.

.

.

A SasuSaku Fanfiction

[ Nikah muda. Jadi istri seorang pria tampan, mapan semampai, memang jadi idaman. Tapi lain hal dengan Sakura, sudah jadi mantan sekretaris pribadi, sekarang jadi istrinya pria tampan sayangnya nafsuan mesum gila. Kurang greget apa coba hidupnya? ]

.

.

.

.

.

Enjoy reading...

.

.

.

.

.

.

.


"Dokumen ini salah, lihat banyak kata yang salah! Kau ini bodoh atau idiot? Pakai mata makanya saat bekerja! Jangan pakai jidat! Untung aku sabar dalam menanggapi bawahan, karena jika tidak—"

Sakura menunduk dalam, seperti meratapi kesalahan tapi tidak juga. Ia menggerak-gerakkan bibirnya seolah mengikuti celotehan panjang atasannya—entah pidato, ceramah, atau apa. Yang pasti ia sudah sangat biasa mendengar suara baritone itu mengoceh secepat kilat saat mengomelinya, bagai seorang ibu yang memarahi anak perawannya karena pulang terlalu larut malam.

Haha,

Sedih sekali rasanya punya atasan begini banget. Masih mending jika cerewet itu perempuan, ini lelaki. Idih. Ganteng sih iya, tapi kalau gini kelakuannya, Sakura mending memperpanjang masa jomblonya deh. Serius.

Uchiha Sasuke duduk di kursi kebanggannya lelah, tentu saja lelah hati, lelah pikiran, juga lelah menggerakkan bibirnya dan mengeluarkan semua kekesalannya pada sang Sekretaris—uhuk—cantiknya. "Kau paham?!"

Satu helaan nafas terdengar, Sakura mendongak dengan mata terpejam. "Ya, Uchiha-sama."

"Jangan diulangi."

"Siap."

"Jangan membantah ucapanku."

"Tidak akan."

"Jangan meledek kata-kataku lagi."

"Ya."

"Dan jangan menggerutu lagi setelah keluar dari ruanganku."

"Tentu saj—"

Raut wajah Sasuke menggelap, Sakura gelagapan.

Buset, bosnya tau dari mana dia suka ngomel-ngomel?

Uchiha memang luar biasa, sangat fenomenal. Jangan bilang Uchiha adalah turunan iblis yang isinya lelaki ikemen, jago dalam hal dukun-mendukun. Sekali lagi, luar biasa.

"Cepat keluar dari sini, dan cetak ulang dokumen tadi atau gajimu ku potong lima puluh persen."

Kata-kata sakral yang jika sudah Uchiha Sasuke ucapkan maka mau tak mau Haruno Sakura harus cepat bertindak. Sudah gajinya tidak naik-naik, harus kerja ekstra tiap detik, udah sedikit dipotong pula, mana gede banget lima puluh persen. Mampus.

"H-Ha'i!"

Cari uang gini banget.

.

.

.

.

.

"Uchiha-sama, jadwal anda besok adalah rapat pada pukul delapan pagi, lalu bertemu klien Kiri Production pada pukul setengah dua belas, kemudian—"

"Oh sial, bisakah kau menghapus salah satu kegiatan dari agenda membosankan itu?"

Sakura menahan diri untuk tidak mendengus, keningnya membentuk tiga buah perempatan kecil yang berkedut. "Tidak bisa Uchiha-sama, ini semua adalah—"

"Besok aku sakit. Katakan pada Itachi aku tidak akan masuk besok."

Ini anak ayam tingkahnya emang tiada duanya. Memang sakit bisa direncanain?! Canggih bener tuh sakit, kenapa ga sekalian situ bilang 'besok aku mati, bilang sama Itachi untuk urusi sesi pemakaman.' kan lebih indah! Inner Sakura teriak memakai pengeras suara.

Ambil nafas, keluarkan. Oke Haruno, buktikan padanya bahwa kau bisa!

"Uchiha-sama."

Sasuke menolehkan kepalanya yang semula menatap layar ponselnya, sekarang beralih pada gadis merah muda yang berdiri didepan mejanya dengan aura gelap juga mencekam. Seketika Sasuke bergidik.

"Dengar! Aku tahu ini tidak sopan. Tapi kau—Sakura menunjuk Sasuke dengan jarinya yang teracung didepan hidung—jangan berpikir bahwa karena kau adalah seorang Direktur utama disini, kau bisa seenak rambut ayammu berkata apapun dengan mudah?! Cukup sudah! Aku muak dengan sikapmu yang kekanak-kanakkan dan juga luar biasa menyebalkan! Aku keluar! Terimakasih atas kebaikkanmu mau menerimaku bekerja delapan bulan yang lalu, surat pengunduran diri akan aku buat dan kuberikan padamu se-ce-pat-nya!"

BRAK!

"Selamat tinggal Uchiha-sama!"

Sasuke shock, Sasuke terperangah juga terpesona. Sakura berteriak padanya dan juga terang-terangan berkata—mengejek—gaya rambutnya, oh wow! Baru kali ini Sasuke mendengar ada seseorang yang berani berkata padanya dengan sedemikian frontal tanpa sensor juga tanpa jeda. Sasuke menyeringai.

"Berani juga.."

.

.

.

.

.

Sakura mengerjap imut, antara percaya atau tidak percaya atas pengakuan besar-besaran sang Ayah disampingnya.

"Ayah, katakan kau berbohong."

"I-itu benar. Maafkan ayah Sakura, ayah—"

"OH GOD! APAKAH INI SEBUAH TAKDIR YANG KAMI-SAMA BERIKAN?! KENAPA AKU HARUS TERIKAT LAGI DENGAN BOS SINTING ITU?! AYAH! KAU TEGA!"

"Dengar Sakura, ini kecelakaan!"

"Apanya yang kecelakaan?! Ayah menabrak mobil yang terparkir di pinggir jalan hingga bagian belakangnya bonyok tak berbentuk, bahkan ayah sadar tidak mabuk! Dan mobil itu adalah mobil mewah limited edition Koenigsegg CCXR Tervita yang ternyata adalah milik Uchiha Sasuke!" Sakura memukul-mukul dashboard mobil Kizashi penuh kekesalan. "DOSA APA AKU KAMI-SAMA! SAMPAI AKU YANG HARUS MENJADI BIAYA GANTI RUGI MOBIL ITU!"

"Sa-Sakura." Kizashi mengelus punggung anak semata wayangnya takut, bagaimanapun ia khawatir jika mobilnya yang sudah hancur dibagian depan ikut hancur dibagian dalam karena ulah Sakura. Jangan salah, tenaga Sakura itu sama seperti tenaga Mebuki saat marah. Sama-sama bikin urat nadi hampir mau putus, salah apa Kizashi punya anak berkekuatan Sumo seperti Sakura? Bisa habis mobilnya. "kau hanya perlu menikah dengan Uchiha Sasuke 'kan? Lagian dia itu ganteng lho, kaya lagi. Bisa hidup sejahtera kamu sama dia. Iya kan? Jangan menjomblo terus-menerus nak, ayolah. Uchiha Sasuke hanya ingin kau sebagai bayarannya. Ayah sesak nafas saat mendengar total jumlah harga untuk membawa mobil mewah itu kebengkel, bisa bengek dijalan. Kau mau kehilangan ayah seksimu ini Sakura?"

Sakura ngos-ngosan, lubang hidungnya kembang-kempis nahan napsu bira—amarah. Kasihan juga liat ayahnya yang menderita, insting seorang anak seketika keluar. Meskipun Sakura kadang berbuat durhaka pada kedua orang tua, tapi tetap saja ia tidak tega. Ah nistanya dunia.

"Baiklah..." wajah Kizashi berbinar senang. "...aku akan menikah dengannya, sebagai biaya ganti rugi mobil mahal yang berharga senilai empat koma delapan milyar dollar Amerika, bahkan aku malas menghitung berapa harga mobil itu dalam mata uang yen Jepang. Aku rela, menanggung dosa laknat ayah."

Raut wajahnya berubah masam, "Anak kurang ajar."

"Oh ya, memangnya apa yang ayah pikirkan sehingga tidak konsentrasi menyetir huh?"

"Itu..." raut wajah Kizashi berubah—lagi. "...ayah melihat ibumu berduaan dengan si tua jenggotan Tamekichi tetangga sebelah di taman Konoha. Ayah cemburu! Ayah sakit hati! Ayah—"

KRETEK!

Suara remasan tulang membuat Kizashi bungkam, ia menoleh kesamping. Dan mendapati wajah Sakura yang menyeramkan, bagai wajah hantu Sadako difilm horror kesayangannya.

"Ayah..."

"Y-ya?"

"KAU SAJA YANG MENIKAH SANA!"

BRAK! BRAK! BRAK!

Ucapkan selamat tinggal pada mobilmu—yang bahkan belum lunas itu—Haruno Kizashi.

.

.

.

.

.

Disinilah dia.

Haruno Sakura, gadis yang masih jomblo diumur 23 tahunnya, tapi tidak sekarang. Sakura menatap pantulan dirinya dicermin besar tempatnya berganti pakaian, dibalut gaun cantik berwarna putih bersih sangat pas ditubuhnya. Gaun itu tanpa lengan dan terbuka dibagian atas, membentuk bagai huruf m didadanya, pita lumayan besar berada dipinggang sebelah kiri, dan dihiasi kerlap-kerlip putih pada bagian bawah.

Cantik, batin Sakura 100,123456% percaya diri.

Rambutnya yang panjang sepunggung tergerai indah. Ini memang bukan hari pernikahannya, Sakura hanya diajak—diseret paksa—oleh Ibu dan Ayahnya karena pihak keluarga Sasuke memanggilnya untuk mencoba gaun pengantin.

Sakura menangis dalam hati,

Dosa siapa, yang kena siapa. Dunia, mengapa hidupku begitu melankonis bagai drama?

Baru saja dua hari Sakura mengundurkan diri dari perusahaan Uchiha, beberapa hari lagi ia akan sah menyandang status sebagai istri si sinting—tampan—mantan bosnya. Haruno Sakura, hanyalah kenangan. Uchiha Sakura, adalah masa depan. Keren sih, tapi tetap saja! Sakura ingin ia menikah dengan pria tampan, romantis, penuh kejutan, kasih sayang, lembut. Tidak seperti Sasuke yang kasar, cerewet, kadang pelit, tukang timpuk, datar, dingin. Cuih, mati saja sana.

"Sakura? Cepat keluar nak."

Bagus, itu suara Ibunya—Mebuki. Yang sengaja dibuat se-lembut-mungkin dihadapan keluarga besan, ingin cari muka sebenarnya, tapi malah terkesan lebay. Sakura mulai durkaha.

"Iya bu!"

Ia keluar dari ruang ganti, dengan langkah takut-takut juga tubuhnya yang gemetar kedinginan memakai gaun yang cukup terbuka dibagian atas. Sakura keluar, disambut tatapan terkejut anggota keluarganya juga empat keluarga anggota Uchiha—termasuk Sasuke.

"J-jelek ya?" Sakura tersenyum kikuk, yah ia memang tidak berniat membuat semuanya cengo apalagi Sasuke yang—aduh sial ganteng banget—memakai tuxedo putihnya, berdiri dua langkah ditempat Sakura berada. Suasana jadi akward seketika. "aku ganti deh."

"Tunggu!"

Saat Sakura berbalik, berniat ganti baju—lagi, suara khas mantan bosnya terdengar. Ia berbalik dengan raut jengkel, "Ya?"

"Yang itu saja, cantik. Iya kan Ma?" Sasuke menoleh seolah meminta persetujuan Mama cantiknya juga beserta anggota keluarga lainnya. Uchiha Mikoto tertawa dan menerjang Sakura erat, sedangkan Uchiha Fugaku serta Uchiha Itachi hanya mengangguk dan mengacungkan jempolnya bangga. Sakura merona mendengar err—pujian? yang keluar dari bibir calon suaminya.

"Aaaa calon menantuku manis sekali!"

Sakura heran, tingkah anggota keluarganya sama absurdnya dengan Sasuke. Apa ini benar keluarga Uchiha yang memegang pembisnis sukses nomor satu di Jepang? Ia ragu.

Sasuke mendekat saat Mikoto sudah berhenti memeluk Sakura dan sedikit menundukkan tubuhnya untuk berisik, "Gaunnya yang cantik, jangan terlalu percaya diri jidat."

"Mati kau Uchiha." Sakura mendesis tajam bagai bisa ular, tapi pelan. Tidak sampai terdengar oleh anggota keluarga yang lain. "kalian memang brengsek."

"Dan kau sebentar lagi akan menjadi Uchiha, atau perlu kusebut Uchiha Sakura si brengsek?"

Sakura terdiam.

Wow, ia baru melihat bahwa ternyata seringai Sasuke sangat mematikan, dan sukses berdampak geli pada perutnya.

Apa-apaan ini?

.

.

.

.

.

"Ino, aku ingin mati."

"He?! Ada apa denganmu darling? Kau ada masalah?"

"Aku akan menikah."

Ino—sahabat semati, sejomblo, senasib Sakura—disebrang sana menjerit. "OH ASTAGA BENARKAH ITU SAKI?! K-KAU MELEPAS MASA GADIS LAPUK-MU ITU?! KAU MENINGGALKANKU?!"

"Lebay." Sakura memutar bola matanya bosan. "aku dipaksa, kau tahu. Ayahku begitu bodoh hanya karena cemburu monyet pada tetangga sebelah, menabrak mobil mewah yang hanya keluar beberapa unit didunia dan pemiliknya adalah mantan bosku yang sinting itu, Uchiha Sasuke. Dia marah dan meminta ayahku ganti rugi, karena kami keluarga kere ayah tidak sanggup membayarnya. Sasuke meminta Kizashi untuk menikahkan anak gadisnya dengan Sasuke—jika ayahku punya—sialnya dia punya, dan akulah anak dari orang tua bernama Haruno Kizashi itu. Bahkan undangan sudah tersebar, semua persiapan sudah selesai. Ino aku tidak siap. Kenapa tidak ayahku saja yang menikah dengan Sasuke?"

"Kau anak durhaka jidat, berdoa agar ayahmu tidak mengutuk dirimu menjadi seonggok kotoran."

"Menjijikan babi."

"Terserah." Ino menjeda sejenak, "ow tunggu-tunggu! Kau bilang Uchiha Sasuke?! PRIA TAMPAN MUDA SUKSES MENGGODA DAN MEMPESONA ITU?! ASTAGA KAU—ITU JACKPOT SAKURA! KAU MENANG UNDIAN BESAR! UCHIHA ADALAH ASET BERHARGA! MEREKA, MEREKA BAGAIKAN BERLIAN DITENGAH PADANG PASIR! KAU BERUNTUNG! ASTAGA, ASTAGA SAKU—"

PIP!

Sakura melempar ponsel touch screen kesayangannya pada ranjang empuk disamping kanan.

Menikah, diusia muda—bagi Sakura umur dua puluh tiga itu masih sangat muda—adalah hal yang tidak pernah terpikir olehnya.

Terlebih dengan Uchiha Sasuke.

God! Ia tak menyangka hidup akan setragis ini. Membayangkan Sakura membina keluarga, membuat anak, melahirkan bibit-bibit Uchiha yang merepotkan, pasti akan—

Eh tunggu dulu.

Tadi ia bilang apa?

Membuat anak?

..

Dengan Sasuke?

..

..

Wajahnya memerah dengan sendirinya. "ITU TIDAK AKAN PERNAH TERJADIIIIIII!"

BRAK! BRUK! JDAG!

"HEI SAKURA! JANGAN BERTERIAK MALAM-MALAM!"

.

.

.

.

.

Semua terjadi bagai kedipan mata. Sakura, ia akan melepas masa lajang—jomblo—nya sekarang, sesaat lagi. Maniknya menatap sang ayah yang menggandeng tangannya, memohon bagai anak kucing meminta makanan bekas. "Ayah..."

"Kau akan bahagia, Sakura.." Kizashi tersenyum haru, ia sebenarnya merasa bersalah—sangat—pada putrinya. Tapi apa boleh buat, dari pada ia sekeluarga hidup menjadi gembel dipingggir jalan. Tidak ada salahnya berkorban, iya kan? "percayalah."

Sakura gugup, pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dipermainkan. Meski ia juga sedikit absurd, tapi soal pernikahan jangan menganggap Sakura tidak serius. Ia akan membina keluarga dengan seseorang, mengucap ikrar janji suci untuk selalu bersama dihadapan pendeta dan seluruh tamu undangan.

Bukankah itu termasuk hal yang tidak boleh dianggap sepele?

Ia mulai melangkah memasuki gedung tempat pernikahannya akan berlangsung. Emeraldnya terkunci, menatap sosok pria tinggi tegap yang berdiri didepan pendeta, mengenakan tuxedo putih yang membuatnya semakin tampan, meski ekspresi wajahnya kelewat datar.

Sakura baru menyadari satu hal,

Bahwa ia menikah dengan manusia ciptaan Tuhan yang kelewat sempurna.

Ia berdiri disamping Sasuke yang masih tak berkutik. Sampai akhirnya pendeta membuka suara, memulai janji suci pernikahan. Sasuke mengucapkannya dengan lantang, tanpa ragu. Berbeda dengan Sakura yang tersedat-sedat gugup.

Dan tiba saatnya,

Sesi ciuman antar pasangan.

Sial, Sakura lupa! Ia tidak mempersiapkan mental kuat untuk ini! Kabur pun percuma, ia bisa melihat kedua oniks didepannya mengkilat... Nakal dan penuh nafsu. Hawa-hawa iblis tiba-tiba menggerayanginya.

Sasuke mulai mendekatkan wajahnya, kedua tangannya menahan Sakura agar tidak mundur. Sebelah ditengkuknya, lalu satunya lagi berada dipinggangnya. Wajah pria itu sedikit miring, bersiap menyantok bibir perawan gadis didepannya.

Sakura memejamkan matanya, berdoa agar sesi ciuman ini berjalan cepat.

Sampai bibirnya benar-benar menempel erat dengan sesuatu yang dingin, juga basah. Ah, inikah bibir—mantan—bos sintingnya? Kok enak ya?

Eh—

Kelopak matanya terbuka, melihat dengan jelas kedua kelopak mata didepannya yang juga terbuka serta oniks tajam didalamnya. Kilat-kilat jahil terpancar disana.

Sakura berniat menarik wajahnya agar menjauh, tapi kalah cepat dengan bibir Sasuke yang mulai bergerak melumat. Lalu menghisap bibirnya keras. Terus melumat hingga Sakura merasa kedua kakinya kini seperti jeli lentur, ia akan jatuh jika saja Sasuke tidak menangkap tubuhnya.

"Uchi—emph!"

Pendeta mulai nosebleed, para tamu undangan juga sama. Sakura merasa pusing, ia mendorong dada Sasuke didepannya dan berhasil sampai ciuman itu terlepas. Nafasnya terengah-engah, wajah cantik Sakura memerah karena malu dan kehabisan nafas, "Kau gila!"

"Bibirmu manis." gumam Sasuke, "lagi ya?"

"Eh—aph—ha! Lep—"

Dan bibirnya kembali menjadi tawanan Uchiha Sasuke yang kelaparan akan ciuman. Beruntung karena tak lama seorang pria berambut—oh model baru lagi, rambut pria itu mirip buah berduri yang Sakura tahu bernama duren—berteriak kencang.

"OI TEME! LANJUTKAN DIKAMAR 'TTEBAYO!"

Sakura bernapas lega ketika panggutan bibir mereka terlepas. 'Terimakasih kepala duren! Aku berhutang nyawa padamu!' Inner Sakura tepar dengan wajah yang memucat.

Pendeta itu berdeham lalu berkata, "...dengan ini, kalian resmi menjadi sepasang suami istri."

Riuk tepuk tangan memenuhi gedung tersebut.

Sasuke menarik pinggang—uhuk—istrinya mendekat, ia berbisik tepat ditelinga Sakura yang menegang. "Lanjutkan dikamar 'eh?"

Sakura bergidik, ia menolehkan wajahnya kearah samping menatap horor wajah—uhuk—tampan suaminya galak.

"Persiapkan dirimu, Uchiha Sakura."

Nightmare.

Ayah, Ibu selamat tinggal...

Doakan anakmu masuk surga.


.

.

.

.

.

.

.

To be continued or END?

.

.

.

.

.

.

.


A/N: *akward*

FIC. MACAM. APA. INIH. KAWANS /GEBRAK MEJA-JAMBAK OM OROCHI/

HAHAHAHAH, aku khilaf, bukannya lanjutin fic lain malah buat baru. Ini ngetik kilat, kurang dari dua jam yolo-yolo! pasti aneh lol. Pokoknya saran kalian sangat mempengaruhi fic ini untuk jadi Oneshot aja atau lanjut jadi multichapter dengan konflik yang ga berat. So, gimana menurut kalian? Ini pertama kalinya aku buat fic dengan bahasa ga baku lol *dirajam* meski idenya pasaran banget, SasuSaku nikah tanpa cinta, tapi setiap author kan punya cara penulisan sendiri dan alur cerita sendiri~ (masasih? Lololol)

Untuk temen-temen yang nunggu fic MC aku, terutama Mask dan Crazy Love, tenang aja mereka lagi aku cicil kerjain kok. Tapi... JANGAN BERHARAP UPDATE CEPET PLS :"""" seperti warning diatas aku ini tukang php /diinjagramerame/

Dannn... Untuk SSL JANGAN LUPA TANGGAL 27 EPISODE NARUTO SHIPPUDEN SPESIAL SASUKE SAKURA LHO AHAHAHAHAHAH (udah tau woy) Yok kita fansgirlingan bareng~

Last,

Review? x3

Salam ketjup,

Mil