Sensei or Master?
.
.
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Story: Reese19
Warning: Tema dewasa, nona salah ketik, mungkin keluar dari karakter, gaya bahasa ala novel terjemahan, dan… erotic fic! Hahahahahaha
No profit I gain from making this fic! Except when im making Love! #kicked
MATURE AREA'S!
.
.
.
Berfikir (tidak, aku sedang membayangkan) mengenai kematian yang bagus; adalah ibuku yang berusaha untuk tidak menangis dan ayah yang tetap membaca Koran dengan focus disisi kotak kematianku. Setidaknya, ini pikiranku.Tidak ada yang menangis, aku harapbegitu. Karena menangis itu bodoh; seperti bibi Kurenai tua yang pemarah dan menjengkelkan.
Dan menggelandang… adalah kata yang jauh lebih bodoh dari Siapapun.
Bukan salahku. Aku menendang jauh kerikil bodoh didepanku. Jelas sekali, anaknya yang kekurangan gizi itulah yang memecahkan guci murahannya. Harganya bahkan (ini sindiran, jangan dipercaya) jauh lebih mengenaskan (murahnya, tentu saja jangan kau percaya!) dibandingkan seonggok perpen karet rasa –entahlah.. tapi warnanya biru, yang sudah memutih, dan tak berdaya dibawah sepatu kets ku ini. Yang kusam. Sial! Bisa tambah lagi pengorbananku untuk malam ini (atau hari ini)?
Sepertinya aku butuh bir
Karena merasa semakin kesal dan frustasi akibat menggelandang mendadak, aku kembali menendang sebuah kerikil dengan ujung sepatuku. Yang mana rasanya cukup sakit dibagian jempolku. Dan dengan onomatope Bletakk penuh kata seru sederhana; semuanya menjadi lebih mendramatisir dari yang bisa kubayangkan. Karena batu bodoh itu melayang, tinggi, dan jatuh mengenai sebuah wajah tampan yang sedang suntuk. Iya, seharusnya aku lari saja. Kabur dan berubah menjadi sepotong keju yang pengecut!
"Haruno?"
Kalau saja dia bukan guruku….
-0-
"…. Apa sensei ingin aku menjelaskan sesuatu?" Dua puluh menit yang tak bisa ditolelir berlangsung secara senyap seperti kuburan; di sebuah apartemen megah yang mampu memaksa mataku untuk terus menjelajah dengan lancang. Diruang tamu. Disofa beludrunya. Matanya yang hitam lagi seksi terus mengabaikan kehadiranku, yang duduk tak tahu aturan dan mengotori salah satu asset berharganya (atau setidaknya, begitu). Karena sepertinya ia takkan marah, dan kakiku yang juga mulai bosan dalam posisi kaku yang mainstream; jadi aku mengangkat keduanya untuk dilipat dan memijak diatas sofa lembut yang pastinya mahal ini. Sensei… maaf soal wajahmu yang membiru..
Kepalanya tidak menoleh (kecuali kalau mata bisa melakukannya) "Aku bertanya."
"Kalau begitu… Eh, tunggu! Ini apartemen sensei?"
"…Ya."
Dia bekerja sebagai guru Kimia atau merampok bank?
"Ini sedikit pribadi.. Tapi… aku diusir dari rumah. Dan sedang butuh rumah dan pekerjaan–" dengan suara sumbang, aku melanjutkan ragu-ragu " –Bisa membantu…?"
"Kau akan menolak. " aku mengerutkan alisku. Oh! Apa dia masih mengingat kejadian pagi tadi?!
Karena seksi.. Uchiha Sensei akan selalu dimaafkan..
Tapi aku tetap kesal! "Kau masih mengingat kejadian itu?! Tidak membuat PR bukan berarti aku berpotensi untuk membunuhmu, kan?!"
Ia menoleh. Tetap selalu mempesona dengan sebuah kaos putih longgar dan celana levis ketat. Kau bukan guru kimia! Tapi kau Camui Gackt yang tersesat dan lupa ingatan!
"Aku mau jadi apapun! Pembantu? Setidaknya aku bisa mengepel dan mencuci pakaian!" aku masih tetap meyakinkannya. Karena aku tidak bisa lagi berpetualang untuk mencari pekerjaan dan rumah di malam ynag dingin dan kelabu dan menyesakkan dan gelap ini. Aku membuka jaketku dan menyisakan selembar kaos kuning longgar didalamnya. Disini panas. Karena manusia disebelahku adalah dewa dari semua panas.
"Kau masih.. terlalu kecil."itu tidak lebih dari sekedar gumaman kepada dirinya sendiri; yang tampak menerawang dalam kelam netra itu (dan kenapa aku menjadi puitis seperti ini?!)
"Hei! Aku–"
" –kenapa denganku? Kau bisa merepotkan orang yang lain kan?"
Heii! Itu terlalu kejam!
"Karena kau terlihat lebih mampu dari yang bisa kau tunjukkan! Ayolah~ jangan pelit."
Matanya tampak berkilat ragu selama sepersekian detik. Kalau aku salah, ia merenung. Tangannya terlipat pongah dan kembali mengabaikanku.
"BDSM."
"Eh?"
Ia menoleh. Menyeringai; mengejek. "Jadilah submissive ku."
EEEEEEHHHHHHHHHH?!
Tanganku gemetaran. Tidak menemukan keberanian apapun untuk kembali merecokinya. Atau setidaknya, sebelum dua lembar kertas laknat (yang barusan Sasuke letakkan diatas meja dan kuambil dengan kasar) ini pergi menjauh dan berubah menjadi sepiring anmitsu yang lezat. Dan, oh Tuhan! Bisakah matanya berhenti untuk terus menatapku? Ia seperti sudah membolongi wajahku!
"Berhenti menatapku!" Persetan! Kau bukan guruku disini!
Ia menganggapnya angin lalu. Tetap diam dan tenang. Karena sensei yang kukenal ketika menjulang di depan kelas ramaiku adalah patung tampan dengan isi cyborg. Kulitnya seperti pualam dan aku sedikit iri. Bibirnya seksi dan semua gadis ingin melahapnya. Aku juga gadis, lho. Tinggi tubuhnya 182; yang mana bagus untuk dipanjat dengan manja. Namun ia adalah manusia, yang mana baru kusadari ini. Heh, Tidak ada siapaun didunia ini yang sempurna! Aku akan memenangkan taruhan konyol itu dengan segera!
"Kau akan menolaknya." Dengan gaji 100.000 yen perminggunya? Aku belum cukup gila!
TAPI AKU MASIH PERAWAN!
"…. Baiklah. Aku terima."
-Dan cukup gila untuk menerimanya.
-0-
Kami tidak melakukan apa-apa semalam. Setelah menandatangani surat yang membuat mataku nyaris melompat itu, kami (atau Sensei bodoh itu) memutuskan untuk menonton film dan bermain monopoli. Lucu sekali. Aku pergi kesekolah dengan bus dan ia dengan sedan mewahnya.
"Odeko, Karin bilang kau sudah dideportasi? Bercandakah dia?" maksudnya diusir. Betapa mengertinya aku dengan mulut besar yang keponakan sialan itu punya. Dia bukan lagi jaring bola basket, tapi sebuah lingkaran tanpa dasar yang terlihat bodoh dan norak; dilihat dari segi maupun sudut lainnya. Jelas sekali. Aku memberikan seringai ringan seperti halusnya pipi Sasuke (aku akan menyebutnya begitu meskipun ia 26 dan aku 17 tahun) kepada nona Yamanaka yang maha kepo. Yang duduk bersila dan tak tahu malu diatas meja super keren milik Haruno Sakura.
"Dan menemukan rumah baru yang mewah.. Kenapa tidak?" Tidak ada remah kue keju diwajahku; yang mana artinya, aku tidak sepengecut apapun untuk berbicara mengenai realita yang sesungguhnya. Kecuali jika ini hari Rabu dan Sasuke akan masuk di jam pertama.
"Pig! Ini hari apa? Apa aku salah seragam?"
"Eh? Kenapa kau pakai baju hari selasa? Kau kan tahu Uchiha sensei itu terlalu disiplin." "Akan ada kelinci bodoh lagi yang berdiri disisimya, ya…?"
"Diamlah!"
"Sudah menjadi gelandangan sukses, Sakura?" Aku melihat malas kearah samping. Ino juga melakukan hal yang sama; karena kami sahabat sehati. Jangan pikirkan bagaimana kami bisa hidup dan terus mengumpat disetiap waktunya.
Dengan riasan norak dan berlebihan, tiga gadis yang merasa cantik itu tersenyum manis. Setidaknya, bagi mereka. "Ya. Selama aku tidak akan melihat wajah clown-bitch-please milikmu selama sehari semalam penuh, Ya. Semuanya menjadi lebih indah." Ketika ia dan koloninya hendak membalas dengan rangkaian kata-kata yang kami semua tahu; penuh kebodohan, Sasuke masuk dengan elegan. Disertai dengan efek maskulin dan jeritan para gadis yang tak tahu cara membuang hormone berlebihan mereka. Beberapa detik, matanya telah menemukan mataku. Dibalik tubuh Ino yang akan menjadi kelinci bodoh kedua. Karena dia duduk dimeja!
"Haruno, Yamanaka. Silahkan berdiri didepan."
Karin tertawa mengejek dibangkunya. Yang berjarak dua tempat duduk dariku. Dan kemudian berseru cukup lantang; berharap mendapatkan balasan dari beberapa anak lelaki dikelas. Ia tertawa, tapi tidak sampai mata hitam seksi Sasuke menemukannya.
"Anda dapat bergabung, Nona Hiruko Shion."
Sebuah kesialan untuk keponakan manisku karena menggunakan perona wajah dan bibir yang terlalu berlebihan.
Sekarang, aku yang akan menyeringai.
Jam istirahat. Dengan uang jajan 1000 yen yang Sasuke berikan, aku membeli beberapa makanan mahal yang selalu menjadi mimpi sesaatku sebelum ini. Aku juga mentraktir Ino. Meskipun dia kaya, Sayang sekali, ayahnya yang tampan dan kuning itu terlalu baik untuk uang 1000 yen perharinya.
"Sakura-chan, Uchiha sensei memanggilmu keruangannya."
Cih. Sialan.
Karena aku harus menjawabnya sekarang!
"Kau masih berhutang penjelasan padaku, Sakura." Aku menyeringai kearah Ino, Setelah mengangguk singkat kearah Naruto yang mulai bergabung dimeja kami.
"kalau begitu, kembalikan Salad dan diet coke yang baru saja kau lahap itu. Aku ingin yang itu. Bukan yang baru."
"Sialan!"
Aku berlari dan bahagia. Kemudian mulai gamang sampai lariku memelan. Apa aku akan menjadi pelacur yang celananya akan berubah menjadi lift untuk naik turun setiap saatnya? Apa aku akan menjadi rendah dan sederajat seperti bibi Kurenai dan pekerjaan kotornya itu?
Tapi yang jelas… aku hanya takut untuk ditinggalkan dan dibuang kembali.
Di depan ruangannya, aku mengetuk pelan. Berdoa agar setiap detiknya diperlambat untuk memberiku waktu berpikir. Kalau saja bisa.
"Masuk"
Sial! Ini bukan mengenai seks pertama yang menyakitkan!
Aku masuk dan menemukan wajah tampannya yang sedang focus dengan sebuah kaca mata seksi dihidungnya. Hebat sekali. Dia membuatku berubah pikiran dalam sekejap. Aku duduk didepannya. Meraih kertas perjanjian semalam dan kembali berpikir. Sasuke masih dengan dunianya. Sampai jika ada remah kue manis diwajahnya dan aku akan menjilat bagian itu, lihat saja!
SURAT PERJANJIAN PERIHAL PENYETUJUAN SUBMISSIVE
.
ATURAN YANG HARUS DIPATUHI
SUBMISSIVE DIHARUSKAN UNTUK MEMATUHI SEGALA INSTRUKSI YANG DOMINAN BERIKAN. DENGAN PENUH SANTUN, YANG SESUAI DENGAN PENETAPAN DOMINAN.
SUBMISSIVE DIWAJIBKAN UNTUK MENERIMA DAN MENYETUJUI SEGALA AKTIFITAS SEKSUAL YANG DIANGGAP TEPAT DAN PADU DAN MENYENANGKAN SANG DOMINAN. KEMUDIAN MELAKUKANNYA DENGAN KEYAKINAN DAN SEMANGAT.
DENGAN BEBERAPA PERSYARATAN BERIKUT, YANG HARUS DOMINAN PENUHI;
-SUBMISSIVE AKAN MENDAPATKAN JAM TIDUR SEMINIMAL 6 JAM KETIKA BERSAMA SANG DOMINAN.
-SUBMISSIVE AKAN MENDAPATKAN KEBUTUHAN PANGAN YANG BAIK DAN TERATUR UNTUK KESEHATAN DAN KESEJAHTERAANNYA. SUBMISSIVE DILARANG UNTUK MENGKONSUMSI MAKANAN INSTAN SERTA MAKANAN LAIN MENURUT KETETAPAN DOMINAN.
-DOMINAN AKAN MENANGGUNG SEGALA KEBUTUHAN SANDANG YANG DIPERLUKAN SUBMISSIVE. SEMUA BERDASARKAN KETETAPAN DAN KETENTUAN SANG DOMINAN. SEMUA YANG DOMINAN INGINKAN, AKAN SUBMISSIVE GUNAKAN TANPA PENOLAKAN.
BERIKUT PERSYARATAN YANG HARUS SUBMISSIVE PENUHI;
-MENURUTI SEMUA PERINTAH DOMINAN DENGAN SENANG HATI.
-SUBMISSIVE DILARANG UNTUK MENOLAK.
-SUBMISSIVE AKAN MENJAGA KEBERSIHAN DIRINYA. TERMASUK MEMPERCANTIK WAJAH DAN AREA KEWANITAANNYA.
-SUBMISSIVE DIHARUSKAN UNTUK MENJAGA KEBUGARANNYA, KESEHATANNYA, SERTA MERTA DENGAN TIDAK MENGONSUMSI OBAT-OBATAN TERLARANG, MEROKOK, ALKOHOL (KECUALI JIKA DIHARUSKAN. KET: LAMPIRAN 2)
-SUBMISSIVE DILARANG MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL DENGAN SELAIN DOMINANNYA.
KETENTUAN LANJUTAN DAPAT DITAMBAHKAN DARI KEDUA BELAH PIHAK. APABILA SUBMISSIVE MELANGGAR, DOMINAN AKAN DENGAN SEGERA ATAU SESUAI KETENTUAN, MENGHUKUM SUBMISSIVE.
SAYA YANG BERTANDA TANGAN DIBAWAH INI, MENYETUJUI PERSYARATAN DALAM LAMPIRAN PERTAMA DENGAN KESADARAN PENUH DAN TANPA PENGARUH ALKOHOL ATAU APAPUN YANG MENGHILANGKAN KESADARAN.
TANDA TANGAN
Haruno Sakura
Aku harus bertanya atau akan tetap menjadi kue keju yang bodoh. Setelah menandatangani lembar pertama, aku langsung menandatangani lembar selanjutnya tanpa perlu membaca. Dan benar-benar memutuskan untuk bertanya.
"Apa aku… seperti pelacur?" Dia tersentak. Segera mengangkat kepalanya dan menatapku. Terkejut. Meskipun tak terlalu ketara.
"Tidak." Suaranya berat ketika aku menggigit bibirku dan menghindari matanya.
"Tapi… aku merasa.. begitu. Kau dengan bebas menyetubuhiku. Membuat lift, dan membayar semua orgasme itu. Tidakkah itu… pelacur?"
"Tidak. Kembalilah kekelas."
Uchiha sialan!
-0-
.
.
.
-0-
Hidupku seperti nyala lilin merah yang berada tepat didepan kipas angin. Bukan kisah sedih yang membuatmu beruraian air mata; Kalau saja kipasnya tidak selalu hidup. Dan yang menyedihkannya adalah; aku hidup sebatang kara. Ibuku adalah seorang jalang yang haus uang dan ayahku adalah seorang pengusaha sukses yang terjebak pesonanya (ya, pelanggan yang malang), berdasarkan cerita dari paman pertamaku. Dibesarkan dengan kasih sayang yang nyaris cukup sampai pria baik itu mati bersama segala tipuan yang Kurenai rencanakan. Kasihan sekali.
Karena Yuuhi Kurenai bukanlah orang yang baik; dadanya terlalu besar dan sengaja diciptakan untuk terus membusung sombong. Kalau dia kaya; itu boleh saja. Tapi (masalah lainnya) kemudian, anaknya yang jalang itu juga segera tumbuh dewasa dan pada akhirnya botol telah mendapatkan tutupnya. Mereka sama-sama jalang gila!
Dan suami barunya itupun jauh lebih gila dari siapapun…
-Kecuali Uchiha satu ini… Kurasa.
"Tidak." Ya. Tidak akan semulus mentega. Aku tahu itu. Aku menatap jelaganya. Masih berusaha untuk tetap bersikap keras.
"Uchiha! Ini hanya tentang sescoup es krim dan kau bertingkah menyebalkan! Inikah sikap aslimu? Aku tidak terkejut!." Aku bersuara lebih keras. Melipat kedua tangan ini didada. Tapi Sasuke tetap acuh dan meraih dadunya. Memutar dua kubus kecil itu ditangannya dan segera mengadu nasib (oh, ini berlebihan) berama pion merah mudanya. Karena yang hitam ada di tanganku! Haha!
Uchiha menggeleng acuh. "Giliranmu."
Karena dalih lelah yang membuatku melayang; Sasuke memutuskan bahwa malam ini, kami kembali tidak melakukan apapun, kecuali seperangkat alat untuk mengelilingi dunia. Monopoli. Bersama kegilaan yang aku lakukan karena berlaku curang secara eksplisit. Sekali lagi, matanya menatapku. Aku kaya (karena curang) dan ia malah semakin kaya lagi.
"Bisakah aku tidur dikamar lain? Kau menakutkan. Seperti orang mati."
"Ya. Diruang berma –Kenapa kau memukulku?!"
"Tentu saja karena ide bodohmu! Lebih baik aku tidur disini!"
"HN"
-0-
Pagi hari. Rasa panas membakar tengkukku. Pelukan posesif yang tak disengaja mengukungku. Sasuke ada dibelakangku dengan degupan jantungnya yang menempel ketat disana. Rasanya memalukan. Aku kembali mulai bisa berfikir jernih sampai Sasuke semakin menggeliat dan mengeratkan dekapannya yang, sekali lagi, tidak disengaja. Dengan nafas hangatnya, yang tak kuduga, ia berbisik dan menjilat seduktif tanpa pikiran waras didaerah leherku. Perutku mengencang dan aku tidak menemukan cara yang bagus untuk kembali bernafas.
"…. Aku ingin seks."
"T-tidak! Aku ada ulangan pagi ini.. mmh.. Tunggu-" Cengkraman halusnya telah menyakitiku. Menjadi kuat dan jahat. Dia sudah mulai gila dengan kecendrungan anehnya!
Suaranya terdengar marah dan dalam. Aku mulai terdiam."Kau melawanku?!"
Kemudian tangannya meraba bokongku dan memukul bagian itu sekeras mungkin. Aku terpekik. Merasakan untuk pertama kalinya bagaimana bokongku dipermainkan sebegitu jahatnya. Dan dia adalah Uchiha Sasuke. Guruku.
"Akh!"
Giginya dikulitku. Ancamannya didagingku; bersiap untuk merobek kapan saja. Aku merasakan seringaiannya disana. Terbentuk secara iblis dan tampan. Ia memukulku lagi sebelum mengelusnya lembut. Pantatku! "Jangan pernah. Aku tak suka penolakan. Ya?"
"Y-ya.."
Kemudian, ia membuatku berpindah secara cepat. Turun satu lantai yang mana itu adalah apartemen khusus tempat bermain miliknya. Ia membuka pintu dan membantingnya; menguncinya. Membalik badan dan memandangku dengan iblis yang menyala begitu tampannya. Aku sudah merasa takut sejak ia memukul bokongku dua kali. Itu menakutkan. Uchiha Sasuke adalah malaikat maut yang paling berbahaya.
"Buka pakaianmu. Dan segera menuju kamar."
.
.
.
Ia mengikatku menyilang diatas ranjang. Rasanya empuk dan mendebarkan. Aku terengah; takut. Wajahnya tak terlihat begitu jelas karena penerangan yang terlalu minim. Namun yang pasti; seringai jahatnya tampak jelas dimataku. Dia kadang kala seperti malaikat yang bekerja sebagai guru terdisiplin. Kemudian, setelah beristiwa ini berlangsung, mungkin aku akan berfikir bahwa ia adalah bajingan penuh hormone yang membenci masturbasi dan pecinta kondom. Ini tidak benar. Karena sesat dan tidak ada pintu apapun untuk lari; ini sangat sesat!. Dia adalah orang dewasa dan aku remaja. Berharap saja semoga Rahim ini akan baik. Astaga!
Sasuke mebuka kaus nya. Tubuhnya seksi dan temaram. Ia menyisakan celana levisnya dan menunduk condong kearahku; setelah bersikap seolah tengah menimpaku. Wajahnya tidak berseringai lagi. Ia sudah kejam dan kembali sedingin lemari es. Kukunya mulai mencengkram pipiku untuk mendongak. Aku melakukannya.
"Bersuaralah."
"A-apa..?"
"Akh!" Dia menarik kuat rambutku. Mengikatnya dengan karet secara asal. Rasa panas sudah mendiami bagian sana. Ia memang mengerikan.
Sasuke tersenyum. Tarikannya tak kunjung melepas.
"S-sakiith!"
"Diam! AKU TIDAK MENYURUHMU BERBICARA!"
Mataku memanas. Rasanya perih dan jahat. Sasuke beringsut mundur untuk melepas dan menendang jauh celananya. Ia sudah telanjang disini. Diatasku!. Dan matanya yang terus mengawasiku meskipun aku telah mencoba untuk tak bergerak satu sentipun.
"Gadis pintar." Ketika ia bangkit, sesuatu yang keras tampak bergoyang diantara selangkangannya. Pipiku bersemu dan terus memperhatikan bagaimana penisnya bergoyang dan mengacung sombong. Tapi tidak sampai sipemiliknya berseru dengan lebih sombong.
"Tidak. Bukan ini kejutannya." Lalu meraih penisnya dan menggoyangkannya. Seperti sebuah popok bayi didepan bayi itu sendiri; dan aku membutuhkannya (Kurasa! Karena aku perawan!). Sasuke Berjalan kearah lemari besarnya yang gelap dan kembali lagi kemari dengan sebuah tas. Entahlah. Ini sedikit menakutkan untuk dibayangkan. Karena aku sudah meminjam ponsel dan google Ino untuk mencari tahu, apa itu BDSM dan sebutan bodohnya untuk kami. Dan dia menyeringai saat aku pucat.
Ia mengeluarkan benda sintetis yang –entahlah… seperti Penis. Beberapa penjepit, gunting, cutter, tali lainnya, beberapa bola yang tersambung-sambung, lilin, dan…. Apa itu?! Cambuk?!
Aku memberontak; gelisah. Dan simpulan gila ini semakin menyakitiku. Ini terlalu kuat. Terlalu keras. Sasuke!
"Bicaralah.." Sekali lagi, Sasuke menaikiku. Ujung halus dari cambuk kulit itu membelai dahi dan bibirku. Sementara bibirnya mulai nakal melalui telinga, leher, dan diantara payudaraku. Rasanya nikmat. Tapi tidak dengan cengkraman selanjutnya yang Sasuke lakukan pada payudara kiriku. Sampai nafasku nyaris hilang untuk menahan rasa sakitnya. Aku menangis sekarang!
"Kau tidak berbicara?! Baik. Aku akan menghukummu." Itu Retoris. Tapi aku harus menjawab!
"Tidak –SASUKE?!" Cutter tajamnya teracung. Kukira akan mengiris tanganku, tapi dia mengarahkannya pada simpulan mematikan disana. Pada kakiku juga. Apa ia akan membebaskanku…?
"DIAM!"
Aku diam dan dia menamparku. Pikpiku. Meremas kembali dengan kekuatan yang sama; menghancurkan, pada payudara kananku. Ia mendorongku kuat untuk menuruni ranjang. Menyeretku dan kembali mengikatku pada sebuah pasak besar di tengah ruangan. Membuatku menungging.
"AAKHH!"
Umbai cambuknya menyakiti bokongku, punggungku, dan pahaku. Rasanya perih dan menyiksa. Aku menjerit. Dan semakin menggila pula lelaki ini. Pada cambukan ke 13, ia berbisik dan menjilat di kupingku. Aku masih mengisak. Mencoba mencari hatinya yang mungkin sudah lenyap.
"Baby, jangan membantahku." Aku megangguk. Rasanya mau mati! Dan permainannya belum dimulai sama sekali. Aku juga sudah tak bisa berfikir jernih lagi. Kepalaku akan pecah!
"Bagus. Sekarang, menungginglah dengan benar. Jika kau bersikap baik, aku tidak akan menggunakan sex toys apapun. Mengerti?" Sekali lagi, ya. Aku mengerti. Aku mengerti. Betapa kejamnya dunia; dan seorang Uchiha Sasuke berlaku. Sesuka hatinya, sekehendaknya. Bahkan ketika, sekali lagi, ia memukuli bokongku, rasanya tetap seperti bagaimana dunia yang sesungguhnya. Karena aku lemah dan akan selalu menjadi tanah; maka, siapapun, bahkan Sasuke, silahkan saja untuk berpijak. Maka kalian akan melayang dan meninggalkanku. Silahkan saja.
"Ohh.." Dua jarinya ada didalam tubuhku. Bergerak seperti gergaji dan siap untuk membelah vagianku. Sementara aku mendesah, Sasuke mulai meraba pinggangku dan menggigiti semua jalur kulitku yang dilewatinya. "Mmhh…" ia menarik kepalaku kearahnya, dibelakangku. Dan menciumku dengan keras. Menggigiti semua bibirku dan membasahi wajahku dengan liurnya. Ini… erotis. Terutama ketika ia menggigit pipiku meskipun rasanya sakit.
"AKH!" Sasuke mencubit klitorisku. Bukan nikmat, tapi sakit! Tangannya juga mulai meraba-raba di sepanjang paha dan celahku, bersama dengan kepala penisnya yang keras. Dengan pucuk merah muda yang lebar dan panjang melewati pusarnya, aku mengintip kecil untuk menyaksikan bagaimana ia mengusap benda keras itu. Bibirnya kembali menyambut ringisanku. Aku hanya membayangkan, bagaimana penis itu akan menembus vaginaku tanpa rasa nikmat sedikitpun. Pasti sakit!
"Bersiaplah, Baby.."
"AAKHHH! Hiks.." tanpa diduga, penisnya telah mebelah tubuhku. Ia masuk tanpa tanda apapun dan segera merobek vaginaku dengan kerasnya. Kali ini, aku benar-benar menangis. Rasa ngilu bukanlah sahabat untukku. Dan sasuke tertawa ketika tangisku semakin menjadi. Ia menarik rambutku sampai mendongak. Menggigiti pipiku yang lainnya sampai berdarah. Meraih payudaraku dan memainkannya seperti spons cuci piring. Ini menyakitkan! Ia terus memacu didalamku. Sambil sesekali menggigit dan menampar tubuhku. Setiap hentakannya akan mengandung 20% nikmat dan sakit di sisanya. Itu terlalu panjang.
"Hhh…"
Sasuke mendesah. Terus berpacu seperti orang gila. Tangannya kembali menghajar bokong dan payudaraku; mencubit serta meremas semua bagiannya. Kemudian Sasuke dengan sekenannya mencabut penisnya dan… dia menampar batang keras itu. Menyeringai dan mencari kembali cambuk kulit miliknya.
"Ini belum berakhir… Baby."
Ia meraih sebuah dasi hitam mengkilat dari arah lemarinya yang lalu; yang bentuknya besar dan terlihat sangat menakutkan. Karena aku menungging untuk menghadapnya. Dan menyaksikan bagaimana ketika bokong seksi Sasuke bergerak untuk menggodaku. Ia berbalik, kembali, dan menyeringai. Menarik kedua tanganku dari balik pasak besar yang kupeluk; dan mengikatnya dengan simpulan aneh. Rumit.
"Ingin mengatakan sesuatu?" Sasuke sedang tidak bergurau. Matanya masih tajam menembus netraku.
"Apa? Kau tampan?" Dan aku juga begitu. Karena suaraku masih serak dan sesenggukan. Sisa dari tangis bodohku beberapa saat lalu. Tapi yang terjadi, Sasuke malah tertawa. Dengan tampannya meskipun itu hanya segaris tipis yang manis. Aku tidak akan lagi membutuhkan gulagula kapas yang lengket ketika sedang berkeliling taman, karena jika ada Uchiha ini, dan dia tersenyum, itu sudah sangat cukup.
"Terima kasih. Sekarang, hisap aku, baby." Aku menjadi ragu ketika menyaksikan bagaimana tegang, besar, dan keras penisnya yang menjulang dihadapanku. Wajahku. Mesnyaksikan bagaimana bolanya, bulat sempurna mengetat saat dia mulai kembali mengusap batang penisnya. Yang basah bersama cairanku. Jelas sekali, dia baru saja mengunjungi vaginaku barusan. Dan dalam keraguan yang konyol, aku menatap wajahnya dengan mendongak. Tanpa rasa malu kembali melihat kejantanannya.
"Aku akan memukulmu, Haruno." Aku tersentak dengan suaranya yang berat dan gelap. Tanpa ragu, aku menjilat ujung bagian keras itu. Sasuke tidak bereaksi apapun dari ujung mataku. Matanya menutup dan mataku melebar. Rasa panas dan pekat. Menyembur mulutku dengan kuat.
Itu pelepasannya. Namun bukan akhirnya. Karena Sasuke berdiri dan segera menuju kebelakangku dengan benda-benda anehnya itu. Sampai aku merasakan sesuatu yang keras dan bulat memasuki bokongku, aku tahu bahwa ini bukan akhir.
"Ohh!" Tentu saja aku terkejut, sesuatu yang bergetar kuat telah memasuki vaginaku. Disertai dengan tamparan kuat pada pipi-pipi bokongku yang malang. Sampai aku melihat bintang dan lemas, Sasuke mencabut benda bergetar itu dan disusul dengan penis dan cambukan miliknya. Menuju pinggulku. Dan desah nafasnya, terus menggoda birahiku.
Dan ini belum selesai…
-0-
.
.
.
Lagi-lagi, aku terbangun dalam dekapan panas dari seorang Uchiha Sasuke. Tidak. Tapi dia menimpaku dalam posisi bersenggama. Penisnya masih dalam vaginaku dan ia tertidur dengan begitu lelap. Menghilangkan bekas iblis yang beberapa saat lalu mendominasi seluruh tubuhnya. Aku suka dan tersenyum. Memeluk kepalanya didadaku dengan erat. Sampai ia mengerang dan menggerutu. Sasuke kemudian bangun; mencari ponsel dan wekernya di nakas samping. Tidak ada. Jelas sekali ini bukan kamar tempatnya meletakkan kedua benda itu. Aku mengelus surai gelapnya. Ia mendesah.
"Apa aku... boleh berbicara?" Sasuke menatapku dengan terkejut (sedikit). Segera bangun karena tak kunjung menemukan kedua benda itu. Tapi sebelumnya, kami sama-sama mendesah saat saling berpisah. Ia nikmat dan aku perih. Rasanya seperti luka dengan air garam dan asam.
"Ngghh.."
"Kau tidak baik-baik saja." Aku mengangguk. Masih meringis. Pandanganku mulai memburam dan wajahnya benar-benar menghilang secara tiba-tiba. Dan gelap.
"Sial!"
Ketika aku terbangun karena rasa haus yang mulai menampar pipiku –sial! Ada perban disana! Dan Sasuke tak ditemukan dimanapun. Aku tak bisa bangun. Benar-benar seperti pecundang yang sedang jatuh sakit. Terutama selangkanganku. Bisa temukan paku bekarat didalam sana? Ini menjijikkan. Kukira klimaks Uchiha adalah magma yang sukar membeku.
CEKLEK pelan pada pintu terdenga bersamaan dengan seruan lembut dari seseorang yang masuk kedalam ruang berma –oh, ini kamar Uchiha. Wanita itu mengenakan jas dokter dan mungkin telah mengobatiku. Aku tersenyum bodoh; membalas apa yang ia lakukan padaku dengan lebih buruk dan lebih bodoh lagi.
"Haruno-san. Ingin kontrasepsi berupa pil, suntik, tanam, atau kondom?" aku merona. Mengabaikan betapa kakunya tubuhku untuk digerakkan seinchi saja. Beruntung, Sasuke masuk dan kurasa aku tak perlu menjawab.
"Pil saja. Aku benci kondom dan sesuatu yang tertanam divaginanya.." Tentu saja. Karena alat itu dipastikan akan menancap di ujung penisnya yang panjang itu. Dan membenci kondom..? Tak kusangka.
"Tentu. Kalian bisa datang ke tempat praktek-ku jika sudah merasa lebih baik dan.. sehat. Terutama untukmu, Haruno-san." Dokter muda ini kemudian berlalu dengan sopan dan menyisakan kesunyian diantara kami. Sasuke duduk jauh dariku, didekat sofa bawah jendela. Matanya terlihat kosong memandang rerumputan diluar sana. Dan aku menatapnya dengan nikmat disini. Memikirkan ulang betapa keras ototnya, betapa halus kulitnya, dan betapa… lezat dan panjang dan mengagumkannya penis seorang Uchiha Sasuke .
Sial! Pipiku memanas!
"Sasuke… Kau.. Sadistic?" Ia idak menoleh. Tapi menjawab dengan datar.
"Tidak."
"Lalu?"
Dan dia melihatku. Kembali menjadi seorang Uchiha Sasuke yang biasa. Dia menakjubkan bersama hembusan lembut dari angin luar yang menerobos. Menghadapku. "Sadismasochisme"
Oke. Aku tidak tahu itu, dan semoga saja bukan kecenderungan untuk menggigiti pantat hingga berdarah. Kalau iya, maka aku tidak akan segan untuk menggigit balik bokong seksinya.
"Apa?" Aku menggeleng.
"Haruno."
"Ya?"
"Tidurlah."
"Kau perhatian? Kau khawatir padaku? Ah manisnya~"
"…"
"… BAIK! Jangan pukul bokongku lagi!"
Pada akhirnya, ada bayangan hantu yang kemudian menghilang.. Tak pasti, bagaimana jalanku akan berlanjut dalam temaram kopi pahit dipagi hari, disudut kafe itu.
Kau menatapku?
Bagaimana dengan janji lusa itu?
.
.
.
-0-
TBC
Hai. Saya Reese baka. Bagaimana menurutmu dengan fanfic satu ini?
Sudahkah memuaskan?
Bagaimana dengan gaya penulisannya yang banting setir habis-habisan ini?
Atau jalan ceritanya…?
Alur..
Saya butuh pendapat kalian, heheuh :`/ Karena kalo jelek juga nggak bakal dilanjut.. Karena yang diotak saya, fic ini bakal berakhir panjang. Ha! Inspirasi BDSm-nya dari novel trilogy 50 shades of grey yang pengarangnya saya lupa karena Cuma baca sekilas.. yea! Fetish saya BDSM, btw. Dominan dan Sadismasochism. Sama kaya Sasu. Jangan lupa review, lho! Yang mampir kesini harus review! Saya mau nambah-nambahin AN nya biar wordnya pas 4K, ahahahahaha! #Tapikayaknyagakbisakarenaotaksayaudahbuntu:v Btw (lagi), Fic ini bakal dilanjutin seminggu sekali. Setuju?
Dan setiap sabtu siangnya, Kalo ada yang nunggu :'|
Oh! Atu lagi! YANG CEWEK MERAPAAAAT! HAHAHAHAHAHA#BOWW
(PS: Lemon di chap depan, mungkin akan terinspirasi dari pengalaman pribadinya si *piip*)
Buhbey!
_wifi-Slayer_