Closer
Disclaimer : Mashashi Kishimoto own everything, I owned nothing exept some OC character and this fict.
Warning : OOC, Typo and Miss Typo everywhere, under 17 please don't come closer, DLDR please
"Takdir memang sialan. Tapi, entah bagaimana caranya bahkan setelah ia menjungkir balikkan kehidupan seseorang dan mengutak atik perasaannya, banyak orang menilai takdir tidak seseialan kelihatannya. –Aphrodite girl 13"
Chapter One : Somebody that I used to know
New York, USA
Jam sebelas. Sakura menaikkan alisnya dan menggeleng pelan, menghisap pelan rokok yang terapit diantara kedua jemari lentiknya dan mengangkat satu jarinya kearah bar tender tampan bersurai coklat yang ia kenal.
"Lex, Tequila untukku." Pria bernama Alexander Russo itu mengangguk dan tersenyum menggoda kearanya,
"In a minute , Sakura." ia tersenyum padanya dan mengangguk, ia mengalihkan pandangannya kearah lantai dansa tempat Ino sedang melakukan kegiatan 'membakar kalorinya' dengan seorang pria bersurai ebony yang Sakura kenali sebagai salah satu pelukis yang di temuinya di venesia bulan kemarin. Ia menggeleng melihat kelakuan sahabat pirangnya itu yang masih belum berubah bahkan sejak mereka duduk di bangku tahun pertama di NYU.
"C'mon Sakura, kau tidak akan menghentak lantai dansa dan membakar kalori dalam tubuh mu itu? Lex, Martini untukku." Naruto sudah duduk di sebelahnya dan mengeluarkan pematik api dan rokok dari dalam kantung celana bahannya.
"aku sudah memiliki jadwal setiap minggu untuk membakar kaloriku. Yoga." Naruto memutar bola matanya dan menghisap rokoknya dan bergumam 'yang benar saja'
"Kau sudah bertemu dengannya?" Sakura menaikkan sebelah alisnya,
"Siapa?" Naruto menghisap rokoknya sekali lagi sebelum menghembuskan kembali asap nikotin dan menoleh kearah Sakura.
"Uchiha." Sakura menegak tequila nya dan memanggil bartender untuk memesan kembali gelas ke tiganya.
"Belum." Ujarnya, Sakura mengambil satu batang lagi rokok dari dalam tasnya.
"Well, berencana bertemu dengan mantan suami tampanmu itu?" Sakura memutar bola matanya, yang benar saja.
"dia sudah menikah dengan Hinata, ingat?" Naruto mengangguk,
"Akan bercerai sepertinya." Sakura nyaris tersedak tequila nya.
"Apa maksudmu?" Naruto menangakat kedua bahunya
"Okaa-san bilang kalau mereka bertengkar sering sekali, Daichi dan Daisuke harus di titipkan pada Mikoto-basan karena hal itu, kau tahu? Sasuke masih membiarkan istrinya berbicara lebih banyak dengan asisten dan sekertarisnya ketimbang dirinya." Sakura tidak heran dengan kalimat terakhir roommate nya itu. Bahkan, saat ia menikah dengan Sasuke alasan itu adalah pemicu utama banginya untuk melayangkan gugatan cerai kepada bungsu Uchiha itu, untungnya ia belum memiliki anak dengan pria itu.
"Ngomong-ngomong aku harus pulang dan menyeret pulang Ino sebelum dia berakhir di ranjang dengan si pelukis sialan itu." Sakura tertawa, ia membiarkan Naruto membayar minumannya dan mengikuti pria itu dari belakang,
"Ada rapat dengan klien?" Naruto mengangguk,
"Klien penting, ayahku bisa membunuhku kalau aku tidak bisa menangani tender gila ini. Aku harap kau tidak keberatan kalau ku tunjuk sebagai penanggung jawab lagi." Sakura tertawa,
"Dengan senang hati." Naruto tertawa keras sebelum menghampiri sepupu pirangnya itu dan mengajaknya untuk ikut dengan mereka, tapi seperti biasa Si pirang itu menolak mentah-mentah dan dengan sedikit argument diantara mereka, akhirnya hanya Sakura dan Naruto yang kembali ke penth house mereka.
New York di tengah malam memiliki keindahan tersendiri baginya, Sakura terpaku memandang keluar jedela mobil sport milik Naruto sementara pria itu menelfon seseorang untuk membawa mobilnya dan mobil Ino ke Penth house mereka, ia bilang Sakura dan Ino terlalu mabuk untuk mengemudi dan dia tak akan mengambil resiko terburuk apapun yang bisa membuat mereka terluka, oh ingatkan dia apa saja yang bisa di lakukan oleh putra Minato Namikaze ini.
"Naruto, kau dan Shion kembali berkencan?" Naruto menoleh dan mengangguk,
"Well, aku memiliki anak dengannya, menghabiskan akhir pekan dengan mereka dan sebanyak apapun wanita di kantor yang sudah berusaha ku kencani dan tidur denganku, tak ada yang sebaik Shion. Apa lagi yang kau harapkan?" Sakura meninju pelan lengan sahabatnya itu,
"Kalau begitu kau harus mencari rumah atau penth house lain untuk tinggal dengan mereka." Naruto menatap horror kearahnya,
"Kau tahu komitmen adalah hal yang paling menakutkan." Sakura memutar bola matanya dan memukul belakang kepala atasannya itu,
"Bodoh. Kau sudah memiliki anak dengannya apalagi yang kau tunggu untuk menikahinya?" Naruto memutar bola matanya,
"Well, kau terdengar seperti ibu dan adikku. Aku menafkahi Boruto dengan rutin dan memberikan dia pendidikan dan kehidupan yang layak selama enam tahun ini, Sakura. Aku ayah yang bertanggung jawab." Kalimat terakhir pria pirang itu membuatnya tertawa.
"Ingatkan aku untuk tidak membunuhmu saat kau tidur." Naruto tertawa dan mengacak surai merah jambunya.
"Kami akan menikah. Akan ku pastikan itu, Boruto mulai menuntutku untuk lebih sering menginap dirumah mereka." Sakura mengangguk
"Anak itu lebih cerdas dari ayahnya." Naruto tergelak dan mengangguk setuju, saat itu Naruto sudah memarkirkan mobilnya dan mereka sudah tiba di gedung apartement tempat mereka tinggal.
Sebenarnya bisa saja Sakura memilih untuk tinggal sendiri, gajinya sudah cukup untuk membeli apartementnya sendiri tapi, Ino dan Naruto enggan membiarkan ia tinggal sendiri setelah ia bercerai dengan Sasuke dan memintanya untuk tinggal dengan mereka. Pertama, Ino tidak tahan dengan kelakuan Naruto yang sering membawa perempuan berbeda-beda saat ia putus dengan Shion dua tahun yang lalu dan yang kedua ia tidak betah sendirian terlalu lama di apartementnya karena Naruto pasti akan lebih sering pergi untuk perjalanan bisnisnya dan jadilah, ia terjebak diantara dua manusia pirang ini. Lagi pula, ia membeli penth house ini secara patungan dengan kedua sahabatnya itu diawal tahun setelah mereka lulus dari NYU. Ia memang hanya tinggal selama dua tahun di penth house ini setelah lulus, ia menikah dengan Sasuke dan kembali ke Jepang, tapi dua tahun kemudian mereka bercerai dan Sakura memutuskan untuk kembali ke New York.
Sasuke menikah lagi dengan teman kuliahnya di Todai, Hyuga Hinata dan memiliki anak kembar dengan putri keluarga Hyuga itu dan setelah empat tahun mereka akan bercerai? Pria itu jelas-jelas kehilangan akal sehatnya. Sakura naik kekamarnya sementara Naruto masih duduk di bars stool dan sibuk dengan laptopnya, pakaian kantornya sudah ia ganti dengan kaus dan celana piama miliknya, segelas wisky ada disebelahnya sementara ia fokus menatap layar laptopnya.
"Aku tidur duluan, selamat malam." Naruto hanya bergumam sebagai balasan, Si pirang itu dan pekerjaannya, mengingatkan dia akan Sasuke yang mengunci diri berjam-jam diruang kerjanya. Sasuke ya, dalam hatinya ia bertanya-tanya sendiri seperti apa pria itu sekarang, apa memiliki dua orang putra membuatnya lebih dewasa? Tapi dari cerita Naruto malam ini, mantan suaminya itu sepertinya belum berubah banyak. Oh, ayolah hampir semua Uchiha seperti itu kan? Oke, Itachi dan Shizui adalah pengecualian. Mantan kaka ipar dan sepupu nya itu adalah dua Uchiha favoritenya.
Sakura terdiam diatas ranjangnya, memandang keatas langit langit kamarnya. Sasuke. Sosok yang hindari selama enam tahun belakangan ini, seseorang yang berhasil mencabik-cabik perasaannya sesaat setelah ia setuju untuk berpisah dan menandatangani surat gugatan cerainya, apa kabarnya dia? Bagaimana dia sekarang? Dalam hatinya ia ingin tertawa, Sasuke sudah berhasil memulai hidup barunya, memiliki istri yang sempurna dan dua orang anak laki-laki kembar, sementara ia masih disini, berusaha menolak hampir semua pria yang mengajak nya berkencan dengan sejuta alasan. Dia masih terjebak dengan masa lalunya sementara mantan suami sintingnya itu sedang dalam proses perceraian. Jangan membuatnya tertawa, Sasuke Uchiha, apakah karir, perusahaan, saham dan uangmu lebih berharga daripada keluarga yang kau miliki saat ini? Sakura menghela nafasnya, memasang earphone di telinganya sebelum menutup kedua kelopak matanya itu berusaha untuk tidur.
Kantor pengadilan Tokyo, Jepang
Ia menyusuri lorong bangunan berarsitektur barat itu dengan mantap, seorang wanita bersurai coklat yang tidak lain adalah kakak ipar dan kuasa hukumnya itu berjalan beriringan disampingnya. Ini yang kedua kalinya. Ia terlihat tidak gugup sama sekali jangan di tanya kenapa, bahkan saat Hinata melayangkan gugatan cerai kemeja kerjanya dua bulan yang lalu tanpa ragu ia menandatanganinya hari itu juga, ia tidak ragu jika harus menghadapi hakim kota itu sekali lagi untuk mengakhiri pernikahan bisnis ini dengan Hinata. Wanita itu bisa membawa kedua putranya dia bisa lakukan itu selama, mereka berdua akan menghabiskan waktunya di Amerika bersamanya untuk liburan musim panas.
Sasuke tak akan mencoba melawan atau mempertahankan Hak asuh anak, dia bukan bajingan yang tega merebut anak-anak dari ibu mereka lagi pula, ia tahu Hinata dalah satu-satunya orang yang mereka butuhkan.
"Aku tidak tahu apa yang ada difikiran mu, kau bahkan menandatangani surat perceraianmu dalam waktu satu hari? Kau butuh setidaknya enam bulan untuk menandatangani gugatan dari Sakura." Sasuke tak banyak berkomentar,
"Percayalah padaku aku sendiri juga terkejut." Ujarnya, Hana membuka pintu ruang pengadilan, Itachi dan keluarganya juga keluarga Hinata sudah ada disana. Ia duduk di kursinya tepat disebelah Hana, suara pintu di buka mengusik pendengarannya, wanita bersurai indigo itu masuk dengan Kiba –adik Hana- sebagai pengacaranya,
"Kami mohon berdiri, Hakin Hatake akan memasuki ruang sidang." Semuanya berdiri dari tempat duduknya saat Hatake Kakashi memasuki ruang sidang lalu duduk kembali saat hakim kota itu duduk di kursinya. Ia membaca berkas yang ada di mimbarnya sementara Sasuke duduk tenang di sebelah Hana, ia menghela nafas sekali dan melirik Hinata. Dia terlihat tenang, sangat tenang seolah-olah pernikahan yang berjalan selama lima tahun ini tak ada artinya sama sekali, bukan kah kau juga seperti itu Sasuke?
Kakashi berdeham dan memandang mereka berdua bergantian, lalu bersiap membacakan putusannya,
"Baiklah, berdasarkan hukum negara Jepang maka dengan ini aku menyatakan Sasuke Uchiha dan Hinata Hyuga resmi bercerai, dan berdasarkan hukum monarki negara Jepang hak asuh dari Daichi dan Daisuke Uchiha akan jatuh ketangan Hinata Hyuga, ibu kandung keduanya." Palu di ketuk tiga kali dan dengan itu Sasuke sadar ia dan Hinata sudah selesai sepenuhnya, Sasuke melepas cincin pernikahannya dan membuangnya tepat setelah mereka keluar dari gedung pengadilan.
Ia menghampiri Daichi dan Daisuke yang nyaris menangis, kedua putranya itu memeluk nya, Sasuke tersenyum pelan dan membalas pelukan mereka mencium puncak kepalanya satu persatu.
"Tou-san akan pergi ke New York?" Daichi membuka suara, Sasuke mengangguk
"Apa ini artinya Tou-san bukan ayah kami lagi?" Daisuke mencicit pelan, Sasuke menangkup wajah putranya yang benar-benar cetak biru darinya itu dan memandang kedalam irish onyx kembarnya.
"Apapun yang terjadi, aku adalah ayah kalian. Kita tidak tinggal bersama lagi, tapi kita bisa bertemu kapanpun kalian mau. Sampai bertemu saat liburan musim panas, Aku akan menjemput kalian di bandara untuk menghabiskan liburan bersama." Kedua putranya mengangguk, Sasuke berdiri dan memandang Hinata yang sudah tak mampu memandangnya
"Jaga mereka untukku. Katakan apapun yang mereka butuhkan dan aku akan memenuhinya sebaik yang aku bisa." Hinata hanya mengangguk
"Aku pergi dulu, pesawatku berangkat minggu depan kalau kau tidak keberatan aku akan menjemput mereka hari Jumat untuk menghabiskan akhir pekan terakhir bersama mereka." Hinata mengangguk
"Kau selalu di terima dirumah kami Sasuke, kau adalah ayah mereka." Sasuke mengangguk lalu berlalu, masuk kedalam mobil sport mewahnya dan mengemudikannya kembali ke penth housenya.
Ia hanya bisa menghela nafasnya mendapati ibunya sudah duduk dengan tenang diruang tamu penth house mewahnya. Mikoto tak banyak bicara, ia hanya mengikuti putranya kemanapun ia pergi. Ke dapur, ke kantornya bahkan saat ia tengah mengemas barang barang bawaannya.
"Kaa-san berhenti mengikutiku." Ia menghela nafasnya, menutup kasar koper kelimanya dan memandang ibunya yang duduk di atas ranjangnya.
"Apa ini yang kau sebut sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung jawab?" Mikoto membuka suaranya,
"Kaa-san…"
"Kau bahkan tidak berusaha mempertahankan rumah tanggamu, kau menandatangi surat gugatan itu dengan begitu cepat, kau bahkan tidak berusaha untuk mendapatkan hak asuh akan kedua putramu. Sasuke apa yang ada di fikiranmu sebetulnya?" Sasuke duduk terdiam dihadapan ibunya,
"Aku tidak pernah mencintai Hinata, oke? Aku menikah dengannya karena kaa-san memintaku, Daichi dan Daisuke lahir karena… karena kami fikir mereka bisa merubah sedikit situasi diantara kami tapi, faktanya itu tidak berhasil. Sama sekali. Aku akan berangkat Ke New York untuk menangani salah satu cabang disana, aku mohon jangan tekuk wajah kaa-san seperti itu." Mikoto hanya menghela nafasnya pasrah, ia berdiri dan keluar dari kamar putranya itu, mengambil mantelnya dan menggunakannya
"Sakura tinggal di New York. Satu penth house dengan Naruto dan Ino." Sasuke mematung di tempatnya,
"dia bekerja sebagai designer interior di perusahaan Naruto. Aku hanya berfikir kau ingin tahu tentang ini." Sasuke masih diam.
"aku pulang dulu." Sasuke mengantar ibunya sampai kepintu elevator dan setelah mengucapkan selamat jalan pintu elevator menutup.
"Sakura ya, berita baru yang cukup mengejutkan." Ia menghela nafasnya, ia menghempaskan tubuhnya kesofa dan menuang Wisky kedalam gelas Kristal dan menyesapnya, Well, kejutan apa yang akan dia temui di New York nanti?
New York, USA
Ia hampir jatuh terjerembab ke bawah saat wanita pirang itu masuk kedalam penth house mereka. Sakura terengah, jantungnya nyaris keluar dari rongga dadanya dan dia tak bisa menahan dirinya untuk tidak teriak histeris.
"God Damn it! Sakura ini aku!" Sakura memejamkan matanya saat suara Ino menyadarkannya
"Kau terlihat jauh lebih berantakan dan mengerikan daripada seharusnya." Ujar wanita merah jambu itu, ia sudah rapih dengan jump suit dan blazer putih miliknya.
"Kau sudah mau berangkat?" Sakura mengangguk, Ino menguap dan menenteng heelsnya lalu naik keatas
"Aku akan tidur dua jam sebelum berangkat ke boutique." Ujarnya, Sakura hanya menggeleng, tak habis fikir dengan sahabatnya yang tak pernah dewasa itu.
"Apa yang terjadi padanya?" Naruto menyusulnya, ia sudah rapih dengan setelan kantornya,
"kau tahu apa yang baru saja terjadi padanya. bacon?" Naruto mengangguk, ia berjalan kearah Coffee brewer dan membuat dua cangkir kopi untuk masing-masing dari mereka;
"Sakura, kau bisa gantikan aku untuk rapat siang ini?" Sakura menaikkan sebelah alisnya,
"ada apa?" Naruto menyesap kopinya,
"Boruto. Ini adalah hari pertamanya masuk sekolah, dia tidak mau diantar Shion. Aku harus mengantarnya kesekolah." Sakura nyaris tersedak kopi hazelnutnya sebelum ia tertawa terbahak bahak,
"Well, lihat siapa yang ada di depanku saat ini? Seroang playboy berdarah dingin seperti Naruto yang akan mengantar putranya ke sekolah dihari pertamanya?" Naruto ikut tertawa dan memutar bola matanya,
"Jika sedang bersama dengannya aku ayah yang bertanggung jawab, ayolah bantu aku. Aku akan bayar uang lemburmu dua kali lipat." Sakura menggeleng pelan masih tak percaya dengan hal yang ia dengar pagi itu.
"Baiklah-baiklah, pergilah." Naruto mencium pipi wanita merah jambu itu sebelum keluar dari apartementnya, Sakura mengambil map dan tas kantornya sebelum berangkat, ia meninggalkan sepiring bacon dan telur mata sapi diatas pantry agar Ino bisa memakannya sebelum ia berangkat bekerja.
Ia mengemudikan mobil Audi A3 merahnya kearah gedung kantor milik Naruto, gedung dimana ia bekerja. Ia berjalan langsung keruangannya dan mempersiapkan segala keperluan sebelum rapat sampai akhirnya ia dan asistennya masuk kedalam ruangan kaca yang berisi satu meja panjang dan dua puluh kursi yang hampir terisi penuh, sebuah proyektor tergantung di salah satu sisi ruangan.
Sakura memimpin rapat pagi ini, menggantikan tempat Naruto. Banyak yang bertanya kemana atasan mereka itu pagi ini dan Sakura hanya menjawabnya dengan 'dia ada urusan sebentar' dan sebagainya.
"Aku berterimakasih karena kalian sudah melakukan usaha terbaik untuk menyelesaikan proyek kita minggu lalu. Tapi, dengan sangat berat hati aku harus mengatakan kita tidak akan tidur dengan nyenyak untuk dua sampai tiga bulan kedepan. Naruto baru saja menandatangani kerja sama dengan seorang pengusaha kaya untuk mendesign interior dan eksterior rumah nya." Sakura membagikan lembaran kertas yang sudah disiapkan Naruto sebelumnya, ia bisa mendengar keluhan disana sini dari rekan kerjanya,
"Siapa klien kita?" Sakura meruntuki dirinya yang tidak membaca lembaran itu sebelumnya, dan saat ia membacanya ia mematung dengan sempurna. Sasuke Uchiha. Holy crap! Dari sekian banyak nama kenapa harus pria sialan ini yang akan menjadi klien selanjutnya.
"Sasuke…. Uchiha." Ujarnya, Seisi ruangan melihat aneh kearahnya, ia buru-buru menguasai dirinya sendiri dan kembali ke kenyataan.
"Well, proyek ini adalah mendesign interior dan eksterior dari rumah yang baru saja di beli oleh Mr. Uchiha. Kita punya waktu tiga bulan untuk melakukannya." Sakura bisa merasakan tangannya gemetar, ia kembali nyaris tak sadarkan diri saat melihat siapa nama penanggung jawab proyek ini,
"Dan aku akan bertanggung jawab penuh untuk membantu kalian dalam proses pengerjaannya." Seisi ruangan hening
"Well, hari ini cukup disini. Kalian bisa kembali bekerja, aku harus bertemu dengan Mr. Uchiha setelah ini." Bertemu. Tentu saja, Sasuke sudah membuat Appointment untuk bertemu dengan Naruto saat jam makan siang hari ini, tapi Naruto tak bisa hadir dan sebagai bawahannya dia harus turun tangan langsung. Dia akan membunuh pria pirang itu saat ia sampai ke penth house mereka malam ini.
Castellan restaurant, New York, USA
Ia masih belum berhenti untuk mengingatkan pada dirinya sendiri kalau ia harus professional, tapi tetap saja. Satu-satunya alasan baginya untuk pergi jauh dari Tokyo setelah perceraian keduanya adalah menghindari Sasuke dan sekarang, karena ke bodohan Naruto ia harus berada di satu ruangan dengannya. Sakura mematung saat mendapati seorang pria dewasa berusia awal tiga puluhan itu duduk dengan tenang di salah satu meja yang ia pesan di restaurant mahal ini. Dia belum berubah, hanya garis wajahnya yang menunjukka kedewasaan yang lebih dari sebelumnya. Jatungnya berdebar kecang dan kedua kakinya rasanya seperi jelly. Ia berjalan medekat dan jantungnya seolah akan melompat keluar sekali lagi ketika Sasuke mengangkat wajahnya dan memandang lurus kearah emeraldnya.
"Sakura…" Ia berdiri dari tempat duduknya, memandang penuh tanya kearahnya.
"Aku menggantikan Naruto, dia berhalangan untuk hadir." Sasuke mengangguk paham,
"duduklah." Ujarnya, Sakura duduk di mejanya, Sasuke memanggil seorang pelayan dan memesan makanan begitu juga dengan Sakura.
"Jadi, bisa aku tahu apa yang kau inginkan untuk interior rumahmu?" Sakura memberanikan dirinya untuk memandang sepasang onyx kembar itu.
"Kau tahu dengan baik Sakura, kau pernah menjadi Nyonya Uchiha selama dua tahun." Sakura terdiam, ada nada terluka dari suaranya.
"Kau sudah memiliki Nyonya Uchiha yang lain lengkap dengan dua orang putra Sasuke." Sasuke berdeham,
"Aku sudah resmi bercerai. Secara official aku seorang duda dengan dua orang anak." Sakura memutar bola matanya
"Apa yang kau inginkan untuk interior rumahmu?" Sasuke menghela nafasnya
"Sakura, aku tahu kita bertemu karena urusan pekerjaan. Tapi bisakah berhenti berpura-pura kalau kita tidak pernah melakukan apapun di masa lalu?" Sakura terdiam, meraih gelas berkaki panjangnya dan menyeruput wine nya.
"Memang begitu seharusnya, saat palu itu di ketuk tiga kali. Aku dan kau bukanlah siapa-siapa, kau tahu benar itu." ujar wanita merah jambu itu, Sasuke hanya menghela nafasnya pasrah.
"Hanya warna hitam dan putih, Untuk kamar utama. Rasi bintang dan warna biru dongker untuk kamar Daichi, warna Hijau dan ornament dinosaurus untuk Daisuke. Sisanya lakukan persis seperti rumah kita di Tokyo." Sakura memutar bola matanya
"Akan ku lakukan, itu saja?" Sasuke mengangguk, Sakura memotong steiknya dan menyantapnya
"fillet minon, middle rare. Aku benar kan?" Sakura nyaris tersedak steiknya. Sasuke masih ingat
"bagaimana bisa kau…" Sasuke tersenyum misterius,
"tujuh tahun berkencan dengan mu, dua tahun bertunangan dan dua tahun menikah denganmu, aku tidak bisa melupakannya dengan mudah." Sakura tersenyum getir,
"Dimana anak-anak mu? Hak asuhnya jatuh ketanganmu?" Sasuke menggeleng dan menyesap Winenya.
"Di Jepang, dengan ibu mereka." Sakura mengangguk paham,
"Aku perlu setidaknya tiga bulan untuk membuatnya." Sasuke mengangguk paham,
"Tidak apa-apa, gunakan waktu sebanyak yang kau bisa. Aku akan tinggal di apartement ku sampai rumah itu selesai."Sakura beranjak dari tempatnya duduk setelah mereka selesai makan siang.
"Terimakasih banyak, Sasuke. Sampai bertemu lagi." Sasuke menjabat tangan Sakura sebelum mereka berpisah di parkiran.
"Kau…. Hati-hati dalam mengemudi Sakura." Sakura tersenyum dan mengangguk, membuat hati mantan suaminya itu mencelos saat melihat senyumnya. Dia belum berubah. Mereka belum berubah sama sekali. Benarkan?
Sasuke masuk kedalam mobil sport mewahnya. well, mulai detik ini ia akan lebih sering bertemu dengan mantan istrinya itu kan? Entah ia siap atau tidak, entah dia menginginkan ini atau tidak, yang jelas saat ini takdir sedang bermain dengannya.
TBC. Well, chapter one clear. Gak tau kalian bakal suka atau enggak. Mudah mudahan kalian suka, jangan lupa review yaaa. Thanks.
Aphrodite girl 13