Seorang gadis kecil berumur 12 tahun berlari kearah anak laki laki yang memiliki rambut berwarna dan juga mata yang sama dengan gadis kecil tersebut.
"Neji-ni!" Serunya sambil terus berlari menuju anak laki laki tersebut. Anak yang bernama Neji itu pun menoleh pada gadis kecil tersebut dengan senyum tipisnya.
"Hinata" Gumam Neji.
Gadis kecil bernama Hinata tersebut mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum bicara pada kakak laki lakinya yang usianya hanya terpaut 3 tahun darinya tersebut.
"Minumlah" Neji menyodorkan botol yang berisi air mineral yang ia pegang pada adik perempuanya yang terlihat kecapekan sehabis berlari.
Mereka sengaja bertemu di taman bermain setelah pulang sekolah. Ini adalah kebiasaan mereka.
Hinata menerima botol air mineral tersebut dan dengan sekali teguk ia habiskan air itu. Neji terkekeh melihatnya.
"Terima kasih, Nii-san" Hinata tersenyum manis pada kakaknya tersebut. Neji mengelus kepala adik perempuannya dengan lembut. "Neji-nii,memang terbaik." Serunya riang."Aku ingin menjadi seperti nii-san suatu saat nanti. Diusia nii-san yang masih sangat muda,Neji-nii sudah mendapatkan beasiswa pergi ke Amerika. Aku juga mau" Sambungnya menggebu-gebu dan mata yang selalu mengagumi sang kakak.
"Jangan meniruku atau iri kepadaku,Hinata" Tegur Neji. Anak perempuan itu pun menatap tidak suka pada kakak laki lakinya seketika itu.
"Apa maksud Neji-nii?"
"Kau harus menjadi dirimu sendiri,kau tak boleh mengikuti orang lain." Neji melanjutkan."Bukankah kau juga punya impianmu sendiri? Kau ingin jadi seorang dokter bukan?". Hinata mengangguk membuat Neji tersenyum. Gadis polos, pikir Neji.
"Kalau begitu,raih lah impianmu itu. Aku ingin kau menjadi dokter yang baik,yang menolong siapa pun tanpa memandang status mereka. Dan kau tidak boleh menyakiti orang lain meskipun orang itu menyakitimu, kau mengerti Hinata?" Nasehat Neji.
Hinata mengangguk mengerti."Aku mengerti Nii-san,Aku akan menjadi dokter yang banyak menyelamatkan orang nanti. Dan jika Neji-nii sakit, aku akan mengobati Nii-san dan itu gratis tentunya." Tuturnya polos.
"Kalau begitu,kau akan rugi nanti" Gurau Neji. Mereka pun tertawa bersama tanpa beban.
Brukkkkkk!
Suasana menyenangkan diantara keduanya tiba tiba terusik oleh suara seseorang yang nampak terjatuh yang tak jauh dari mereka berada.
Hinata dan Neji pun menoleh kearah tersebut.
"Aduh...sakit..." Rintih seorang anak kecil berambut blonde yang terjatuh sambil memengang lututnya yang terluka.
Hinata menghampiri anak lelaki tersebut tanpa ragu. "Kau tidak apa apa?" Tanya Hinata.
Anak kecil bermata biru tersbut mendongak menatap Hinata yang berdiri didepannya. Mata birunya sedikit berkaca kaca karna menahan sakit dilututnya yang sedikit mengeluarkan darah.
"Kau tak lihat, lututku terluka" Kata anak laki laki bermata biru tersebut ketus.
Hinata menyamakan posisinya dengan anak lelaki tersebut. "Aku tau itu, dan aku akan mengobatimu" Balasnya lembut.
Hinata membuka tas yang ia gendong dipunggungnya untuk mengambil kotak obat yang selalu ia bawa. Dengan cekatan dan hati hati, Hinata mengobati luka dilutut bocah tersebut. Neji diseberang sana hanya menonton saja dan sesekali terkekeh melibat anak kecil itu yang menahan sakit.
"Sudah selesai" Ujar Hinata kecil.
"T-terima kasih. Lukaku sedikit membaik sekarang, tidak seperti tadi" Anak lelaki itu terlihat senang dan mulai berdiri dari posisinya. "Kau gadis yang baik dan juga manis. Aku menyukaimu dattebayou" Serunya dengan cengir khasnya. Hinata kecil tersipu malu dan tak bisa berkata apapun dengan ucapan bocah polos tersebut.
Dan bersamaan dengan itu, sebuah cahaya putih bersinar terang, membuat semuanya nampak tak jelas dan detik itu juga, dua orang ditempat yang berbeda terbangun dari mimpi mereka.
•
•
•
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Sasuke, Sakura
Warn : Typo's, Gaje, OOC, Eyd berantakan dll.
•
"Last Chapters"
•
- Happy Reading -
•
•
•
Rumah sakit konoha, Tokyo - Jepang.
"Bagaimana keadaan Naruto, Ino?" Saat ini Sasuke dan Sakura berada diruang kerja Ino untuk menanyakan keadaan rekannya tersebut setelah diberi kabar bahwa Naruto sudah sadar dari komanya.
Ino menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan dari atasannya tersebut. "Keadaan kapten sekarang sedikit membaik. Tapi ia masih perlu di awasi dan dikontrol setiap hari. aku akan memeriksanya lagi nanti".
Sakura terlihat sedikit lega mendengarnya begitu pun dengan Sasuke. Keduanya saling berpandangan dan tersenyum. Ino memicingkan mata dan menatap keduanya curiga.
"Hei, Jidat. Wajahmu terlihat berseri, apa terjadi sesuatu yang tak ku ketahui?" Selidik Ino.
"Kau ini bicara apa sih, Pig." Sakura mencoba mengelak dan tersenyum kikuk. "Tidak terjadi apapun, iya kan Sasuke-kun? " Sasuke terkekeh mendengarnya. Sakura segera menutup mulutnya setelah tahu ia salah bicara dengan memanggil Sasuke dengan shuffix kun didepan Ino.
"Sasuke-kun?" Dahi dokter kepolisian ANBU itu pun mengerut.
"Ah.. Ino aku lupa, Aku harus melihat keadaan Sasori-nii dulu" Sakura pun berdiri dengan menarik Sasuke agar ikut berdiri. " Ayo kita pergi. " Mereka pun pergi meninggalkan Ino yang masih curiga pada keduanya. "Bye.. Ino-pig. aku akan menceritakannya nanti" Seru Sakura sebelum benar benar menghilang.
"Dasar Sakura" Umpat Ino. Dokter kepolisian yang cantik itu pun kemudian tersenyum tulus. "Aku harap kau dan Sasuke-san bahagia, Sakura".
.
•••••
.
.
Matsuri dengan perut yang sudah terlihat membesar berdiri didepan jendela apartemennya dengan pandangan kosong menatap langit senja. sesekali ia menghela nafas dan menggumamkan nama kekasihnya yang belum ada kabarnya sejak tiga hari kepergianya untuk membantu Sakura. Matsuri menunduk dan mengelus perutnya dengan lembut. didalam sana ada anaknya, buah hatinya dengan Gaara.
"Gaara-kun,kami merindukanmu". Air mata menetes saat kalimat rindu tersebut terucap oleh bibirnya.
Ting Tong!...
Suara bel mengintrupsi keheningan diapartemen Matsuri yang sunyi. Matsuri berjalan menuju pintu depan untuk mengecek siapa tamu yang berkunjung disore hari.
Ceklek!
Saat pintu terbuka, didepannya saat ini berdiri seseorang yang sudah lama tak bertemu dengannya setelah apa yang terjadi diantara keduanya dan juga Gaara beberapa tahun silam.
"Hai... Matsuri." Sapa tamu tersebut.
•
•
•
Rumah sakit konoha, Tokyo - Jepang.
Sasori nampak sudah terlihat sehat dari terakhir kali Sasuke menjenguknya. Pria yang sebentar lagi menjadi kakak iparnya itu terlihat duduk santai diranjang inapnya.
"Dimana adik perempuanku?" Tanya Sasori saat tak melihat Sakura bersama Sasuke saat ini.
"Dia ada urusan sebentar setelah tadi bertemu dengan Kakashi-san" Dahi Sasori mengerut tajam.
"Pimpinan datang ke jepang? kesini? dirumah sakit ini?" Sasori tak percaya dengan kedatangan pimpinan FBI tersebut.
"Hn, Begitulah" Sahut Sasuke acuh. "Aku datang kesini bukan untuk membicarakan pimpinanmu itu". Sambung Sasuke.
"Lalu?"
"Aku ingin meminta ijinmu untuk menikahi adikmu. Haruno Sakura" Ucap Sasuke tegas.
Sasori sedikit terkejut dan mendengus. "Apa adikku menerima lamaranmu?"
Sasuke mengangguk.
"Kalau begitu anggap saja kau sudah mendapatkan ijin dariku, Karna aku tak mungkin tak merestui kalian. Jika itu terjadi Sakura dan kakakmu Itachi akan menghajarku nanti". Sasuke menatap tak mengerti dan Sasori tau arti tatapan Sasuke.
"Itachi sudah tau selama ini tentang Sakura, dan aku yang melarangnya untuk tidak memberitaumu tentang Sakura." Lanjut Sasori.
"Hn, sudah ku duga."
Suasana hening sejenak. mereka saling diam hingga akhirnya Sasori kembali bertanya tentang kedatangan Kakashi kejepang.
"Dia datang kesini untuk membawa Gaara." Jawab Sasuke pada akhirnya.
[ FlashBack...]
"Jadi kau akan membawa Gaara ke Amerika bersamamu?" Tanya Sakura tak percaya.
"Ya, begitulah. itu untuk kebaikan Gaara. Disana alat medisnya lebih memadahi dan canggih. Gaara bisa sembuh jika dirawat disana nanti." Ujar Kakashi.
"Hn, Aku setuju itu. Rumah sakit amerika sangat terjamin. Tapi dengan keadaan Gaara saat ini apa itu memungkinkan untuk pergi?" Sasuke menimpal. Sakura mengangguk menyetujui perkataan Sasuke.
"Jangan khawatir. Aku sudah membicarakan ini dengan dokter yang menangani Gaara. Dan beliau setuju." Kata Kakashi.
"Lalu, bagaimana dengan Matsuri? dia sedang mengandung anak Gaara saat ini" Ujar Sakura.
Kakashi nampak berpikir, "Aku tidak bisa membawanya. Wanita hamil dilarang berpergian jauh bukan?" Sakura mengangguk mengerti, lagi pula ia ingat pesan Gaara waktu itu. Tetapi ia tak bisa menjamin bisa menepatinya.
"Boleh aku meminta sesuatu darimu, Pimpinan?" Tanya Sakura menatap memohon pada Kakashi. Pria bermasker itupun mengangguk setuju.
[ Flashback End... ]
"Sakura?" Matsuri nampak terkejut dengan kedatangan mantan kekasih Gaara itu."Silahkan masuk" Wanita hamil tua itu pun mempersilahkan Sakura masuk dan duduk. "Kau ingin minum apa? " Tawarnya basa basi.
Sakura menolak halus.
Sebenarnya ada sedikit kecanggungan pada diri Matsuri pada Sakura, ia masih merasa bersalah karena bagaimana pun juga dia dan Gaara pernah saling mencintai. Tapi jika Sakura sampai datang menemuinya itu berarti ada hal sangat penting dan firasatnya mengatakan bahwa ini ada hubungannya dengan Gaara.
"Tidak perlu, Kedatanganku kesini hanya untuk menyampaikan sesuatu" Tolak Sakura halus.
"Apa ini ada hubungannya dengan Gaara yang tak kunjung pulang?" Tebak Matsuri.
"Ya." Seketika itu detak jantung Matsuri berdetak cepat, rasa gelisahnya selama Gaara tak jua kembali semakin membuatnya gelisah. Sakura pun melanjutkan. "Gaara, dalam keadaan kritis dan akan dibawa ke Amerika, Matsuri".
Kedua mata calon ibu muda itu pun melebar seketika mendengarnya. "K-kritis kau bilang?" Matsuri memastikan. Sakura mengangguk yakin.
Air mata perlahan turun membasahi kedua pipi Matsuri, bibirnya bergetar dan sebelah tangannya menyentuh perutnya yang besar. "G-Gaara... Gaara-kun.. ".
Sakura melangkahkan kakinya mendekati wanita hamil yang terlihat rapuh tersebut. Ia menyentuh bahu Matsuri yang bergetar. Sakura mulai menyampaikan pesan Gaara untuknya. Matsuri mendengarkan dengan seksama.
"Gaara... "
Apartemen Kapten Uchiha, Tokyo - Jepang.
Kau, sudah pulang?" Tanya Sasuke saat ia tengah melihat Sakura yang duduk disofa apartemennya.
Wanita bersurai soft pink itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Dari wajahnya Sasuke tau, bahwa kekasihnya ini tengah dilanda kesedihan dan Sasuke tau penyebabnya.
Sasuke berjalan menuju wanitanya berada dan duduk disamping Sakura. Sebelah tangan Sasuke bergerak membelai lembut kepala Sakura dan mengarahkannya kedadanya agar bersandar. Siapa tau dengan begitu sedikit mengurangi beban Sakura, pikir Sasuke.
"Tenang saja, semua akan baik baik saja." Ujar Sasuke seraya mengecup lembut puncak kepala Sakura.
"Apa keputusanku benar, Sasuke-kun? "Sakura memperdalam sandaranya pada dada kekasihnya itu.
"Hn"
"Aku harap, Matsuri mau menunggu Gaara kembali untuknya dan juga anak mereka".
"Hn,Lagi pula bukankah kau sudah mendapatkan nomer telphone rumah sakit Gaara yang ada di Amerika?"
"Tentu saja, Aku sengaja memintanya untuk Matsuri. Setidaknya ia bisa mendapatkan informasi tentang Gaara di Amerika, dengan bantuan Kakashi akan jauh lebih mudah tentunya. Hanya itu yang mampu aku lakukan untuk mereka,Sasuke-kun".
•
•
•
•
•
4 bulan kemudian
•
•
Tap... Tap... Tap...
Suara derap langkah sepatu menggema dilorong yang terlihat sepi. Seorang pria berpakaian formal berjalan tegap menuju sebuah ruangan. Dari arah berlawanan terlihat seorang petugas rehabilitasi menuju kearahnya.
"Selamat siang, Kapten Uzumaki" Sapa petugas tersebut ramah pada pria berpakaian rapi itu.
Naruto pun tersenyum ramah dan membalas sapaan petugas tersebut. "Selamat siang, Izumo".
"Apa kedatang anda kali ini hanya untuk menanyakan keadaanya saja atau...?"
"Tidak, kali ini aku datang untuk menemuinya secara langsung." Potong Naruto.
"Aku mengerti, kalau begitu anda tinggal belok kekiri ,disitu ruangan pasien".
"Ya. Terima kasih" Naruto pun melanjutkan langkahnya lagi dan kini ada sedikit keraguan saat kakinya mulai dekat dengan ruangan yang ia tuju."Kau pasti bisa,Naruto. Jangan gugup, Sasuke saja yang hari ini menikah biasa saja. kenapa kau yang hanya menjenguknya saja segugup ini" Gumamnya pada dirinya sendiri.
Ada satu petugas yang menjaga pintu ruangan tersebut. Petugas pun membukakan pintu tersebut saat Naruto mengisyaratkan petugas itu untuk membukakanya.
Krekk...
Pintu pun terbuka,didalam sana terlihat seorang wanita duduk termenung sambil menatap keluar jendela. Pandangan matanya sendu seakan beban dunia ada dipundaknya saat ini. Naruto berjalan mendekati wanita itu.
"Hinata, Apa kabar?"
Wanita berpakaian putih itu pun tersadar akan lamunanya saat namanya disebut oleh seseorang yang suaranya sangat familiar baginya. Dengan perlahan ia pun menoleh, kedua bola matanya nampak terkejut saat melihat pria didepannya. Bibirnya bergetar saat menyebut nama pria tersebut.
"N-Naruto...-kun?"
Pria itu pun tersenyum hangat pada Hinata. Seakan senyum hangat pria itu mampu menghilangkan beban berat dipundaknya saat ini.
•
•
Shinwa Rich Garden, Tokyo - Jepang.
Hari ini, Sakura nampak cantik dengan gaun pengantin putihnya. Tangannya nampak sedikit gemetar saat merangkul lengan kakaknya untuk menuju altar pernikahan. Sasori dapat merasakannya. Adik dan keluarga satu satunya ini pasti sangatlah gugup. Tak disangka ia akan ditinggalkan Sakura setelah ini. Nama marga adiknya pun nantinya akan berganti Uchiha,tak lagi memakai marga Haruno sepertinya. Untuk berberapa detik Sasori menatap sendu adiknya,namun segera ia ganti tatapan itu dengan tatapan kebahagian.
"Kau gugup, Imotou-chan?" Sakura mengangguk."Itu wajar, tenanglah. disini bukan hanya kau yang gugup,aku Sasuke dan teman dekatmu pun juga terlihat gugup" Sasori menyunggingkan senyumnya.
Sakura melihat kesekeliling, Sasori benar. Mereka sepertinya juga nampak gugup apalagi calon suaminya, kapten Uchiha Sasuke. Pria berpakaian tuxedo putih itu sangat jelas terlihat gugup,berbeda saat pagi tadi
,saat pria Uchiha itu bertemu dengan Naruto.
Dengan perlahan dan anggun, Sakura yang didampingi Sasori berjalan menuju kearah Sasuke yang sudah menantinya.
Pria Uchiha itu meraih tangan calon istrinya saat Sasori menyerahkan adiknya pada pria itu.
Kedua mempelai kini berdiri berdampingan diatas altar pernikahan,sejenak Sakura melirik calon suaminya yang terlihat sangat tampan itu, dan itu disadari oleh Sasuke. Senyum tipis melengkung dibibir pria itu.
Didepan mereka sudah berdiri seseorang yang siap menikahkan mereka.
Dan, Sumpah Janji pernikahan pun terucap oleh kedua mempelai.
"Uchiha Sasuke, Uchiha Sakura"
•
Fin
•
Terima kasih readers, Semoga kalian bahagia dan sehat selalu. maaf terlalu lama menunggu dan berakhir dengan gajenya ff police story ini.
SasuSaku sengaja ku nikahkan dihari dimana ku lahir .
trusss,Author kapan nikahnya? *Jlebbb*
golok mana golok
Sankyu minna-san
17.07.17
With love
juliacherry07