Brakkkk

Seorang gadis dengan helaian merah muda sebatas pundak membuka paksa pintu bercat putih itu dengan kasar tanpa permisi, lalu dengan hebohnya ia melangkah masuk dan berteriak.

"Kyaaaaaaa... Nii-chan, bagaimana ini... hiks"

Ia menghambur memeluk Pemuda tampan berhelai merah yang terlihat baby face diusianya yang menginjak 30 tahunan itu. Wajah sang pemuda yang dipanggil Nii-chan itu berubah memerah, perempatan siku banyak tercetak di pelipisnya. Karena sang gadis bak musim semi itu mengganggu aktifitasnya.

Pletak

Satu jitakan melayang di kepala sang gadis. Membuatnya meringis kesakitan.

"Ouch"

"Kecilkan suaramu. Kau mengganggu pasienku Sakura!" Pemuda baby face itu menatap tajam sang gadis.

Sakura seakan tak peduli jika Kakaknya memarahinya, ia semakin kencang memeluknya, dan menangis sejadi-jadinya.

"Nii-chan... hiks, berat badanku naik lagi.. huwaaaa, aku tidak bisa menikah kalau tubuhku gemuk begini, hiks"

"Kenapa?"

"Jelaskan... mana ada pemuda yang mau dengan wanita gemuk dan jelek sepertiku, hiks" Ucapnya lirih.

Sasori memijit keningnya pelan, ia sangat tau kebiasaan adiknya ini, yang selalu gelisah jika menyangkut masalah berat badan.

"Ck, cinta yang tulus bukan dilihat dr fisik Sakura, cinta yang tulus itu dari sini" Ujarnya penuh percaya diri seraya menunjuk dadanya sendiri.

"Apakah ada pria yang melihat kecantikan dari hati?" tanyanya seakan tak mempercayai perkataan kakaknya.

"Tentu saja, tapi bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami" Jawabnya santai seraya mengedikkan bahunya.

Sakura menyipitkan matanya, lalu menggembungkan pipinya,"sepertinya Nii-chan tipe pria yang melihat dari fisik?" Ujarnya sarkastik

"Hmmm, mungkin" Jawab Sasori santai. Berusaha menggoda adiknya.

"Cih, pantas sampai saat ini kau belum menikah, kau terlalu pemilih Nii-chan"

CTAK

Wajah Sasori berubah horor ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut adiknya itu. Hei, apakah kau tau kakakmu belum menikah sampai saat ini karena ia ingin menjagamu sampai kau menemukan pasangan hidupmu.

Tapi mungkin karena wajahnya yang terlalu manis banyak wanita yang malah berbalik membencinya, karena merasa kalah cantik dengannya, adiknya tak tau jika sang kakak terbebani dengan wajahnya yang mirip wanita itu. Setiap hari ia harus menerima pengakuan cinta dari sesama jenis, andaikan adiknya tau betapa tersikaanya dirinya memiliki wajah yang cantik.

"Kau... KELUAR DARI RUANGANKU SEKARANG,BAKA IMOUTO!"

Habis sudah kesabaran Sasori, ia menyeret paksa sang adik keluar dari ruangan prakteknya. Dan menutup pintu kasar.

BLAM

"Ck, menyebalkan" Sakura berdecak kesal dan langsung melenggang pergi.

'Kapan aku menemukan pemuda yang benar-benar mencintaiku tanpa melihat penampilan fisikku? Ahh~ memikirkan masalah ini membuatku frustasi' gumamnya. Sakura melangkah gontai disepanjang lorong rumah Sakit Konoha.

Karena wajahnya yang tertunduk di sepanjang langkahnya, ia tak melihat seorang pemuda dengan rambut raven panjang sebatas punggung diikat satu itu memperhatikannya. Senyuman manis nan menggoda dari paras wajahnya yang tampan itu tertuju padanya, Onyx nya yang teduh menatap lembut dirinya yang penuh akan gumpalan daging.

"Haruno Sakura kah?" Gumamnya pelan seraya menatap punggung sang gadis bak musim semi itu sampai tak terlihat lagi.

.

.

.

Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto

Author : Hani Yuya

Judul : My Obsession

Rate : M(for save)

Pairing : ItaSaku slight SasuSaku.

Gendere : Au,Ooc,Romance,Hurt/Confort.

Chap 1- Hati yang terluka.

.

.

.

#Sakura POV ON #

Matahari terik menyinari tubuhku yang penuh akan lemak ini, kulihat jam yang tertengger di tangan kananku sepintas.

"Pantas, sudah jam 11 rupanya, haaa ~"

Aku menghela nafas frustasi, bagaimana tidak... aku harus menempuh ilmu ke Universitas Konoha di bawah teriknya matahari yang seakan membakar kulitku sampai menghitam.

Musim panas adalah musim yang paling kubenci, suhu saat ini mungkin bisa lebih dari 40 derajat. Membawa tubuhku yang penuh akan gumpalan lemak dan daging saja sudah membuatku lelah, apalagi harus berjalan dibawah teriknya ~ sampai di tempat tujuan meski telat saja sudah bagus, daripada aku memutuskan untuk berbalik pulang kerumah.

Hehe, Itulah kebiasaanku akhir-akhir ini. Karena berat badanku kini terus bertambah sepanjang waktu, melebihi obisitas wanita normal pada umumnya. Aku merutuki diriku sendiri yang setiap malam selalu tergiur dengan makanan lezat yang dibawa kakakku saat pulang dari tempat kerjanya.

Sehingga kini tubuhku semakin melar kesamping, akibatnya melangkahpun sulit dan cepat sekali lelah, itu semua membuatku malas melangkahkan kakiku ke luar rumah dan lebih memilih menghabisi waktu luangku dirumah.

Haa~ kalau saja aku tidak jatuh cinta pada teman satu angkatanku di Universitas, aku bahkan enggan pergi kuliah, meski sahabat baikku Yamanaka Ino selalu menceramahiku, karena terlalu sering membolos.

Hei aku lupa memperkenalkan diriku, namaku Haruno Sakura, mahasiswi tingkat 4 jurusan seni di Universitas Konoha, aku tinggal berdua saja dengan Kakakku Haruno Sasori, dia salah satu dokter praktek di Konoha Hospital.

Semenjak orangtua kami meninggal lima tahun lalu dia yang membiayai seluruh keperluanku. Usia kami pun lumayan terpaut jauh 10 tahun. Tapi lihat, wajahnya yang awet muda membuatku kesal, ck! Aku sering disangka kakaknya jika bertegur sapa dengan pasiennya di rumah sakit. Kenapa aku sama sekali tak mirip dengan kakakku yang cantik, kami-sama kenapa kau pilih kasih, kau malah memberikan wajah cantik pada kakakku yang notabene seorang pria. Sedangkan aku, lihat bintik jerawat kini mulai memenuhi wajahku yang chubby.

Aaarrghhhh... ingin rasanya aku berteriak di pinggir tebing. Betapa malangnya diriku, selama aku dilahirkan sampai saat ini belum pernah merasakan cinta sejati. Mungkin karena aku gemuk dan jelek, tidak ada satupun pria yang tertarik ... itulah yang aku pikirkan sampai saat ini.

"KYAAAA... Sasuke -senpai"

"Aishiteru Sasuke- kun"

Eh sudah sampai kampus? Sejak tadi aku berjalan sambil melamun, tiba-tiba sudah sampai ya. Memang jarak antara kampusku dengan Rumah Sakit tempat kakakku bekerja tak jauh, hanya puluhan meter saja. Kalau berjalan kaki kira-kira 30 menit. Sehingga aku sering mondar-mandir menemuinya.

Keringat bercucuran memenuhi wajahku. Kulihat semua wanita berkumpul membuat satu lingkakan mengelilingi lapangan basket yang terletak di tengah-tengah gedung.

Aku menyelinap masuk diantara kerumunan banyak orang, alhasil banyak orang yang terdorong atas ulahku. Sampai-sampai aku kena damprat marah semuanya.

"Jangan dorong-dorong, dasar gendut!"

"Maaf, maaf"

Hatiku bagai tercabik-cabik, mendengar kata 'Gendut' mampu membuat hatiku nyeri. Ya, itu kata terlarang untukku. Meski kenyataannya aku memang bertubuh gemuk.

Manik emeraldku langsung berbinar-binar ketika melihat pemuda dengan helaian raven yang mencuat kebelakang sedang bertanding basket dengan teman-temannya.

Tampan dan... errr ~ sexi, aku sampai meneguk ludahku sendiri ketika melihat ia menyeka peluh yang membasahi wajahnya yang tampan dengan kaosnya sendiri, hingga terlihat jelas bentuk tubuhnya yang sixpak.

Ahh, pikiran kotor kini menghantui benakku, aku sampai membayangkan tubuh polos nya di atas ranjang. Dadanya yang bidang, perutnya yang sixpak dengan urat-urat ototnya yang indah.

Hehehe... tanpa sadar aku tertawa sendiri dan mengibas- ngibaskan tangan kedepan. Tanpa kusadari sebuah bola mengarah ke arahku...

"Awaaaasssss... "

"Eh? Kyaa"

Aku berteriak, sepertinya tak sempat menghindar. Aku menutup mataku pasrah.

Bruukkkk

Eh? Tidak sakit? Aku mulai membuka mataku perlahan. Manik emeraldku membulat, ketika melihat seorang pemuda dengan helaian raven panjang sepunggung yang diikat satu berdiri tegak di depanku. Menghalangi laju bola yang akan mengenaiku,dengan punggungnya.

Aku mengerjapkan mataku berulang kali "tampan" sebuah pujian terlontar begitu saja dari bibirku.

"Kau tidak apa-apa?"

Ahhh, suaranya juga merdu. Aku tak merespon pertanyaannya, karena sibuk memperhatikan wajahnya.

Kulihat ia terkekeh pelan, Puk. Ia mengelus pucuk helaian merah mudaku.

"Baguslah kalau kau tak apa-apa, aku permisi dulu"

Pemuda itu segera pergi dari hadapanku setelah selesai berucap. Aku masih tak bergeming dari tempatku, blusshhh, wajahku memerah, jantungku berdetak dengan cepat.

Ahh, pertama kali diperlakukan baik oleh seorang pria, terlebih lagi dia tampan. Entah mengapa perasaan hangat menjalar di hatiku. Satu kesimpulanku tentang dirinya, meski baru pertama kali bertemu dengannya, dia pemuda yang baik.

Pletak

"Ouch?"

Sebuah jitakan cukup kencang membuatku tersadar dari lamunanku.

"Ck, jam pertama sudah hampir dimulai, forehead, ayo cepat... apa untungnya sich selalu menonton pemuda dingin itu?"

Seorang gadis dengan helaian kuning blonde berdiri berkacak pinggang di belakangku. Manik shappirenya menatap tak suka sosok pemuda yang memiliki helaian raven mencuat kebelakang yang sedang bermain basket itu.

"Kau tidak tau pesonanya pig" balasku sedikit kesal.

"Hmm, aku tak tertarik dengan pemuda yang berlidah tajam seperti dia, sikapnya dingin dan tak bersahabat. Kusarankan padamu, lupakanlah dia forehead, cari pemuda yang lebih baik daripada dia. Atau kau akan sakit hati, jika dia sudah mengeluarkan ucapan mematikan padamu suatu hari nanti!" Ino menatap intens kedua manik emeraldku.

"Karena itu aku cukup menyukainya dalam diam pig. Tak berani mengambil resiko, mendekatinya lebih jauh lagi. Karena aku tau dia tak akan pernah mengakui keberadaanku" Ucapku lirih.

Kutatap lekat pemuda raven yang menarik perhatianku selama 2 tahun belakangan ini. Hei... andai kau tau Sasuke-kun, aku selalu memperhatikanmu dari kejauhan. Tak berani mendekat meski hanya selangkah, karena aku tau kau tak akan mau menengok kearahku, meski hanya sepintas.

"Ck, dasar keras kepala, ayo ke kelas"

"Kyaaa, pelan-pelan pig aku bisa jatuh"

Ino menarikku menjauhi kerumunan orang, menjauhi Sasuke yang masih bermain bola basket di tengah teriknya matahari yang semakin terang berdiri tegak di atas kepala.

Namun sepertinya tidak mengusik semua perhatian para wanita yang setia bersorak meneriaki pemuda pujaannya. Yang terkenal dengan sebutan pangeran es, Uchiha Sasuke.

.

.

.

.

"Kyaa, aku telat!"

Hosh... Hosh...Hosh...

Aku berlari memasuki gerbang Universitas, langkahku semakin kencang saat memasuki gedung.

Bruuukkk

Tepat saat memasuki gedung aku bertabrakan dengan seseorang, yang kuyakini tubuhnya terhempas jatuh dan tersungkur di lantai. Tak beda jauh denganku yang juga terjatuh, namun keadannya lebih parah dibandingkan diriku.

Mungkin karena tubuhku yang gemuk menghempaskan tubuhnya jauh terpental di depanku. Aku segera menghampiri orang itu, berencana ingin membantunya, sepertinya kepalanya terbentuk tembok di belakangnya dan kurasa itu cukup menyakitkan.

Ia merintih kesakitan, kulangkahkan kakiku mendekatinya, wajahnya yang terhalang oleh tudung sweater yang digunakannya membuatku tak mengenali wajahnya yang sedang tertunduk itu.

"Ma -maaf, aku tak sengaja... biar kubantu"

Aku mengulurkan tanganku tepat di depannya. Namun ia tak merespon. Pemuda itu lebih memilih berdiri sendiri dan mengehempaskan tanganku kasar.

Deg

Manik emeraldku membulat sempurna ketika manik Onyxnya yang pekat sekelam malam menatapku tajam penuh amarah.

"Aku benci wanita jelek, enyahlah dari hadapanku!" Ucapnya sarkastik dan langsung melenggang pergi begitu saja seraya memegangi kepalanya yang terlihat kesakitan.

Sebegitu burukkah diriku? Aku memang bukanlah wanita yang cantik, bukan wanita yang mempunyai tubuh ideal. Aku sadar , aku hanyalah gadis berperawakan gemuk dengan wajah yang buruk rupa. Bintik jerawat memenuhi sebagian dari wajahku yang penuh akan gumpalan lemak.

Tapi aku juga seorang wanita yang mempunyai hati dan perasaan. Apakah kau tau begitu sakitnya hatiku saat ucapan kasarmu yang kau lontarkan padaku.

Aku tau kau memiliki wajah yang sangat tampan, berwibawa dan juga kecerdasan diatas rata-rata. Tapi sayangnya kau memiliki hati yang amat dingin, bukan hanya aku, bahkan seluruh orang yang berada didekatmu pun tak bisa menggapaimu.

Liquid bening jatuh menetes begitu saja dari manik emeraldku. Meski ucapanmu telah menyakiti hatiku yang paling terdalam. Tapi anehnya diriku, aku tetap ingin menjadi orang pertama yang bisa menghancurkan bongkahan es yang ada pada dirimu.

Karena perasaan cinta yang kurasakan ini adalah perasaan murni. Kau telah merebut hatiku sejak 2 tahun lalu Sasuke-kun, meski kau tak ingat kejadian itu. Tapi aku yakin kau adalah orang yang baik. Meski sikap dan ucapanmu bagai sebilah pisau tajam, sedikit saja kau berucap mampu membuat luka yang besar dan membekas di hatiku.

#Sakura POV OFF #

.

.

Tampak seorang pemuda berhelai raven panjang sepundak bersembunyi di balik tembok. Ia tak sengaja melihat dan mendengar semua percakapan gadis musim semi dengan pemuda raven dengan model rambutnya yang aneh bak pantat ayam itu.

Manik Onyx nya yang teduh mengintip di balik tembok sang gadis yang tengah menangis pilu di hadapannya. Ingin rasanya ia merengkuh tubuh gadis musim semi yang dipenuhi lemak dan daging itu kedalam pelukannya.

Namun sayang, belum waktunya. Suatu saat dia akan mengubah sang gadis menjadi seekor kupu-kupu indah yang akan terbang menebar pesonanya dengan sayapnya.

"Kau cantik Sakura, seharusnya kau lebih percaya diri. Kau memiliki kecantikan seorang wanita yang belum tentu wanita lain miliki." Gumamnya pelan. Lalu melangkah pergi menjauhi sang gadis ke arah berlawanan.

'Aku akan membantumu menjadi apa yang kau inginkan Sakura, mengambil semua hak yang seharusnya kau miliki, tunggulah sebentar lagi' Ucapnya dalam hati.

.

.

TBC dengan .

Gomen fic yang lain lagi proses. ini fic lamaku dan baru ku post disini. kali ini aku buat ItaSaku. R&R ^^