CAN YOU SEE ME ?
Bleach Tite Kibo
.
.
.
"Karin-chan, Kau sudah siap?" Panggil Isshin yang sudah berdiri di depan Urahara Shoten. Siang ini dia dan Karin akan pulang ke rumah setelah memastikan kepada Tessai bahwa Karin bisa berjalan sendiri— Isshin sebenarnya ingin memakai wujud shinigaminya dan melakukan shunpo tetapi Karin menolaknya.
"Nee Baka Oyaji, Tessai-san bilang tidak ada sendalku sama sekali di rak. Apa kau lupa membawakannya saat pulang?" tanya Karin dengan nada jengkel dari dalam toko.
Isshin sedikit kaget ketika Karin memanggilnya dengan julukan itu. Ah, suatu hinaan yang dia rindukan. Sepertinya Karin pun menyadari keadaannya dan mencoba memulai harinya dengan kembali kedirinya yang dulu. Ironi, seharusnya Isshin senang tetapi itu membuatnya sedikit sedih dan khawatir. "Hee tidak adakah? Maaf Karin-chan, sepertinya Tou-san mu ini melupakannya hehehe," sahut Isshin.
"Hufht... Kenapa dari dulu dia selalu seperti itu sih," umpatan Karin terdengar oleh Isshin dan dia hanya bisa tersenyum maklum. Aish, kalau saja kondisinya tidak seperti ini mungkin saja dia akan tertawa terbahak untuk menertawakan kebodohannya sendiri.
Tidak beberapa lama, Karin keluar dengan dibantu Ururu. Putri sulungnya itu terlihat memegang sepasang sepatu di tangan dan menaruhnya ke lantai untuk kemudian dipakai. "Arigatou, Ururu-chan. Aku janji akan meminta Ichi-nii mengantar sepatumu lagi kesini," ujar Karin yang mulai berjalan perlahan ke samping Isshin.
"Tenang saja, Karin-chan. Hati-hati dijalan, Karin-chan, Kurosaki-san!"
Isshin tersenyum ramah pada anak asuh sahabatnya dan Tessai yang baru saja keluar dan berdiri disamping anak itu. Isshin pun memegang tangan Karin dan berjalan perlahan menjauhi toko. Tangan di genggamannya begitu dingin dan kecil, membuat Isshin sedikit takut menggenggam terlalu erat dan melukai tangan putrinya itu.
"Tou-san, tanganmu yang semakin besar atau aku yang bertambah kurus ya?" tanya Karin memecah hening perjalanan mereka.
Isshin mengelus dagunya dengan tangannya yang bebas, dia memasang pose berpikir sebelum menunjukkan ekspresi konyolnya yang biasa. "Sepertinya tanganku yang membesar, sebelum datang menjemputmu, ada pasien yang kakinya bengkak karena jatuh. Mungkin karena baru saja memberinya antiseptik, tanganku juga ikut membesar hehe." Gurau Isshin mencoba menghibur putrinya.
"Tidak lucu, mana ada memegang antiseptik bisa membuat tangan membesar."
"Baiklah-baiklah, kau yang semakin kurus Karin-chan. Tapi tenang saja, Yuzu-chan pasti sudah membuat makanan enak dan kau akan memakannya dengan lahap. Dan dalam sehari kau akan gemuk kembali."
Isshin melihat ekspresi Karin yang tersenyum lembut, membuat dirinya ikut tersenyum.
...
Ichigo menaruh piring terakhir di meja makan, saat ini ayahnya sedang menjemput Karin dari Urahara Shoten. Teman-temannya pun sedang keluar dan mengatakan ingin membiarkan dirinya memiliki family time untuk siang ini. Saat ini dia sedang membantu Yuzu untuk menyiapkan makan siang kesukaan Karin.
"Ichi-nii, menurutmu aku harus menaruh ini dimana?" tanya Yuzu yang baru saja turun dari tangga, adiknya membawa sebuah kotak berisi aroma theraphy ditangannya. "Sejak kapan kau memakainya Yuzu, aku tidak ingat kau pernah membeli itu?" Ichigo bertanya balik pada Yuzu.
"Yorouichi-san yang meberikannya, dia bilang ini bagus untuk kesehatan. Jadi, harus kutaruh mana ya?"
Ichigo menatap heran pada adik bungsunya itu, dia tidak tahu bahwa Yorouichi sedekat itu dengan adiknya. Tetapi mungkin itu hal wajar, bukankah selama ini yang membantu penyembuhan Karin adalah orang-orang di Urahara Shoten. "Kenapa tidak kau taruh di kamar? Dia pasti menyukainya."
Yuzu menunjukkan senyum manis khasnya pada Ichigo, menandakan sang adik setuju padanya. Ichigo melihat Yuzu berlari kembali ke atas untuk menaruh aroma theraphy itu di kamar Karin dan dirinya.
"Ting!"
Suara bel berbunyi membuat Ichigo buru-buru berjalan ke ruang depan, Ichigo yakin itu adalah adik dan ayahnya yang telah sampai. Ichigo membuka pintu dan tersenyum lebar pada sang adik yang berdiri didepannya. "Tadaima!" seru Ichigo menyambutnya.
"Emmhh..., aroma yang lezat!"
Karin berlari begitu saja melewati Ichigo ketika dia membuka pintunya, membuat Ichigo bingung dan menatap ayahnya yang masih berdiri didepannya. "Sepertinya Karin-chan sudah lapar, dia belum makan apapun saat pulang dari Urahara Shoten." Jawab sang ayah dengan cengiran khasnya. Ichigo hanya mengangguk dan menyusul Karin yang lebih dulu beranjak ke ruang makan.
Sesampainya disana, Ichigo tersenyum kecil ketika melihat kedua adiknya yang sudah duduk di meja makan. Karin telah makan lebih dulu dan Yuzu yang duduk manis menunggu dia dan ayahnya. "Nee, Karin. Apa kau lapar sekali sampai tidak menunggu kami?" tanya Ichigo sambil menarik kursi makan tepat di sebrang Karin.
Terlihat Karin mencerna makanannya sejenak sebelum menjawab pertanyaan Ichigo, "Ichi-nii, aku itu butuh makan yang banyak. Kata Tou-san, aku semakin kurus."
"Aa, kalau begitu aku akan membuat semua makanan kesukaan Karin-chan setiap hari. Supaya Karin-chan dapat makan dengan lahap dan cepat gemuk lagi," sahut Yuzu.
"Eeeh, bagaimana dengan makanan kesukaan Tou-san. Yuzu-chan tidak akan membuatkannya?" Isshin yang duduk disamping Ichigo pun ikut menyahuti pembicaraan anak-anaknya dengan nada memelas.
"Hey, baka oyaji! Kau itu sudah gendut, lebih baik kurangi porsi makanmu." Ichigo pun tidak mau kalah menyahuti pembicaraan keluarganya di meja makan. Isshin yang dikatai gendut menundukkan wajahnya, mengisyaratkan dirinya terpukul oleh perkataan Ichigo
"Ichi-nii, jangan bicara begitu! Tenang saja Tou-san, Yu akan buat makanan kesukaan Tou-san, Karin-chan dan Ichi-nii bergantian hehehe," ujar Yuzu menghibur ayahnya.
"Haaa, kau dengar itu Ichigo? Yuzu-chan saja membelaku hahaha," tawa Isshin mengisi suasana makan siang kali ini ditambah Ichigo yang terus menggerutu akan sikap ayahnya itu. Walaupun dalam hati, Ichigo merasa senang. Entah kenapa, dia merasakan kembali suasana yang telah lama hilang sejak kepergiannya ke Soul Society.
"Uuh Tou-san, kau bisa tersedak jika terus tertawa sambil mengunyah seperti itu." Yuzu memperingati sang ayah yang agaknya mulai tersedak karena tingkahnya sendiri.
"Yu, biarkan saja. Tou-san kan memang seperti itu," Ichigo memerhatikan Karin yang baru saja menyahuti perkataan Yuzu. Dia tersenyum samar ketika melihat aura Karin yang terlihat kembali bersemangat seperti dulu.
"Oh iya, Yu. Aku ingin memotong rambutku," ujar Karin.
"Benarkah, Karin-chan?" tanya Yuzu. Karin mengangguk sebagai jawabannya.
"Kalau begitu, Yuzu saja yang memotongnya." Sahut Ichigo,dia menyarankan untuk Yuzu yang memotong rambut Karin karena hasil potongan Yuzu yang rapih saat pagi tadi memotong rambutnya. Yuzu sendiri memberikan senyum lembutnya pada Ichigo, "Iya, Karin-chan. Bolehkah aku yang memotong rambutmu?"
"Umm, baiklah!" Senyum lebar terkembang di wajah Karin. Membuat anggota keluarga Kurosaki yang lain pun ikut tersenyum ketika melihat senyuman Karin yang terlihat begitu bahagia dan... jujur.
...
'Sshhhrrr!'
Urahara yang sedang memandang langit lewat jendela mengalihkan pandangannya ke jam pasir di atas meja ruangan. Begitu juga Yorouichi yang duduk di depan Urahara dalam wujud manusianya. "Ada apa dengan jam pasir itu?" tanya Yorouichi yang bingung ketika melihat butiran pasir dalam jam tersebut jatuh lebih cepat dari biasanya.
"Sepertinya, Karin-chan sudah menerima takdirnya." Jawab Urahara yang dengan cepat membuka tensen kecilnya untuk menutupi sebagian wajahnya.