TITLE : Fated to Love You
AUTHOR : Hezlin Cherry
RATE : M (For Save)
PAIRING : SASUSAKU
GENRE : Romance, Drama
DISCLAIMER : MASASHI KISHIMOTO
.
.
.
Summary : Dijodohkan dengan pria tampan dan mapan? Jelas itu semua mimpi bagi setiap gadis. Tapi tidak untuk Haruno Sakura yang rela menyamar sebagai maid di kediaman calon suami yang tidak ia ketahui itu untuk membatalkan perjodohan ini. Pasalnya ia tak bisa terima jika calonnya itu adalah seorang duda anak satu.
.
.
.
WARNING: Alur muter2 gajeness, AU, OOC, TYPO, gak sesuai EYD!?
.
.
Don't like? Don't read!
.
.
.
↖(^▽^)↗Happy Reading↖(^▽^)↗
.
.
"Tok ... Tok ... Tok...! "
Terdengar suara ketukan pintu yang memecah keheningan malam. Membuat Pria dewasa yang masih terlihat tampan di usianya yang matang itu tampak mengernyit bingung. Siapakah yang mengetuk pintu ruang kerjanya malam-malam begini. Mengingat ini sudah pukul sebelas malam. Ia juga sedang tidak membutuhkan sesuatu.
"Tok! Tok! Tok! "
Suara ketukan semakin terdengar.
"Masuk!" Ujar Sasuke malas. Ia akan menghardik siapapun yang menggangunya menyelesaikan pekerjaan karena urusan tak penting, batinnya.
"Tuan Sasuke, ini kopi anda."
DEG!
Suara yang Sasuke kenal. Dengan cepat ia langsung menatap arah datangnya suara.
"Saki?"
Gumam Sasuke tak percaya. Namun dengan cepat ia mengubah raut keterkejutannya kembali menjadi datar.
"Apa yang membuatmu kembali lagi kemari hn? Apa kau merindukanku, eh?" Wajah Sakura memerah dibagian ini. Sasuke sedikit menggoda maidnya yang telah lama menghilang dan kini kembali itu. Walau tak dipungkiri jika ia juga merasa senang akan kembalinya Saki.
"Ah-! Em... Maafkan saya Tuan atas ketidak sopanan saya yang telah menghilang begitu saja tanpa kabar." Jelas Sakura.
"Hn..." Sahut Sasuke seraya membolak-balikkan dokumen yang harus ia seleaikan malam ini.
Sakura masih berdiri mematung memegang nampan berisi kopi hitam kesukaan calon suami masa depannya itu.
"..."
"..."
Hening
Lama mereka terdiam.
Sasuke yang merasa aneh jika harus diam behadapan dengan maidnya yang selalu berisik itupun akhirnya membuka suara.
"Aa... Letakkan kopi itu di meja sana." Titah Sasuke, "dan kemarilah." Lanjutnya lagi.
Sakura menurut. Lalu ia mendekat ke arah Sasuke yang posisinya sedang duduk di atas sofa yang cukup besar dalam ruangan ini. Yeah Sasuke memang sedang menyelesaikan pekerjaannya. Tapi ia menyelesaikannya denga duduk santai di sofa empuk kesayangannya.
Sasuke POV
Dengan ragu ia tampak meletakkan mampan kopi itu sesuai perintahku, lalu segera mendekat ke arahku.
Entah mengapa jantung sialan ini serasa berdetak lebih kencang. Oke, sebut aku pria matang yang sedang tergila-gila oleh gadis muda yang bisa dibilang masih labil. Gadis itu sungguh gila dan nekat karena hal ini. Aku rasa ia benar-benar sudah tak punya muka lagi untuk kembali kemari.
Tapi ia justru menampakkan wajahnya di sini, malam ini dengan dalih ingin mengundurkan diri secara baik-baik.
Mungkin.
Atau gadis pinky yang sedang menyamar itu memang ingin melihat wajah menggairahkan Tuan besarnya ini eh? Hemmm... Jelas saja karena tidak ada yang bisa menolak pesona Uchihaku ini. Haha. Aku tergelak dalam hati.
Manik hijau klorofilnya sedikit membulat kaget saat melihat mata hitam sekelam malamku yang menatapnya dalam, tentu saja dengan jarak yang cukup dekat.
Dari sini aku dapat melihat jelas jika wajah menggemaskan itu sudah semerah tomat. Membuatku mendengus geli dan ingin segera melahapnya.
Set!
Entah setan apa yang merasukiku hingga dengan tiba-tiba aku menarik rambut palsu yang menutupi kepala pinkynya. Ck! Sial! Aku benar-benar kehilangan kendali.
"A-apa yang anda lakukan Tuan?" Protes Saki kaget atas perbuatanku yang tiba-tiba ini.
"Hn, kau lebih cantik dengan rambut sewarna bunga Sakura." Ucapku tanpa kusadari.
"Eh!? "
Entah perasaanku saja atau apa, tapi kulihat ia begitu kaget saat aku menyebutnya seperti bunga Sakura. Entahlah.
Perlahan aku mulai menghapuskan jarak di antara kami. Dia terlihat pasrah saat kujatuhkan bibirku di atas bibir kenyalnya yang benar-benar membuatku ingin melumatnya berkali-kali ini. Dan perlahan ciumanku mulai merambat ke bawah.
Sial! Aku tak bisa berhenti. Juniorku mulai menegang. Argh! Aku tak ingin ia ketakutan dan kembali menjauhiku seperti waktu itu. Tapi aku juga tak bisa menahan gejolak dalam diriku untuk merengkuhnya lebih dalam lagi.
"Hmmpphh-!"
Aku menciumnya ganas, lidahku mencoba menerobos masuk ke dalam dan mengobrak-abriknya. Ia menerimanya dengan pasrah, walau hanya gerakan pasif yang kudapatkan darinya yang hanya pasrah menerima ciumanku. Aku terus menciumnya hingga merambat ke leher jenjangnya dan menciptakan sebuah tanda kepemilikanmu di sana.
Napas kami berdua terengah-engah, dengan perlahan aku mulai merambat ke bawah. Dua buah bukit kembar miliknya terlihat menyembul menggoda untuk aku remas, ck. Sial! Dia benar-benar menggairahkan!
"Akh-!"
Ia memekik tertahan akibat kejantananku yang menerobos masuk secara paksa. Aku tau ia sangatlah sempit dan ini pasti sangat menyakitkan baginya. Dia benar-benar masih perawan ! Di sisi lain tangan kananku masih sibuk bermain dengan buah dada kenyalnya. Aku tak akan melewatkan bagian ini.
"Akhh. Tu-tuan... Tolong hentikan~ Ini sakit sekaliiii" Erangnya perlahan disela-sela gerakan in-out ku yang semakin cepat.
Peluhku menetes namun aku hanya tersenyum getir membalasnya sembari mengecup pelan keningnya sebagai kata maafku yang tak bisa kuucapkan. Dan tentu saja aku tak akan mengakhirinya sebelum kulepaskan benih-benih Uchihaku di dalamnya agar ia tak bisa lepas dariku.
BRAKK!
Tiba-tiba pintu ruangan ini dibuka paksa oleh seseorang yang sangat kurang ajar.
"Wow. Kau ereksi, eh?"
Tukas pria bujang lapuk yang sialnya masih terlihat tampan dibalik masker buluknya itu.
"Ck. Sial Kakashi! Kau menggangguku!"
"Haha maafkan aku jika kedatanganku mengganggu mimpi basahmu."
Hah mimpi?
Aku baru sadar jika hanya ada aku di ruangan ini dalam keadaan bersimbah keringat dan ... junior yang menegang.
Memalukan.
Kulihat Kakashi sedang menatapku sambil tersenyum mengejek dibalik masker buluknya.
"Diam kau kakashi!" Hardikku kesal. "Dan mengapa kau sangat tidak sopan masuk ke sini tanpa ijin? "
"Aku sudah mengetuknya beberapa kali, namun tak ada jawaban. Jadi aku langsung masuk saja. Maafkan aku."
"Ck, ada perlu apa kau kemari?
"Aku tidak bisa menjemput Kei siang ini karena ada rapat di perusahaan Uzumaki."
"Hn." aku hanya bergumam menanggapinya.
"Aku pergi... Kau bisa lanjutkan lagi mimpi panasmu. Haha." seru Kakashi seraya menghilang di balik pintu.
Kakashi sialan! Sungutku sembari memegang jantung yang masih berdebar kencang mengingat kejadian barusan yang ternyata hanya mimpi. Heh? Bisa-bisanya aku memimpikan maid ceroboh ku itu? Haha, aku benar-benar tidak bisa berhenti memikirkannya. Sial! Aku harus benar-benar bisa menemukannya lagi.
Sasuke POV off
.
.
.
Sudah satu jam ia di sini dan masih Setia duduk di ayunan tempatnya biasa menunggu jemputan. Ya, anak semata wayang dari bungsu Uchiha itu memang mendapatkan jam pulang sekolah yang lebih awal hari ini. Hal itu karena para guru dan staff ada undangan rapat mendadak di sekolah lain. Tentu saja itu membuat Kei harus menunggu kira-kira dua jam lamanya di tempat ini.
Melihat sekelilingnya yang sudah mulai sepi karena teman-temannya satu persatu sudah dijemput keluarganya, Kei semakin gelisah harus menunggu satu jam lagi. Suara decit ayunan yang digoyangkannya pun kini semakin terdengar jelas. Di saat seperti ini ia jadi mengingat Saki-Baasan yang selalu mengantar jemputnya. Meskipun dengan kehebohannya tapi itu membuat hiburan tersendiri bagi bocah yang belum genap 5 tahun itu.
"Di situ kau rupanya. Ayo kita pulang sayang."
Mendengar suara wanita dewasa yang sepertinya sedang berbicara padanya itu membuat Kei mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk. Sepintas ia sempat berharap jika suara itu adalah Saki.
"Hem...? Kenapa kau diam saja? Ayo kita pulang."
"Tante siapa?" Tanya Kei yang baru pertama kali melihat wanita ini. "Aku tak boleh pulang dengan olang asing! Aku halus menunggu papa!" Lanjut Kei lagi yang tampak memegang erat pegangan ayunannya saat ini.
Tap!
Wanita itu melangkah lebih dekat.
"Siapa bilang aku ini orang asing? Aku ini Ibumu." Ujar wanita yang memiliki paras cantik dan rambut merah muda pekat yang mempesona.
"Kata ayah, Ibuku sudah meninggal." Balas Kei polos.
Ya, Sasuke memang selalu bilang pada Kei jika Ibunya telah lama meninggal. Jadi sampai sekarang pun Kei tak tahu siapa Ibunya.
Tayuya sedikit kesal jika ia tak pernah dikenalkan kepada anak kandungnya sendiri. Jadi selama ini Sasuke mengarang cerita bohong tentang dirinya. Haha ia tergelak dalam hati.
"Kalau kau tak mau pulang bersamaku. Maka aku akan memaksamu." Ujar Tayuya mengancam. "Kulihat tak ada siapa-siapa di sini yang bisa menolongmu, eh... " Lanjutnya lagi sambil tersenyum licik.
Kei kecil mulai ketakutan. Tapi hatinya yang lain mencoba menenangkan. Siapa tau wanita cantik ini benar ibunya, pikirnya. Karena ia benar-benar tidak tau siapa ibu kandungnya selama ini. Keluarganya tak pernah menceritakan hal ini padanya.
Perlahan Kei mulai menyambut uluran tangan Tayuya.
Wanita yang pernah singgah di hati Uchiha Sasuke itu tampak tersenyum miring. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini.
"Bagus! Anak pintar."
Tayuya lalu menggandeng tangan Kei untuk pergi dari tempat itu. Ia menghentikan sebuah taksi dan segera pergi entah kemana.
.
"Ukh, bagaimana ini~" Keluh Sakura yang saat ini sedang berbaring malas di atas ranjang besarnya.
"Ada apa jidat?" Tanya Ino yang memang sedang bermain ke rumahnya saat ini.
"Aku harus mengkonsultasikan skripsiku, tapi Gaara-Sensei sedang tidak di tempat."
"Memang dia ada di mana sekarang?" Tanya Ino acuh sambil ngemil kripik kentang yang disediakan Sakura.
"Dia sedang ada meeting di Cafe Chidori di pusat kota."
"Oh Cafe itu..." gumam Ino. "Kau susul saja." Lanjutnya lagi.
"Eh?" Sakura tampak bingung mendengar saran sahabat pirangnya. Masa iya dia mengkonsultasikan skripsinya di tempat umum seperti Cafe. Ia pasti tidak akan konsentrasi.
"Maksudku, Cafe itu 'kan memang Cafe yang sering digunakan orang-orang untuk melakukan meeting."
"Ah iya benar juga. Aku akan menghubunginya apakah dia masih di sana atau tidak." Ucap Sakura tiba-tiba. Dan Ino langsung tersedak karenanya.
"Tunggu dulu. Kau ... saling berhubungan lewat telpon dengan Gaara-sensei?" Tuding Ino tak percaya. Bagaimana bisa sahabat pinkynya yang tak peka itu bisa sebegitu dekat dengan dosen berhati es mereka.
"Tentu saja aku sering berhubungan. Aku 'kan menanyakan skripsiku pig!" Sungut Sakura tak terima, "tak seperti yang kau kira." Lanjutnya lagi.
"Sial! Kau selangkah lebih dekat dengannya jidat. Dan itu Bagus." Seru Ino senang.
"Kau gila pig! Itu tidak mungkin! Aku ... sudah memiliki orang yang kusukai... " cicit Sakura malu.
"Jangan bilang kau benar-benar jatuh Cinta pada duda tampan Uchiha itu?"
"..."
Sakura hanya tertunduk malu tak menjawab. Tapi Ino tahu benar gelagat sahabatnya yang terlihat jelas itu.
"Aku anggap itu sebagai 'iya'." skak Ino mantap.
"Tapi ... aku harus melupakannya. Aku tak pantas untuknya karena telah menipunya..." Ucap Sakura yang merasa bersalah, "dan sekarang aku harus menemui dosenku agar skripsi sialan ini cepat terselesaikan." Lanjutnya lagi dengan penuh semangat guna menutupi kegundahan hatinya saat ini.
Sedangkan Ino hanya diam tak dapat berkata-kata lagi. Ia hanya bisa memandang Sakura dengan pandangan yang sulit diartikan.
.
.
Jam bundar yang bertengger di atas meja kerja Sasuke telah menunjukkan pukul sebelas lewat. Ia terhenyak dari kursinya saat teringat jika sekarang adalah waktunya untuk menjemput Kei.
Dengan cepat ia langsung menyambar jaket dan kunci mobil yang ia letakkan tak jauh dari meja kerjanya.
Pria Uchiha itu benar-benar sudah berubah sekarang. Ia kini sangat peduli kepada anak semata wayangnya. Sebisa mungkin ia lah yang mengantar jemput Kei. Jika tidak bisa barulah ia mengutus Kakashi untuk menjemput sang anak.
.
.
Sesampainya di sekolah Kei, Sasuke tampak kebingungan melihat kondisi sekolah yang telah sepi. Tak ada seorangpun di sana. Bahkan gerbang sekolah itupun telah digembok. Dengan cepat ia berjalan menuju toko yang tak jauh dari sana.
Tampak seorag wanita penjaga toko yang sedang merapikan dagangan.
Sasuke berdehem sejenak sebelum mengeluarkan suaranya. Jujur saja ia tak pernah melakukan ini.
"Permisi..." Suara baritonenya terdengar menyapa.
Wanita penjaga toko itu langsung terpana saat melihat ketampanan Uchiha bungsu yang masih tampak tampan di umurnya yang matang.
"E-eh ada yang bisa saya bantu Tuan?" Tanya sang penjaga toko dengan wajah merona dan mata berbinar kagum pada Sasuke.
Ayah Uchiha Kei itu tampak risih akan tatapan sang penjaga toko. Karena inilah yang membuatnya paling tak suka bertanya-tanya pada orang yang tak dikenal. Terlebih seorang wanita. Sungguh, Sasuke gerah melihatnya. Tapi demi mengetahui info yang diinginkannya ia pun rela melakukan hal ini.
"Mengapa sekolah itu sudah sepi?" Tanya Sasuke to the point.
"Hah, maksud anda?" tanya wanita itu seolah tak mendengar dan mengerti maksud dari ucapan Sasuke yang terlalu cepat tersebut.
"Ck, mengapa baru jam segini dan sekolah itu telah sepi?" Ulang Sasuke malas.
"Oh itu ... Guru dan stafnya ada undangan rapat di sekolah lain, makanya anak-anak dipulangkan lebih awal."
"Dari jam berapa mereka pulang?"
Wanita penjaga toko itu tampak berpikir sejenak, "hemm sepertinya sekitar dua jam yang lalu."
"Sial!" Ujar Sasuke terburu-buru segera pergi untuk mencari Kei yang entah pergi kemana.
"Eh, Tuan... kau tak ingin minum kopi dulu bersamaku~" pekik wanita penjaga toko yang mencoba menggoda Sasuke namun tak digubris oleh Sasuke yang telah pergi.
Wajah stoic duda tampan satu anak itu memang terlihat tenang. Tapi tidak dengan hatinya yang sedang gelisah dan cemas karena tak menemukan anak semata wayangnya di mana-mana. Ia sudah menghubungi Kakashi namun ponselnya tidak aktif. Benar saja Kakashi sedang ada rapat.
Disaat seperti ini ia berpikir keras, kira-kira siapa yang menjemput Kei. Orang tuanya tidak mungkin karena jarak rumah mereka sangat jauh.
Sambil membuka kontak ponselnya ia menatap serius layar ponselnya hingga pandangannya terhenti di sebuah kontak bertuliskan nama gadis yang pernah bekerja dirumahnya dalam waktu beberapa hari lalu.
Ya, mungkin ia akan menghubungi Saki sakarang. Tapi ia tampak ragu menekan tombol call di ponselnya. Pasalnya Sasuke sering kali menghubungi Saki untuk mengetahui keberadaannya. Namun nomor tersebut tidak pernah aktif.
Sasuke masih berkutat dengan pemikirannya apakah ia harus menelpon atau tidak. Tiba-tiba ponsel pria Uchiha itu berdering dan menampilkan tulisan Saki calling.
"Halo." Jawab Sasuke kalem berusaha menutupi rasa senang yang tiba-tiba muncul saat nama itu menghubunginya.
"Sasuke! Kau harus segera kemari" Suara Saki terdengar panik diseberang sana.
"Hn, sopan sekali kau memanggil namaku."
"Bukan saatnya untuk itu bodoh!"
Oke, Sasuke benar-benar merindukan makian gadis pinky yang memikat hatinya ini. Tapi ia lebih penasaran lagi dengan perkataan sang dara.
"Hn?" gumam Sasuke tanda bertanya.
"Kei-kun berada di Senju Hospital!
Napasnya serasa berhenti mendengar hal itu. "Apa maksudmu? Apa yang terjadi pada Kei? Tunggu aku segera ke sana!" Cerocos Sasuke sepihak seraya mengakhiri pembicaraan. Ia benar-benar mengkhawatirkan kondisi Kei. Apa yang sebenarnya terjadi? Nuraninya bertanya-tanya.
Ia membutuhkan waktu hanya sepuluh menit untuk sampai di Senju Hospital yang seharusnya ditempuh selama dua puluh menit dengan kecepatan normal. Oke kau tau jika ini adalah hari tercemas dan terpanik Uchiha Sasuke. Baru kali ini ia merasakan ulu hatinya seperti di cabik-cabik sangking khawatirnya dengan Kei.
Setelah bertanya pada resepsionis, barulah Sasuke bergegas menuju kamar pasien yang sudah diberitahukan kepadanya. Dengan cepat ia masuk ke dalam ruangan. Betapa terkejutnya Sasuke saat melihat gadis yang selama ini memenuhi hatinya dan yang paling ingin ia temui itu sedang bersama dengan seorang pria berambut merah yang berbeda dari waktu itu.
Apa maksudnya ini? Gadisnya itu memiliki berapa kekasih? Batinnya bertanya-tanya. Dengan tatapan menilai dan menyelidik ia terus maju melangkah menuju ranjang tempat anak semata wayangnya terbaring lemah, menepis semua pikiran kalutnya.
Saat ini yang terpenting adalah Kei.
Dalam diam ia memandang Kei yang sedang tertidur. Pipi, tangan dan lutut kecilnya penuh goresan seperti habis teradu dengan aspal jalanan.
"Apa yang terjadi padanya ?"
Sakura yang dari tadi hanya mengamati Sasuke itu pun turut membuka suara dan berusaha menjawab yang sebenarnya terjadi.
"Umm, saat aku sedang bersamanya," ucap Sakura sambil menunjuk ke arah Gaara sang dosen.
"Kekasihmu?" Potong Sasuke sinis.
Gaara tersenyum sinis di bagian ini .
"Aku melihat Kei-kun sedang dikejar oleh seorang wanita yang memiliki rambut merah muda sepertiku," lanjut Sakura mengacuhkan pertanyaan sinis Sasuke tentang kekasih barusan. "hanya saja lebih pekat, dan Kei spontan langsung menyebrang jalan raya. Akhirnya ia tejatuh karena keserempet kendaraan bermotor dan wanita yang mengejarnya itu juga ikut tertabrak mobil." Jelas Sakura panjang lebar mengenai kronologisnya dan tepatnya ia dan Gaara memang berada di Cafe tak jauh dari tempat Kei menyebrang .
"Anakmu terlihat ketakutan di seberang sana karena sepertinya wanita itu memiliki niat buruk." Gaara turut menimpali.
Sasuke melirik Gaara sepintas seraya menggumamkan sebuah nama.
"Tayuya."
Nama yang tak asing di pendengaran Sakura. Ah, benar ia baru saja mengingatnya jika memang ia dan Sasuke pernah tak sengaja bertemu di kedai ramen. Dan Sasuke nampak sangat membenci wanita itu.
"Siapa dia?" Tanya Sakura spontan. Hei, dia benar-benar ingin tau.
"Dia adalah Ibu kandung Kei."
DEG!
Sakura merasa ulu hatinya diremas dibagian ini. Ia tau Sasuke memanglah seorang duda yang pastinya pernah memiliki istri. Tapi mengapa sesakit ini rasanya mengetahui hal itu secara langsung.
Seraya mengelus lembut rambut hitam sang anak, Pandangan Sasuke nampak melembut.
Sakura tau jika Sasuke sangatlah cemas pada Kei.
"Kondisi Kei-kun cukup stabil. Dan dia hanya butuh istirahat dalam beberapa jam." Ucap Sakura menenangkan. "Dan ... Ibu Kei dirawat di kamar sebelah. Ia sangat kritis karena tubuhnya tertabrak oleh mobil dan terpental sejauh lima meter." Jelas Sakura.
"Huh, itu sesuatu yang pantas ia dapatkan." Tukas Sasuke tajam. Ia merasa lega karena Tayuya mendapatkan balasannya tanpa ia harus bersusah payah membalasnya. Bahkan mati saja wanita rendahan itu kalau perlu. Ejek batinnya.
"Kau tidak ingin menengoknya? Sepertinya dia koma."
"Tidak sudi aku membuang waktuku untuk menengok wanita yang telah menipuku dan keluargaku itu."
Sakura melihat tatapan dan nada kebencian di mata dan suara Sasuke saat membicarakan ibu kandung Kei. Sebenarnya seperti apakah kisah masa lalu Sasuke? Ia benar-benar dibuat penasaran olehnya .
"Baiklah kalau begitu Aku permisi dulu." Sakura berpamitan dan hendak pergi keluar bersama Gaara.
Namun dengan cepat tangan Sasuke mencegahnya. Tangan kekar itu menarik tangan Sakura hingga ia terjatuh dalam pelukan Sasuke.
"Kau di sini saja bersamaku!" Titahnya seraya mendekap tubuh mungil Sakura yang sangat ia rindukan dan tentunya ia beruntung karena dengan cepat gadis ini menolong Kei dan memberitahukan kepadanya sebelum ia mati putus asa mencari sang anak.
Pria Uchiha itu menyesap dalam aroma memabukkan yang menguar dari tubuh mantan maidnya itu . Ia sungguh merindukan aroma ini . Aroma yang telah membuat candu baginya .
"..."
Sakura masih diam tak beruara dalam pelukan Sasuke. Ia menyukai ini. Dan ia pun bingung harus berkata apa di saat-saat seperti ini.
"Ehem!"
Deheman Gaara membuat Sakura segera melepaskan pelukan Sasuke .
"Masih ada orang lain di sini." Ucapnya kesal karena posisinya yang seolah seperti orang ketiga di sini.
"Cih, kau bisa pergi duluan." Usir Sasuke dan seketika itu mendapatkan cubitan kecil dari Sakura.
"Huh, memangnya siapa kau? Kurasa kau juga bukan kekasih Sakura dan kau sungguh lancang memeluknya seperti itu!"
Kali ini Gaara benar-benar mengeluarkan unek-uneknya yang ia tahan dari tadi itu .
"Eh..." Sakura bingung berada dalam situasi sepert ini. Namun ia merasa tangannya digenggam erat oleh Sasuke .
"Aku memang bukan kekasihnya." Jawab Sasuke kalem, Gaara merasa menang karenanya . "Tapi aku calon suami Sakura!" Lanjut Sasuke dengan memberikan penekanan pada akhir kalimat yang ia ucapkan sambil menggenggam erat tangan mungil gadisnya .
Sakura benar-benar terkejut. 'Calon istri katanya' Apakah mungkin Sasuke sudah mengetahui perihal perjodohan mereka oleh keluarganya? Ia akan menanyakan ini nanti .
Sasuke tersenyum puas saat melihat reaksi pria merah yang sedang menjadi lawannya saat ini .
Sedangkan Gaara hanya terdiam tak mampu berkata-kata lagi. Ia tampak kesal karena sepertinya ia sedikit menaruh hati pada Sakura namun ternyata gadis itu sudah memiliki calon suami .
Tiba-tiba Sakura bersuara untuk menetralisir keadaan .
"Ehem, maafkan saya sensei. Kau bisa pergi duluan. Dan terimakasih bantuannya." Ucap Sakura lembut dan merasa tak enak akan sikap Sasuke yang mengerikan itu pada dosen pembimbingnya.
Dengan segera Gaara pun pergi meninggalkan pasangan pink dan raven itu berdua.
Setelah kepergian sang dosen, dengan cepat Sakura menanyakan maksud perkataan Sasuke barusan.
"Calon istri? Apa maksudmu Sasuke?"
"Kun! Mulai sekarang kau harus memanggilku dengan Sasuke-kun, Sakura!" Titah Sasuke final.
Sakura merona di bagian ini. Sasuke mendengus geli akan reaksi calon istrinya itu.
"Ta-tapi apa maksudmu!? Kita bahkan baru kenal, dan aku ... aku pernah menipumu..." cicit Sakura perlahan penuh penyesalan.
"Aku merindukanmu." Ucap Sasuke tiba-tiba. Mengacuhkan perkataan Sakura.
"Eh?"
"Aku merindukan segala tingkah lakumu." Lanjut Sasuke cepat.
"A-apa maksud-! Hmmpph-! "
Perkataan Sakura terpotong karena Sasuke yang menciumnya tiba-tiba.
Ciuman Sasuke terkesan lembut dan dalam walau memaksa. ia berjanji tak akan melepaskan gadis ini lagi . Ia mengecup lembut dan panjang bibir ranum tersebut. Tak ada nafsu di sana. Hanya ada emosi dalam kelembutan.
"Aku mencintaimu." Ucap Sasuke setelah mengakhiri ciuman panjang mereka.
Belum sempat Sakura membuka mulutnya. Suara baritone Sasuke kembali terdengar.
"Menikahlah denganku."
.
.
.
~To be continued ~
.
.
.
Alohaaa minaa... Apa kabarnya nih?
Kali ini Hezlin lumayan cepet updatenya gak sampe 2 tahun kan?
Wkwkwk ≧﹏≦
Oke semoga suka ya sama chap ini. Mungkin 1 atau 2 chapter lagi fanfic ini akan tamat. So , tetap Setia ya membaca dan review fanfic ini. Karena review kalian sangat berarti bagiku. Dengan review kalian membuat semangat menulisku semakin tinggi.
Oke see you next chap ya.
.
Mohon maaf tidak dapat membalas review satu persatu di sini
😣😥😘😣T_T ^_^¦¦¦
.
.
.