TITLE : Lovely Vampire
CHAPTER: 9
AUTHOR : Hezlin Cherry
RATE : T
PAIRING : SASUSAKU
GENRE : Romance, Mystery
DISCLAIMER : MASASHI KISHIMOTO
.
WARNING: Cerita awal terinspirasi dari komik yang pernah saya baca, tapi saya usahakan cerita selanjutnya berbeda dikit hehehhe... Alur muter2 gajeness, AU, OOC, TYPO, gak sesuai EYD!?
.
Don't like? Don't read!
.
.
.
Hehe karna ini FF pertama aq jadi mohon maaf jika masih banyak kesalahan maklum newbie, mohon masukan dan sarannya melalui review Senpai semua arigatou ~_~
.
.
.
↖(^▽^)↗ Happy Reading ↖(^▽^)↗
.
.
.
BLAM!
"Aku berangkat Nii-chan! / baka aniki!"
Ucap seorang gadis berhelaian merah jambu sepunggung yang terurai indah dengan aplikasi jepitan strawberry di sisi kanan rambutnya dan seorang pemuda berhelaian raven yang mencuat kebelakang seperti buntut ayam itu bersamaan setelah menutup pintu rumah mereka yang memang bersebelahan tersebut.
Sontak mereka terdiam saling menatap keheranan, 'kenapa bisa barengan begini?' batin keduanya.
Terlebih Sakura yang masih memikirkan kejadian sekitar 3 hari lalu dengan pemuda tampan yang ia cintai dihadapannya itupun menunduk malu. Berusaha menyembunyikan rona merah tipis yang mulai menguasai wajah chubbynya.
Terang saja, adegan ciumannya saat itu benar-benar selalu berputar di memori kepala gadis musim semi ini seperti sebuah kaset rusak yang tak bisa dihentikan. Ia tak tahu harus bagaimana jika bertemu dengan bungsu Uchiha itu. Mungkin akan sedikit menghindar dari Sasuke beberapa waktu ini pikirnya, tapi naas ia harus menelan pil pahit karena pagi-pagi begini orang yang ingin ia hindari justru berada didekatnya.
Well, walaupun di sekolah, Sakura juga tak mungkin bisa menghindari Sasuke. Tapi paling tidak ia bisa sedikit menjauh karena Sasuke adalah kakak kelasnya, jadi intensitas bertemu juga tak terlalu banyak.
Ehem, berdehem sedikit untuk mengurangi kegugupannya. Sakurapun mencoba menyapanya. "Ohayou Sasuke~" mencoba tersenyum semanis mungkin dan menghilangkan seluruh pemikiran yang memenuhi otaknya beberapa hari yang lalu.
Sasuke mengerjap mendengar sapaan Sakura, entahlah ia sediri sepertinya juga tengah memikirkan sesuatu.
"Hn, ohayou." Ia membalasnya dengan ekspresi stoic andalannya yang setia terpasang diwajah tampannya seraya berjalan kearah parkiran depan rumah untuk menaiki motor sport hitam kesayangannya yang selalu setia menemani dirinya pergi kemanapun.
Sementara Sakura juga lebih memilih menutup pagar rumahnya dan melanjutkan langkah kakinya menyusuri jalanan. Ya, gadis manis Haruno itu memang selalu berjalan kaki menuju sekolah yang biasa di tempuh selama 20 menit dengan berjalan kaki. Walau sang kakak selalu menawarkan untuk mengantarnya ke sekolah, tapi selalu ditolaknya. Karena ia lebih suka berjalan kaki sambil menikmati pemandangan dan suasana pagi hari yang sangat ia sukai itu dengan santai. Walaupun sesekali dirinya juga sering terlambat, tapi hal itu tak membuat gadis yang identik dengan bunga kebangsaan Jepang itu jera.
Baru sekitar 5 langkah Sakura berjalan tapi terhenti karena mendengar deru mesin motor tepat disebelahnya.
Brum!
"Ayo naik!" Tanpa ba bi bu lagi, Sasuke dengan datarnya mengatakan hal itu.
"Eh?"
"Hn, kau bisa terlambat nanti. Lebih baik sekalian ikut bersamaku." Ucapnya lagi tapi terdengar seperti sebuah perintah.
Sakura tampak berpikir, dalam hati ingin menerimanya tapi ia sendiri malu dan memilih untuk menghindar sementara. "Emm, tidak usah Sasuke," jawab Sakura seraya menolehkan wajahnya ke sisi kanan tempat Sasuke berada yang masih setia menunggunya dengan ekspresi datar tapi manik onyx itu sedang menatapnya dengan tatapan sulit diartikan. "Aku...ingin berjalan kaki saja." Lanjutnya lagi.
Rahang bungsu Uchiha itu mengeras, mendengar penolakan gadis musim semi tetangganya itu.
"Hn, terserah!" Balas Sasuke yang tak ingin memaksa sang gadis dan segera mengoper gigi untuk langsung tancap gas meninggalkan Sakura yang tak bergeming menatap punggung tegapnya.
"Apa...dia marah karena ku tolak begitu..." Gumam adik Haruno Sasori itu masih tetap menatap punggung tegap lelaki yang ia cintai dengan miris.
Dalam hati ia merutuki perbuatannya yang menolak kesempatan emas barusan. 'Bodoohhh, harusnya tadi aku menerimanya saja. Aku juga sudah hampir terlambattttt' pekik innernya menyesal. Haaah, sedikit menghela napas, Sakura mulai mempercepat langkahnya walau ia masih bergulat akan pemikiran-pemikiran negatif tentang kelanjutan hubungannya dengan Sasuke. Mungkin kedekatan mereka selama ini akan kembali merenggang.
Bukankah itu yang sedari tadi kau inginkan hingga menghindarinya begitu, eh Sakura?
.
.
.
"Huwaaa jidaatttt, akhirnya kau masuk sekolah setelah ijin hampir seminggu, kau tahu kami benar-benar kesepian tanpamu~" Rengekan Ino benar-benar memekakkan telinga Sakura yang tengah duduk di kursi yang telah seminggu ini ia tinggalkan.
Mendengus keras sambil memutar kedua bola matanya bosan, Sakura menganggapi malas pekikan sahabat blondenya itu.
"Demi Tuhan pig! Kau sudah mengatakan hal itu lebih dari 3 kali, kau tahu!" Sahut Sakura cepat membuat Ino kembali nyengir kuda.
Tak dapat dipungkiri Ino bahwa ia benar-benar bahagia akan kembalinya sahabat pinkynya ini kesekolah, begitupun Hinata yang hanya berdiam sesekali terkikik geli itu juga merasa senang melihat interaksi kedua sahabatnya yang telah lama tak ia lihat itu kini telah kembali.
"Heh, perasaan baru sekarang deh aku mengatakannya..." Ino mengetuk-ngetukkan jemari lentiknya di dagu seolah memasang pose berpikir yang sangat innocent.
"Cih, apanya! Ini sudah kesekian kalinya!" Sergah Sakura mengundang tatapan tak mengerti sahabatnya. Kembali ia mendengus keras seraya menghela napas, "Ck, yang pertama setelah aku datang tadi, yang kedua saat bel istirahat pertama berbunyi, yang ketiga dikantin dan yang ini saat istirahat berakhir!" Sungut Sakura lagi dengan menggeram kesal akan tingkah berlebihan nona Yamanaka ini.
"Haha, kau ingat saja sih jidat~" Ino tergelak semakin membuat Sakura berdecak kesal.
"Ne~ Sakura-chan..." Suara lembut gadis bermanik amethyst itu berhasil membuat Sakura menatapnya minus Ino yang masih asyik tergelak. "Ba-bagaimana dengan Sasuke-san?" Pertanyaan Hinata membuat Sakura memgernyitkan dahi sedikit bingung.
"Eh?"
"Ah, kau itu benar-benar tidak peka!" Celetuk Ino yang baru saja meredam tawanya untuk menimpali. Ia terlihat menghela napas sejenak untuk melanjutkan, "maksud Hinata-chan. Bagaimana dengan perkembangan hubunganmu dengan Sasuke-senpai, jidaaatt~" Ino kembali mendesis dengan suara cukup nyaring.
Hal itu sontak membuat Sakura segera membekap mulut tipis yang selalu menjadi biang gosip itu agar tetap bungkam. "Psstt! Pelankan suaramu pig! Nanti bisa ada yang dengaaar..."
Ino merotasi kedua bola matanya bosan seraya mengangguk dan melepas tangan Sakura dari bibirnya.
"Jadi?" Tanya Ino lagi mencoba mengulangi pertanyaannya. Sebenarnya ia juga sangat penasaran akan kisah cinta sahabatnya yang satu ini. Entah kenapa terasa begitu menggemaskan baginya. Sakura yang malu-malu akan perasaannya dan Sasuke yang tsundere. 'Hmmphh- mereka benar-benar lucu dan susah di mengerti... Kalau begini terus, kapan majunya' Kikiknya dalam hati.
"Emm...aku..." Sakura bingung harus menjawab apa tentang perkembangan hubungan percintaannya dengan pemuda tetangga sebelahnya itu setelah apa yang terjadi antara dirinya dan Sasuke saat itu.
"Tak usah sungkan Sakura-chan. Ce-ceritakan saja." Ucap Hinata menenangkan.
"Ya, ceritakan saja jidat...sebenarnya apa yang terjadi waktu itu, eh?" Timpal Ino seraya menggerlingkan aquamarinenya menggoda sahabat pinkynya yang tampak terkejut dan wajah merona merah. "Aku tahu lohh~ kalau waktu itu kalian sempat berduaan saja~" Godanya lagi kali ini sukses membuat wajah Sakura semakin merah seperti kepiting rebus. 'Tuh kan, pasti telah terjadi sesuatu yang menarik.' batin Ino semakin penasaran.
"Eh, da-dari mana kalian tahu hal itu?" Cicit Sakura tak percaya.
Kenapa bisa sahabatnya tahu kalau ia sempat berduaan. Emeraldnya menatap satu persatu kedua manik berbeda warna milik sahabatnya seolah meminta jawaban. Tapi justru keduanya juga tengah menuntut jawaban dari Sakura. Akhirnya ia mengalah, sepertinya memang harus menceritakan segalanya pada sahabatnya tersebut. Sakura menarik napas sejenak lalu menghembuskannya sebelum berucap kembali.
"Waktu itu...aku...se-!"
Ucapan Sakura terpotong oleh seorang guru dengan wajah kurang bersahabat yang di tumbuhi brewok sekitar dagu hingga memenuhi pinggir rahang tegasnya dan jangan lupakan sepuntung rokok yang setia menemaninya itu tiba-tiba saja datang. Membuat seluruh murid terdiam seketika. Yah, jelas saja sekarang memang sudah waktunya jam pelajaran kembali dimulai.
Sakura menghela napas lega atas kedatangan guru Kimia yang cukup terkenal galak itu sehingga membuatnya tak harus melanjutkan ceritanya barusan. Dia segera melirik Ino yang duduk dibelakangnya ternyata sudah bersiap dengan buku-buku kimianya. Ia pun juga mengambil tasnya dan mempersiapkan buku-buku yang akan digunakan sebelum rasa sakit di kepala yang tiba-tiba menyerang. Membuatnya merintih kesakitan.
"Ugh~!"
"Sakura-chan!" Hinata yang pertama melihat gelagat aneh sahabat pinkynya itupun memekik kaget. Dia takut terjadi sesuatu dengan Sakura karena memang sedari tadi wajah Sakura memang terlihat sedikit pucat.
Hal itu membuat seluruh atensi para siswa segera menatap kearah Sakura yang sedang limbung sambil meringis kesakitan memegangi kepala merah mudanya. Salah satunya gadis pirang yang duduk dibelakang Sakura juga terkejut dan dengan cepat ia berdiri untuk segera menahan Sakura agar tidak terjatuh.
"Jidat kau kenapa?"Tanya Ino dengan nada khawatir yang menyelimutinya.
Sakura menggelang menanggapi pertanyaan Ino, tapi cengkraman tangannya semakin ia perkuat karena rasa sakit yang berdenyut di kepalanya semakin menjadi-jadi. Entahlah ia sendiri tak tahu kenapa karena baru ini dirinya merasakan sakit kepala akut seperti sekarang.
"Ada apa dengan Haruno?" Sebuah pertanyaan dari suara berat nan tegas guru yang dikenal dengan nama Asuma itu akhirnya terlontar juga setelah ia sibuk sendiri menuliskan beberapa materi ajar di papan tulis.
Sakura mencoba mendongak menatap senseinya. "Ti-tidak apa-apa sensei. Hanya sedikit pusing~" Jawabnya lirih.
Asuma mengamati ekspresi murid merah mudanya mencoba untuk memastikan keadaannya. Terang saja, wajah putih Sakura terlihat pucat tak bersinar seperti biasanya.
"Hem, mungkin kau butuh istirahat." Tanggap Asuma disertai anggukan setuju dari beberapa murid yang juga memperhatikan kondisi tak stabil teman musim seminya, "Yamanaka, tolong kau antar Haruno ke UKS! Dia bisa istirahat di sana." Titahnya lagi.
"Ha'i sensei."
Ino segera beranjak dengan membantu Sakura berjalan dan memapahnya perlahan untuk keluar kelas menuju UKS yang cukup jauh berada terpisah dari gedung utama.
Sedangkan Hinata dan beberapa murid lainnya menatap Sakura yang baru saja keluar ruang kelas dengan di bantu Ino itu dengan tatapan nanar.
Tap...Tap...
Gadis pirang Yamanaka itu berjalan terseok-seok memapah sahabat merah jambunya sepanjang koridor kelas yang sepi. Manik aquamarinenya tampak sesekali menggerling menatap Sakura yang sedang menunduk sambil meringis menahan sakit. Dalam hati ia sangat khawatir, apa yang terjadi dengan sahabatnya itu. Apakah ini merupakan gejala akan kebangkitan vampire dalam tubuh Sakura yang menginginkan sesuatu? Ia bergidik sendiri mengingat hal itu. Karena jika benar, dirinya akan benar-benar dalam masalah besar saat ini dan pastinya ia harus segera kabur menjauh dari Sakura.
Tiba-tiba Ino kembali merasakan tubuh Sakura menegang dan seketika bergetar walau hanya beberapa detik. Pikirannya semakin kalut, apalagi letak UKS masih cukup jauh. Keringat dingin tampak menuruni pelipisnya, tanda kalau ia juga mulai panik.
Sementara Sakura juga merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya. Perasaan seperti waktu itu muncul kembali. Darahnya berdesir panas seolah naik ke kerongkongannya yang kering. Benar-benar kering dan perih. Berkali-kali ia mencoba membasahi tenggorokannya dengan menelan saliva, tapi percuma. Tetap saja ia merasakan haus yang teramat sangat. Seolah berada di tengah padang pasir yang tandus dan ia sedang kehabisan air minum.
Ini benar-benar menyiksa, tubuhnya kembali bergetar dan keringat dingin keluar dari pori-pori kulitnya. Yah, dia harus menahannya setidaknya hingga sampai di UKS dan ia bisa beristirahat disana meredam segala keinginan tersembunyi yang bergejolak dalam tubuhnya.
"Ah, itu Sasuke!" Ino terdengar memekik riang saat tak sengaja melihat sahabat kekasihnya sekaligus lelaki yang sangat dicintai sahabatnya ini.
Deg!
Sakura berdebar mendengar pekikan sahabat blondenya itu. Dengan segera ia mendongak dan benar saja, tak jauh dihadapannya sedang berjalan seorang pemuda tampan berhelaian mencuat kebelakang dengan tangan dimasukkan kedalam saku. Ekspresinya datar dan onyx sehitam arangnya menelisik tajam kearah Sakura.
'Piggy bodooooohhh! Kenapa kau memanggilnya hah!' Runtuk Sakura dalam hati. Ingin meneriaki kebodohan sahabatnya itu tapi tak mungkin, mengingat Sasuke yang juga sedang berjalan cepat kearahnya.
"Hem...Sasuke-senpai... Bisa kau membantu Sakura?" Rengek Ino saat langkah Sasuke sudah tak terlalu jauh lagi, ia ingin lembali ke kelas. Ia takut berada terlalu lama dengan sahabat pinkynya yang sebentar lagi mungkin akan bermutasi menjadi vampire ganas itu sendirian. Setidaknya untuk saat ini ia belum siap, tapi untunglah dirinya melihat Sasuke keluar dari toilet pria dan segera memanggilnya.
Sakura tak senang mendengar rengekan di buat-buat manja itu. Dia segera mendeathglare gadis pirang di sebelahnya dengan tatapan mematikan tapi tak di pedulikan oleh Ino.
"Hn, memang apa yang bisa kubantu?" Sasuke bertanya dengan suara dalam dan berat miliknya, dalam nada suaranya tersirat kekhawatiran akan tetangga pinkynya tersebut.
"Ti-tidak usah Sasuke! A-aku baik-baik saja..." Cicit Sakura dengan suara bergetar menahan gejolak aneh dalam tubuhnya.
"Ck, jangan menolak Sakura!" Tegas Sasuke, Sakura mengerjap karenanya. "Dan jangan menghindariku lagi!" Lanjut Sasuke penuh penekanan.
Sakura menunduk, ia tak bisa menolak kata-kata tegas Sasuke. Memang dirinya ingin menghindari pemuda Uchiha ini karena masih kepikiran akan ciuman waktu itu. Tapi sepertinya penolakannya hanya akan melukai perasaan Sasuke dan semakin membuat hubungannya merenggang. Jujur ia tak menginginkan itu. Baiklah untuk kali ini ia akan menerima bantuan Sasuke walau harus menyembunyikan rasa malunya.
Ino tak mengerti akan apa yang terjadi diantara keduanya, kenapa sikap mereka terlihat aneh. Tak ingin ambil pusing, ia segera mengatakan kalau Sakura sedang tak enak badan dan harus di bawa ke UKS.
Sasuke mengangguk mengerti kemudian mengambil alih posisi Ino. Dengan gerakan perlahan kini Sasuke telah bertukar posisi. Sekarang dirinyalah yang telah memapah Sakura dan harus mengantarkannya ke UKS.
"Ne, kalau begitu aku kembali ke kelas dulu yah jidat... Kau bisa bersama dengan Sasuke-senpai sekarang~" Dengan sengaja Ino menggoda Sakura, membuat sahabatnya itu mendongak dan memicing tajam kearahnya dengan wajah sedikit memerah.
Dalam hati, Ino tertawa senang. Benar-benar beruntung dirinya bisa bertemu Sasuke, selain Sakura akan menyukainnya jika di antar oleh orang yang ia cintai, dirinya juga selamat dari hal mengerikan yang mungkin akan terjadi. Setidaknya jika bersama dengan Sasuke, Sakura akan sedikit aman karena Sasuke juga mengetahui rahasia terbesar gadis pink itu.
"Kau menyebalkan pig!" Hanya kata itu yang di ucapkan Sakura, membuat Ino tertawa garing sebelum berbalik arah kembali ke dalam kelasnya dengan gerakan cepat -nyaris berlari.
Sakura dan Sasuke akhirnya berjalan berdua dengan keheningan yang menyelimuti keduanya. Entah kenapa Sakura yang biasanya tak suka dengan suasana hening itu sekarang begitu menikmatinya.
Lain halnya dengan Sasuke, pemuda tampan berhelaian raven itu merasakan ada yang aneh dengan gadis tetangganya itu. 'Tak biasanya ia diam begitu. Apa faktor tak enak badan, atau...mungkin ada yang ia sembunyikan?' pikirnya dalam hati.
.
.
Ruangan bercat putih dengan aroma obat yang mendominasi itu terlihat sepi, tanpa adanya petugas yang menjaga didalamnya.
Sasuke sudah membantu Sakura untuk beristirahat di sebuah ranjang yang tersedia di ruangan ini. "Lebih baik kau beristirahat dulu disini, aku akan mencarikan beberapa obat penahan rasa sakit untukmu." Ucap Sasuke yang sudah berdiri dan mulai mencari tempat penyimpanan obat.
Sakura mengangguk menanggapinya, ia berbaring sambil menerawang langit-langit bercat putih diatasnya. Dalam hati ia sangat takut, kalau-kalau keinginan vampire jahat dalam tubuhnya muncul lagi disaat seperti ini -di sekolah- itu yang ia takuti. Tak ingin membuat keributan di sekolah untuk kesekian kalinya, ia benar-benar bingung. Kalau bisa ia akan dengan sekuat tenaga menahan gejolak ini.
"Ini, kau minun obat ini dulu sebelum beristirahat." Sasuke menyodorkan beberapa butir obat yang menurutnya bisa mengurangi rasa sakit seperti pusing dan mual pada Sakura.
Sakura tersentak kaget, suara baritone Sasuke menyadarkannya dari lamunan mengerikan yang tak ingin ia bayangkan. Dengan perlahan ia menerima butir obat itu dan meneguknya cepat dengan air putih yang memang berada disekitar nakas tempat tidur untuk orang yang beristirahat disini.
"Emm, Sasuke...te-terima kasih kau telah mengantarku." Cicit Sakura yang mulai merasa canggung saat kembali berdekatan dengan Sasuke yang sudah duduk di sisi ranjang sembari menatapnya intens.
"Hn." Hanya gumaman khas yang keluar dari bibir tipis bungsu Uchiha itu. Sasuke masih tetap tak bergeming dari situ. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang.
"Sekarang kau boleh kembali ke kelasmu..." Ujar Sakura lagi.
"Hn, tidak! Aku akan tetap disini menemanimu."
Bagaikan simfoni yang mengalun indah, kata-kata Sasuke itu benar-benar membuat Sakura merona. 'Kami-sama...masih bolehkah aku berharap padanya?' batinnya.
"Eh, ta-tapi kan masih ada dua jam pelajaran lagi sebelum bel pulang berbunyi..." Elak Sakura, ia masih ingat misinya tadi pagi untuk menghindar sementara dari Sasuke, bukan justru berdua-duaan begini 'Arrghhh! Aku masih belum siap jika ia sampai membahas masalah ciuman waktu itu...' Pekik inner Sakura menyadarkan.
"Kau tahu kan, aku seorang Uchiha yang sudah pasti cepat menguasai materi pelajaran apapun itu." Jelas Sasuke tetap memasang tampang datarnya.
Membuat Sakura mendengus dalam hati, 'Ck, dasar Uchiha!'.
"Jadi ketinggalan dua jam pelajaran tak akan membuat peringkatku turun." Lanjut Sasuke mantap semakin mendekatkan kepalanya kearah kepala pink Sakura membuatnya berjengit mundur.
"Hummm, ta-tapi aku...aku sedang ingin beristirahat sendirian disini~" Cicit Sakura tak mau kalah.
Sasuke mulai kesal dibuatnya, benar-benar gadis pink ini sedang menghindarinya. "Ck, baiklah jika itu maumu, aku akan pergi."
Dengan capat Sasuke sudah bangkit dan berdiri, tapi ia kembali menoleh menatap Sakura yang juga tengah menatapnya dengan tatapan sendu. "Aku harap, ini bukan alasanmu untuk menghindar dariku lagi, jika kau memang membenciku Sakura." Tegasnya lagi sebelum pergi, tapi ia merasakan sebuah tarikan di tangannya yang menahannya.
"Ti-tidak, aku...tak bermaksud begitu~" gumam Sakura yang merasa tercubit akan kata-kata Sasuke barusan, "Aku...hanya ingin sendiri, kuharap kau mengerti..." Lanjut Sakura dengan tatapan memohon dan tangan yang bergetar masih menahan tangan Sasuke.
Sasuke terdiam menatap emerald gadis yang beberapa hari ini menyita perhatiannya itu telah sedikit basah. Melangkah mendekat, ia sedikit menundukkan wajahnya dan...
"Cup!"
...mencium kening lebar Sakura.
Membuat kedua emerald basah itu terbelalak kaget akibat ulahnya. Entahlah, setan apa yang merasuki Sasuke hingga ia berbuat begitu, tapi sungguh. Itu dari hatinya yang paling dalam, dan ada perasaan bergetar yang memenuhi rongga dadanya, perasaan nyaman dan hangat.
"Sa-Sasuke..." Sakura tegagap oleh perlakuan Sasuke yang tiba-tiba itu, seketika semburat merah mulai mengaliri wajah putih Sakura. Ia benar-benar malu...sekaligus senang.
"Hn, aku mengerti...dan kau tak perlu risau, karena aku akan selalu menjagamu." Sasuke berkata serius seraya mengacak gemas surai merah muda panjang Sakura sebelum beranjak meninggalkan ruangan putih tempat gadis pink tetangga sebelah rumahnya itu beristirahat.
Gadis manis Haruno itu mengerjap untuk kedua kalinya menatap punggung tegap pemuda yang ia cintai menghilang dari pandangannya. Menyentuh keningnya mencoba mengusap bekas kecupan Sasuke, wajah Sakura kembali merona kala mengingatnya.
Apakah ini mimpi? Tapi ini terasa sangat nyata pikirnya. Sasuke pemuda yang dulu sempat ingin membunuhnya, kini berkata akan melindunginya. Sungguh, Sakura benar-benar bahagia, terlebih pemuda yang ia cintai itu sempat mengecup singkat keningnya. Membuat perasaan aneh yang sedari tadi menyelimutinya itu menghilang, dan ia mulai memejamkan matanya berharap agar gejolak aneh tadi tak muncul lagi.
.
.
.
Bel pulang sekolah sudah 30 menit yang lalu berbunyi, dan seluruh warga sekolah sudah banyak meninggalkan gedung megah yang mulai tampak sepi ini. Tapi tidak dengan kelima siswa berbeda warna rambut itu yang masih setia menunggu di ruang kelas sambil membicarakan sesuatu.
"Jadi, ada yang bisa memberitahuku tentang siapa pria yang dicintai Sakura?" Ucap Sasuke yang masih setia berdiri dengan menyandarkan tubuhnya pada dinding sebelah pintu kelas yang sengaja mereka tutup.
Hening
Melirikkan onyxnya tajam memandang keempat temannya, Sasuke mencoba mencari jawaban. Tapi mereka masih bungkam seolah menutup rapat informasi yang mereka punya.
"Ck, tak ada waktu lagi! Kita harus cepat, karena sepertinya gejala kemunculan vampire itu mulai kembali nampak pada Sakura!" Dacak Sasuke kesal dengan menaikkan volume suaranya membuat keempat temannya tersentak kaget.
Yah, orang yang mereka tunggu memang Sakura yang masih tertidur di UKS. Mereka berlima sudah berkunjung ke UKS untuk melihat keadaan teman musim seminya yang memang tengah tertidur dengan bersimbah keringat. Karena tak ingin mengganggu istirahat sahabat pinkynya, mereka berlima memilih berkumpul di kelas Sakura untuk membicarakan hal penting.
"A-ano... Waktu itu aku pernah me-melihat Sakura-chan sedang memandangi seseorang sembunyi-sembunyi." Tak tahan, akhirnya gadis indigo keluarga Hyuuga itupun membuka suara.
Hal itu membuat seluruhnya mengalihkan atensi pada Hinata, sebenarnya gadis pemilik mata amethyst itu juga bingung harus memulainya dari mana, karena memang Sakura pernah berpesan padanya agar tak memberi tahukan hal itu. Tapi apa boleh buat, ini hal penting. Jadi ia akan sedikit membuka pembicaraan yang menjurus kesana. Biarlah sisanya Ino yang mengurus, pikirnya.
"Jelaskan!" Titah Sasuke agar kekasih sahabat kuningnya itu menceritakan semuanya.
"Tolong ceritakan Hinata-chan." Naruto juga turut menimpali.
Hinata mengangguk dan sebelumnya ia menggerling menatap Ino untuk meminta persetujuan. Melihat Ino yang mengangguk dengan seringai terpatri di bibir sexynya membuat Hinata tersenyum untuk melanjutkan.
"Wa-waktu itu, kami bertiga sedang memperhatikan kalian dan tim lawan yang sedang bermain basket..." Jelas Hinata.
Sasuke menegang, 'memperhatikan kami? Tapi siapa?' batinnya.
"Bukankah saat itu kita hanya sekali saja main basket, dan kita melawan tim ketua OSIS." Sai juga turut berargumen.
"Ahh! Benar! Saat itu kan kita melawan tim Gaara ttebayo~"
"Hn, jadi siapa yang diperhatikan oleh Sakura?" Tanya Sasuke lagi.
"A-aku juga kurang tahu...tapi saat itu dia memperhatikan dengan tatapan berbinar seperti orang yang sedang jatuh cinta..." Jelas Hinata, Rahang Sasuke mengatup keras saat mendengar bagian ini. Entah kenapa hatinya sedikit tercubit. "Sa-saat itu Sakura-chan seperti melihat kearah-!"
"Ah, Sakura melihat kearah Gaara si ketua OSIS~" Ino nyeletuk memotong penjelasan Hinata.
"Apa itu benar?" Sasuke memicing tajam menatap aquamarine Ino. Entah kenapa ia benar-benar tak suka saat mendengar nama ketua OSIS yang beberapa waktu lalu menjadi lawan main basketnya itu.
Ino tampak meneguk salivanya, sepertinya ia telah salah mengucapkan sesuatu. "Ehee~ ku-kurasa sih be-begitu..." Saking gugupnya ia sampai tergagap, bahkan bulir keringat telah mengaliri keningnya.
"Wahh~ kalau Gaara sih aku tak heran, dia kan tampan dan keren. Pantas saja Sakura-chan menyukai-! Awww~!" Pekikan riang Naruto tiba-tiba berubah menjadi pekikan kesakitan. "Kenapa kau memukulku teme?!" Naruto mendelik tak suka pada sahabat pantat ayamnya yang seenaknya saja menjitak kepalanya itu.
"Kau itu dobe! Aku sedang berpikir, jangan berisik!" Sergah Sasuke tajam.
Naruto masih saja medumel kesal, sedangkan Hinata dan Ino juga menatapnya sambil mendengus menahan tawa.
"Jadi, sekarang kita butuh bantuan Gaara, agar mau memberikan darahnya pada Sakura-san saat dia menjadi vampire nanti." Suara baritone Sai terdengar menginterupsi. Membuat yang lainnya mengangguk-angguk setuju, minus Sasuke yang masih tampak berpikir.
"Sepertinya tidak! Aku...tak yakin si Sabaku itu mau membantu Sakura."
"Apa maksudmu teme? Kita belum tau jika tak mencobanya dulu kan!" Naruto sedikit kesal dengan Sasuke yang tampak bertele-tele seolah enggan mencoba. Padahal kan ini hal penting dan mendesak! Pikirnya.
"Ck, sial!" Terdengar Sasuke mengumpat geram. Ia tak suka dihadapkan demgan pilihan seperti ini. Disisi lain ia tak mau jika Sakura sampai meminum darah lelaki lain selain dirinya, eh? Tidak! Dia benar-benar tak suka situasi ini.
Ino tampak menyeringai puas akan ekspresi kesal yang tampak pada pemuda tampan sahabat kekasihnya itu. 'Sepertinya rencanaku berhasil, tampaknya Sasuke benar memiliki perasaan pada Sakura sampai sekesal itu setelah tau kalau orang tersebut lain dirinya, hihi~'. Ino terkikik dalam hati. Ya, dirinya memang hanya mengarang masalah Gaara, hanya ingin mengetahui apa yang akan terjadi jika ia berkata demikian didepan Sasuke. Tenyata tepat seperti dugaannya.
"BRAAKK!"
Tiba-tiba pintu kelas itu dibuka paksa oleh seseorang. Membuat mereka yang berada didalamnya terkejut. Terlebih seseorang yang membuka pintu itu adalah gadis yang menjadi pokok permasalahan dalam pembicaraan mereka barusan.
"Hosh! Hosh! Hosh!"
"SAKURA!?"
Pekik mereka bersamaan saat melihat Sakura yang tengah berdiri didepan pintu kelas seraya menatap dengan tatapan membunuh yang haus darah.
.
~T.B.C~
.
.
Yeahh selesai juga chap ini, bentar lagi fict ini bakalan tamat, jdi bisa segera fokus lanjutin fic2 baruku yg lainx hehe...
Arigatou untuk kalian semua yang udh mereview, fav, maupun follow fict gaje ini. hehee gomen lama updte, soalx super sibuk mempersiapkan murid2 untuk UN.
╮(╯3╰)╭
Special thanks to:
suket alang alang, Yoona Ramdanii,Hayashi Hana-chan,caesarpuspita, NikeLagi, hanazono yuri, ayuharuno. Uchihalovers, , , guest. Yunita ita, aihara, anonim, uchira sakura, sarada yukino, pink tomato. Yuni nyan itachi, ai sabaku, hani yuya, ayachan. Sami haruchi2.
Dan maaf untuk saat ini belom bisa balas review satu2, jadi jawabanya Hezlin rangkum aja ya biar gk terlalu pnjang hihi...
Ada yang tanya kok Itachi di chap sebelumnya itu gk sadar kalo handuknya lepas? Hihi, ngikik pas bagian ini...itu kan itachi hbis lari2 jadi gk terasa kalo handuknya lepas, masalah adem/dingin dibagian itunya yahhh... hanya itachi dan kami-sama yg tau, wkwkwkk
Ada yg bilang fic ini humorx cukup bikin ngakak? Wahhh masa sih? Hehe padahal Ini fic mysteri, tpi Hezlin campur dgn humor simple juga sih. Tapi seneng bnget klo udah buat kalian terhibur, makasih ya...
╮(╯▽╰)╭
Ada yang tanya facebook Hezlin? Weh, sebenernya malu kalo ngasih tau fb segala,, soalx bnyak foto2 narsisku disana, trus aq juga gak aktif tulis sttus, paling cm komen2an di sttus sesma author lain atau main ke grup sasusaku aja hehe, tapi gpp deh Hezlin kasih tau, fb q :
Hezty d'Pranicha
Okeh. Saat ini mungkin itu aja dulu yah, sampe jumpa di chap selanjutnya, setelah ini mau fokus jg lanjutin fict yg annoying girl sama fated to love u yg udh lama terbengkalai ╮(╯3╰)╭
Bagi kalian readers atau author yang bersedia memberi kritik dan sarannya, aq sangat2 berterima kasih.
Mind to review again?
╭(′▽‵)╭(′▽‵)╭(′▽‵)╯