Last chapter

Jdarrr!

Aku yang mendengar itu merasa seperti kena serangan jantung. Manic emerald milikku membulat, menatap kedua orang itu tak percaya.

"be-benarkah itu, k-kazune-kun?" Tanyaku. Aku berusaha untuk menahan tangis.

"ia. Dia calon istriku." Jawab pria itu terdengar santai.

"oh, ia.. Nee, karin-chan,ini undangan untukmu. Datang, ya?" Pinta rin-chan sambil menyodorkan sebuah kartu undangan berwarna merah. Akupun menerima kartu itu dengan pandangan nanar.

"nee, kazune-kun, ayo kita pergi!" Ucap rin-chan lalu menarik kazune-kun dari pandanganku.

Aku yang melihat itu hanya bisa menatap kepergian mereka dengan tatapan nanar.

.

.

.

The memories

Disclaimer :Kamichama Karin and Kamichama karin chu! By koge donbo

Rated : T

Genre : Romance ;Hurt/Comfort; Drama;a little family; Angst(maybe)

Character: Karin hanazono ; Kazune kujyou ; Kazusa kujyou ; Rika Karasuma ; Jin Kuga ; Yii Miyon;Michiru Nishikiori dan chara lainnya

Pairing: Kazune x Karin (alias KazuRin)

Warning: OC;OOC(maybe);abal ;judul tak sesuai dengan alur karena author tidak pandai membuat judul;miss typo;dll

Summary:

Aku tahu dan aku sadar bahwa aku masih mencintai dia. Aku masih sangat mencintai dia. Dialah cinta pertamaku dan cinta terakhirku. Kami-sama, izinkan aku untuk bertemu dengannya sekali saja./ apakah doa karin terkabul? Siapakah orang yang akan menjadi pengisi kehidupan karin di masa yang akan datang? (bad summary)

.

.

.

Check it out,minna-san ^^

.

.

.

Keterangan:

Bold + italic =ingatan karin dan bahasa asing

.

.

Karin pov

Hiks,, hiks,, hiks,, kenapa? Kenapa hal ini harus terjadi?! Kenapa?!

Tidak! Ini pasti hanya mimpi, kan? Ya kan? Aku masih bermimpi kan?

Aku kembali menampar pipiku. Ittai! Ja-jadi ini bukan mimpi? Hiks,, hiks,,

Kenapa ini harus terjadi? Kenapa dia meninggalkan aku? Apa salahku? Kenapa dia berbuat seperti ini padaku?!

Aku menatap nanar ke arah tv dengan tatapan nanar. Aku meringkuk di dalam kesendirian.

Kami-sama, kenapa kau member cobaan ini kepadaku?! Apakah kau tidak puas dengan hilangnya ingatanku?

Apa salahku, kami-sama? Kenapa kau mengujiku seperti ini? Apakah kau belum puas?

Ingatanku tertuju pada kartu undangan berwarna merah itu. Ahh! Aku harus memastikan bahwa mereka pasti hanya ingin mengerjaiku!

Akupun menyeka air mataku. Akupun melangkahkan kaki jenjang milikku ke meja dimana kartu itu kuletakkan.

Akupun membuka amplop kartu itu. Jujur saja, entah kenapa aku merasa kalau aku dikerjain oleh mereka, tapi jika aku melihat dari raut wajah mereka, mereka benar-benar serius.

Jemarikupun membuka kartu itu. Manic emerald milikkupun membaca dan meneliti kartu itu.

Kazune Kujyou dan Nakamoto Rin

Air mata ini tak dapat kubendung lagi. Perlahan air asin ini turun membanjiri pipiku. Hiks,, hiks,, kenapa dia begitu tega meninggalkanku?!

Akupun mencampakkan kartu undangan itu. Frustasi. Itulah yang kurasakan saat ini.

Nee, kenapa sih kau berbuat seperti ini padaku? Kenapa?

Hahh,, tak ada gunanya aku menangisi dia. Dia juga takkan melihat ke arahku.

Lebih baik aku melupakan dia saja! Daripada hatiku terus tersakiti seperti ini. Aku yakin, diluar sana pasti ada yang lebih tampan daripada dia! Ahh ralat! Dia itukan cantik, bukan tampan -_-"

Yosh! Ganbatte no, Hanazono Karin!

End of Karin POV

Normal POV

Di kediaman Kujyou…

"nee, Kujyou-san, kau kenapa sih? Mukamu kusut kali seperti tidak pernah disetrika selama 15 tahun," ucap Rin meledek pria bersurai blonde di depannya.

"memangnya kenapa? Apa ini ada hubungannya dengan Karin-chan?" Tanya Sakura.

"kau gila, Nakamoto! Jika seperti ini aku akan habis dibuatnya!" seru Kazune lalu mengacak rambut hitamnya frustasi.

"apa maksudmu, Kujyou-san?" Tanya Sakura heran.

"tadi Karin-chan mengajak dia ketemuan ditaman. Yaudah, aku datang dan menyapa Kujyou-san dengan surfix -kun. Dan aku bilang kalau Kujyou-san itu tunanganku," ucap Rin.

"Na-nani?! Kau ini gila atau apa, sih Rin-chan! Kau ingat tidak waktu kejadian di restoran itu! Kujyou-san babak belur dibuatnya! Dan jika kau bilang seperti itu, dia pasti akan melabrakmu dan membogem kau!" Seru Sakura.

"Karin-chan tidak akan membogemku, kok. Kau tenang saja." Ucap Rin dilengkapi watados miliknya.

"Kau memang tidak akan dipukul! Tapi aku yang akan jadi sasarannya, baka!" celetuk Kazune kesal.

"Berani berbuat, berani bertanggung jawab, Kujyou-sama!" ucap Rin santai.

"hahh, cewek benar-benar menyebalkan!" celetuk Kazune.

"apa maksudmu bilang seperti itu, heh?!" seru Rin tidak terima.

"kurasa kau mendengarnya, nona Nakamoto!" ucap Kazune sinis.

"sudah, sudah. Kalian ini lama-lama seperti anak-anak saja. Dari pada kalian bertengkar gara-gara pelecehan si prican, lebih baik kita membahas rencana kita kedepan." Ucap Sakura bijak(?).

"prican? Apaan itu?" Tanya Kazune.

"pria cantik." Jawab Sakura polos dilengkapi watados miliknya.

Jiiitt~!

Kini perempatan siku-siku muncul di dahi –lebar #plak!- Kazune. Manic sapphire itu menatap kedua wanita yang bernotabene sahabat sang –mantan – kekasih dengan tatapan membunuh. Aura hitam kebiruanpun menguar dari tubuh pria itu.

"pria cantik," ucap Kazune geram.

"woles sedikit, Kujyou-san. Jangan emosi. Nanti wajah cantikmu malah jadi jelek." Ucap Sakura santai. Jujur, sebenarnya ia takut dengan aura yang menguar dari tubuh pria itu, tapi sepertinya ia tahu apa kelemahan pria itu.

"apa kau bilang?" ucap Kazune sambil menyipitkan manic sapphire miliknya.

"pantas saja wajahmu cantik, ternyata suka meleceh cewek rupanya," ucap Rin yang sengaja menyulut kemarahan Kazune.

"hn. Terserah kalian saja," ucap Kazune. Ia benar-benar malas untuk membalas ledekan dari kedua orang wanita itu.

"lalu, bagaimana dengan rencana kalian?" Tanya Kazune.

"…"

.

.

.

Keesokan harinya…

"Karin-chan!" seru Rin mengejutkan Karin yang sedang memakan roti belut kesukaannya.

"eh, mati kau! Ugghh, Rin-chan! Jangan mengejutkanku, dong! Aku kan sedang makan!" ucap Karin lalu menggembungkan pipinya kesal.

"hehehehe, gomen-ne." ucap Rin disertai dengan cengiran lebar miliknya.

"hn. Ada apa, ne Rin-chan?" Tanya Karin lalu memakan roti belutnya kembali.

"nee, Karin-chan. Ettoo, kau mau tidak mewakili aku ke toko butik yang ada di tengah kota?" pinta Rin.

"lho, kenapa memangnya?" Tanya Karin heran.

"engg, ettoo, sebenarnya Kazune-kun mau mengajakku ke butik untuk membuat gaun pernikahanku, tapi Kazune-kun dan aku benar-benar sangat sibuk. Kau kan tahu kalau Kazune-kun itu prinsipnya 'lebih cepat lebih baik' makanya dia mempersiapkannya. Lagipula kami mau menikah di hari minggu ini." Jelas Rin panjang kali lebar sama dengan volume(?).

Entah kenapa, hati kecil Karin tertusuk-tusuk dengan ucapan Rin. Ia benar-benar tidak terima ketika sang sahabat menyebut orang yang ia cintai dengan surfix –kun. Egois? Memang! Ia sangat tahu bahwa dirinya sangat egois jika menyangkut masalah orang yang ia cintai.

Dan tanpa ia sadari, air asin meluncur bebas dari manic emerald miliknya, membuat seorang Nakamoto Rin heran.

"kau kenapa, ne Karin-chan?" Tanya Rin heran –walaupun sebenarnya ia tahu jawabannya.

"da – daijobu, ne Rin-chan. Mataku hanya kelilipan debu. Hehehe." Ucap Karin disertai cengiran khasnya di akhir kalimat.

"sou ka, boleh kan?" Tanya Rin.

"engg, kenapa tidak besok atau kapanlah? Kenapa harus sekarang?" Tanya Karin heran.

"soalnya sudah janjian sama desainernya kalau hari ini kami akan mengukur gaun pernikahanku, ne. Tapi sayangnya kami lagi sibuk hari ini. Kau tahu kan kalau aku harus pergi ke Hokkaido hari ini. Sedangkan Kazune-kun lagi meeting sama client-nya." Ucap Rin.

"tapi, Rin-chan-"

"ayolah Karin-chan. Kumohon." Pinta Rin disertai jurus puppy eyes miliknya.

Hahh, sepertinya kau harus menyerah, Karin. Bukankah dia sahabatmu?

Karinpun menghela nafas berat. "baiklah, Rin-chan." Ucap Karin pasrah.

Perlahan, senyum Rin mengembang. "arigatou, arigatou gozaimasu, Karin-chan." Ucap Rin lalu memeluk tubuh rapuh milik Karin.

"kau tenang saja, ne Karin-chan. Nanti kau akan ditemani Mey-chan dan Sakura-chan, ok?"

Karin mengangguk pelan – walaupun ia masih setengah hati menerima kenyataan. Sadarlah Karin! Dia itu telah menyukai orang lain, bukan dirimu lagi!

"nee, Karin-chan, aku pergi dulu ne, jaa!" seru Rin lalu pergi meninggalkan Karin. Meninggalkan Karin dalam kesendirian dan kesedihan yang mendalam.

Air asin itu kembali meluncur tanpa sepengetahuan sang pemilik. Ingatan wanita itu terputar kembali sewaktu di taman.

"hiks," sebuah isakan lolos dari bibir mungil wanita itu. Dan isakan itu semakin sering terdengar ketika ingatannya terputar di masa lalunya. Ia masih ingat bagaimana tulusnya pria itu menyayanginya. Namun, hatinya tertusuk sembilu ketika ia mengingat pria itu harus menjauhi dirinya.

Miris sekali bukan?

"Karin-chan," terdengar suara familiar dari belakangnya. Tampaklah sosok wanita bersurai green tosca bermanik bak onyx sedang bersama sosok gadis kecil berusia sekitar 2 tahun. Manic hitam milik gadis kecil itu menatap Karin heran.

"ba-chan, ta ta ta," ucap gadis kecil yang masih susah untuk berbicara. Tangan mungilnya mengarah ke arah wanita bersurai brunette itu seolah – olah ingin meminta gendongan darinya.

Gadis kecil itupun berpindah pangkuan dari sang ibu ke sang sahabat kesayangan ibunya. Tangan kecil itupun terulur untuk membersihkan air asin yang keluar dari manic emerald milik wanita itu.

"Karin-chan, doushite no? Daijobu ka? Kenapa kau menangis?" Tanya Miyon.

"Daijobu, Miyon-chan," ucap Karin sambil menyeka air matanya kasar.

"Nee, Karin-chan.Kau bersabar, ya. Aku yakin suatu saat kau akan bahagia." Ucap Miyon.

"Hiks, hiks, arigatou." Ucap Karin sambil tersenyum- walaupun itu terkesan dipaksakan.

.

.

.

Kini Karin, Mey dan Sakurapun sampai di butik yang dimaksud oleh Rin. Merekapun masuk ke dalam. Karinpun menatap ke sekelilingnya, dan manik emerald itu terpaku ke arah sebuah gaun berlengan panjang berwarna putih gading dengan bunga yang diletakkan di pinggang. Gaun itu terkesan mewah. Iapun menyentuh bahannya. Sangat lembut.

Iapun menghela nafas berat. Seandainya pria itu menikahinya, ia pasti akan mengenakan gaun pernikahan.

Disisi lain, Sakurapun memperhatikan gerak-gerik Karin. Begitu juga dengan Mey.

'Sepertinya Karin-chan menyukai gaun itu.' Batinnya.

Iapun berbisik ke sang desainer agar membuat gaun yang dipegang oleh Karin.

Sang desainer- Kirika Yoshida pun menghampiri Karin. Begitu juga dengan Mey dan Sakura.

"Ettoo, Konnichiwa," sapa sang desainer ramah.

"Konnichiwa," ucap Karin. "Ah, gomen-nasai karena menyentuh gaun anda. Saya sangat menyukai gaun ini," ucap Karin.

"Sou ka," ucap sang desainer.

"Nee, Karin-chan. Ini Yoshida Kirika, desainer yang membuat gaun ini." Ucap Sakura.

"Ah! Watashi wa Hanazono Karin desu, dozo yoroshiku onegai shimasu," ucap Karin sambil ber-ojigi.

"Yoroshiku mou, Hanazono-san. Ettoo, ayo kita mengukur badan anda." Ucap Kirika.

"Lho, kok saya?" Tanya Karin heran.

"Engg, Karin-chan, bentuk badanmu kan mirip seperti Rin-chan, jadi dia minta tolong agar kau yang diukur." Jelas Sakura.

"Sou ka. Ayo." Ajak Karin.

.

.

.

Disisi lain...

Tampaklah sosok wanita bersurai cokelat susu (yang sebenarnya adalah wig) bermanik emerald bersama sosok wanita jejadian(?) #jduakk! Bersurai brunette dengan manik sapphire yang memakai baju pelayan.

"Nee, Kujyou-san, sepertinya Karin-chan menyukai gaun itu." Gumam wanita bersurai cokelat susu itu.

"Hn." Gumam wanita - jejadian - yang disampingnya.

"Hahahaha, kau terlihat cantik jika seperti itu, nona Kujyou." Ledek wanita bersurai cokelat susu yang sudah kita ketahui kalau rambut itu adalah wig yang tak lain dan tak bukan adalah Nakamoto Rin.

"Hn. Terserahmu saja." Ucap Kazune cuek.

"Yui-san! Yuuna-san! Jangan mengintip orang! Kalian harus bekerja!" Terdengar teriakan yang entah dari mana asalnya. Sepertinya, mereka akan terjebak di dalam toko itu sampai malam, ya?

.

.

.

At marriage day..

"Karin-chan! Karin-chan!" Teriak Rin sambil menggedor-gedor pintu apartemen Karin dengan keras.

Lalu, terdengar suara orang yang tengah membuka kunci apartemen itu. Dan muncullah sosok wanita bersurai brunette bermanik bak batu emerald yang tampak seperti baru saja bangun tidur. Kita bisa lihat, rambutnya tampak kusut, manik emerald itu tampak setengah tertutup dan menguap.

"Hoammhh, ada apa sih Rin-chan? Kenapa kau ribut sekali pagi-pagi ini!" Keluh Karin. "Aku kan masih mau tidur!"

"Hahh, dasar kerbau! Cepat mandi sana!" Perintah Rin lalu mendorong tubuh Karin.

"Ehh, apaan kau ini, hah! Enak saja kau memerintah orang! Memangnya kau siapa, heh?" Protes Karin.

"Aku mau tidur, ahh! Oyasumi nasai," ucap Karin lalu melangkah ke kamarnya.

Rin yang melihat Karin melangkah ke kamarnya menggeram kesal.

"Hanazono Karin! Cepat ke kamar mandi dan bersiap atau aku akan memandikanmu di atas springbed kesayanganmu!" Seru Rin yang sukses membuat Karin membalikkan badannya.

"Memangnya ada apa, hm? Bukankah kau yang mau menikah? Kenapa kau mendesakku seolah-olah aku yang akan menikah?" Sindir Karin.

Rin terdiam mendengar sindiran Karin. Sedangkan Karin, ia menatap Rin dengan tatapan datar.

"Ka-Karin-chan, kumohon. Temani aku ke salon," ucap Rin.

"Hn. Baiklah, kita akan ke salon. Tunggu disini sebentar!" Ucap Karin dingin lalu meninggalkan Rin sendirian di ruang tamu.

Jujur saja ia merasa bersalah kepada wanita itu, karena ia mengaku-ngaku kalau dia itu tunangan orang yang wanita itu cintai. Ia tahu, apa yang ia perbuat itu kelewatan, namun mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur.

Tak lama kemudian, sosok wanita bersurai brunette itupun muncul dengan baju rumah yang biasa dia pakai ketika berada di apartemen.

"Ka-Karin-chan, kau kok memakai baju itu? Dan, kenapa kau belum mandi?" Tanya Rin yang ber-sweatdrop ria melihat penampilan wanita itu.

"Lho, bukannya aku hanya akan menemanimu ke salon? Dan sehabis itu aku pulang, kan?"

"Nee, sebaiknya kau harus mandi dulu. Kau terlalu bau!" Ucap Rin sambil menutup hidungnya.

"Hehehe," Karin yang mendengar itu nyengir kuda. "Baiklah, aku akan mandi dulu, tunggu sebentar, ya!" Seru Karin riang lalu pergi kembali ke kamarnya.

Sedangkan Rin, ia sedang bertelepon dengan seseorang.

"Bagaimana dengan Karin-chan? Apakah dia sudah siap?" Terdengar suara lembut nan gemulai dari seberang telepon.

"Dia sedang mandi. Anda tenang saja, Himeka-san. Bagaimana dengan Kujyou-san?" Ucap Rin.

"Dia sudah bersiap-siap. Bahkan dia sedang bergosip ria dengan Micchi-kun," ucap Himeka polos yang berhasil membuat Rin sweatdrop di tempat.

'Dia itu sebenarnya pria atau wanita, sih? Dasar pria jejadian!' Batin Rin.

"Oh, ia. Pesan dari Kazune-chan, jangan beritahu Karin-chan dulu. Oke?" Ucap Himeka

"Haik. Wakatta!" Ucap Rin.

"Baiklah, ne. Jaa!"

"Jaa!"

Merekapun memutuskan hubungan telepon mereka.

"Karin-chan! Cepetan dong!" Seru Rin.

"Haik. Haik. Aku sudah siap!" Seru Karin lalu keluar dari pintu kamarnya.

"Ayo kita ke salon!" Seru Rin berapi-api.

.

.

.

Di salon..

Tampaklah sosok wanita bersurai brunette yang wajahnya mulai memucat melihat para banci salon mendandaninya.

"Baiklah, cyiin~! Ayo kita mulai!" Seru salah satu banci yang sukses membuat Karin sweatdrop di tempat.

'Lebih baik aku setiap hari melihat wajah Kazune-kun yang di-cross dressing kayak tuan putri daripada melihat banci-banci disini!' Batin wanita itu.

Wajah Karinpun di-make up tipis dan lipstick berwarna merah muda terbalut di bibirnya. Rona merah dari blush on itupun terlihat samar.

Kini, rambut Karinpun digelung oleh banci itu, dan beberapa rambut dibiarkan membingkai wajahnya.

"Nee, Karin-chan, coba kau kesini!" Seru Rin.

Karinpun melangkah ke tempat Rin.

"Ada apa, ne Rin-chan?" Tanya Karin heran.

"Nee, aku ingin sekali kau memakai gaun ini," ucap Rin sambil memberikan sebuah gaun ke Karin.

"Huh?" Karinpun menatap gaun itu dengan tatapan meneliti. Sebuah gaun berwarna putih gading yang pernah ia inginkan dulu.

"Lho, bukannya ini gaun pernikahanmu?" Tanya Karin. "Kenapa kau ingin aku memakainya?" Tanya Karin heran.

"Ya, aku pengen saja." Jawab Rin.

Karin menatap manik yang sama dengan manik miliknya dengan tatapan meneliti. Namun, ia tak berhasil menemukan kebohongan disana.

Karinpun menghela nafas berat, lalu melangkah ke arah ruang ganti. Iapun memakai gaun itu.

Setelah selesai, iapun keluar dari ruang ganti itu.

"Nah, Karin-chan,kau pakai sepatu ini." Ucap Rin sambil menyodorkan sepatu hak tinggi berwarna yang sama dengan gaun yang ia kenakan.

"Tapi-"

"Tidak ada tapi-tapian, Karin-chan! Onegai!" Pinta Rin sambil mengeluarkan jurus puppyeyes miliknya.

"Hahh, baiklah. Aku akan memakainya." Wanita itupun memakai sepatu berhak 5 cm itu.

"Waahh, sekarang tinggal memakai tudungnya!" Seru Rin riang.

"A-apa?! Apa maksudmu, Rin-chan?!" Seru Karin.

Rin tak menggubris protes yang dilontarkan oleh wanita bermarga Hanazono itu - yang kemungkinan akan berganti marga menjadi Kujyou itu-.

Dan setelah selesai, tiba-tiba saja 2 orang bertubuh tegap memakai seragam berwarna hitam yang sama masuk kedalam dan membawa Karin dari tempat itu.

"Lepaskan aku! Rin-chan! Rin-chan! Tolong aku! Rin-chan!" Seru Karin yang meronta-ronta minta dilepaskan. Namun, sepertinya kedua orang itu tidak menggubris wanita itu.

"Karin-chan!" Seru Rin.

Ketika wanita bersurai brunette itu sudah jauh dari jangkauannya, sebuah senyuman - err, lebih tepatnya seringaian terpatri di wajah ayu milik Rin.

"Selamat berbahagia, Karin-chan," gumamnya.

.

.

.

Kini Karin berada di sebuah mobil lamborghini berwarna hitam. Ya, sebenarnya dia menyukai mobil ini. Namun, yang membuatnya tidak nyaman adalah kedua lelaki yang berada di kanan-kiri dirinya.

"Lepaskan aku!" Seru Karin.

"Diamlah! Aku sedang menyetir!" Ucap sang supir garang.

"Apa sih mau kalian! Kenapa kalian menculikku? Aku kan tidak ada salah!" Seru Karin. Air asin itu terus mengalir dari manik emerald miliknya.

"Diamlah! Aku disuruh boss melakukan ini padamu! Dan kusarankan kau diam atau kau akan mendapat memori yang lebih buruk dari ini!" Ancam orang yang disebelah kanannya.

Iapun terdiam mendengar ucapan lelaki itu. Air asin itu terus mengalir. Wajah ayu itupun tertunduk.

"Nah, kau bawa buket milikmu ini," ucap orang yang disebelah kirinya dengan nada dingin. Orang itu menyodorkan sebuah buket bunga yang sangat indah.

Wanita itupun menerima buket bunga itu dengan terpaksa.

'Seharusnya Rin-chan yang memakai gaun ini. Hahh, aku menyesal karena menuruti kemauannya!' Batin Karin.

"Nah, sudah sampai. Ayo!" Ucap orang yang disamping kanannya dan menurunkan Karin dengan penuh paksaan.

"Hei, aku bisa jalan sendiri tanpa harus bersama kalian, baka!" Seru Karin.

Kedua orang itupun mengantar Karin hingga di depan pintu gereja. Seluruh pasang mata menatap kearah pintu gereja. Dan selanjutnya, Karinpun menjadi bahan tarikan Sakura.

"Nee, Rin-chan semoga berbahagia, ne." Ucap Sakura.

"Nee, Sakura-chan! Ini aku Karin! Hanazono Karin," ucap Karin berbisik.

Namun, sang sahabat hanya diam sambil tersenyum.

Karin hanya bisa menatap Sakura dengan pandangan tak mengerti.

Di sepanjang perjalanan menju altar, entah kenapa, jantungnya berdegup kencang. Apalagi ketika manik sapphire milik pria itu menatapnya dengan tatapan intens.

Ketika sudah sampai, sebuah tangan besar hadir di depan manik emerald itu. Wanita itupun menerima tangan pria itu dan tangan itu menuntunnya untuk berdiri di depan sang pendeta.

Pria itu terus merengkuh tangan lembut milik Karin dengan protektif, seolah-olah ia tak mau melepaskan tangan itu.

Sedangkan Karin, wanita itu tampak harap-harap cemas.

'Bagaimana kalau misalnya nanti Kazune-kuntahu kalau aku ini Karin, bukan Rin? Bagaimana ini?!' Batin Karin.

"Kujyou Kazune, Maukah kau berjanji, mencintai orang yang di sampingmu selamanya. Dalam suka maupun suka. Dalam sehat maupun sakit. Sampai ajal menjemput." Tanya sang pendeta pada Kazune.

"Ya, saya bersedia." Jawab Kazune.

"Dan anda, Hanazono Karin. Maukah kau berjanji, mencintai Suamimu Kujyou Kazune selamanya. Dalam suka maupun suka. Dalam sehat maupun sakit. Sampai ajal menjemput.

DEG!

A-apakah ini mimpi? Ini pasti ilusi! Tidak! Tidak mungkin dia akan menikah dengan pria disampingnya ini! Tidak mungkin!

"Nyonya? Apakah anda bersedia?" Tanya pendeta itu.

"Y-ya, saya bersedia."

.

.

.

"Karin-chan!" Terdengar suara cempreng nan familiar dari arah depannya. Sosok gadis bersurai hitam bermanik bak batu emerald yang tak lain dan tak bukan adalah Nakamoto Rin.

"Hn. Ada apa?" Tanya Karin.

"Hehehe, gomen-ne." Ucap Rin dengan cengiran khasnya.

"Gomen. Gomen. Kalian harus menjelaskannya!" Titah Karin.

"Nee, sebenarnya kami mau mempersiapkan hadiah untukmu, tahu. Kau ingat hari ini hari apa?" Tanya Rin.

"Hari minggu." Jawab Karin.

"Salah! Hari ini hari ulang tahunmu, baka! Masa kau tidak ingat!" Seru Rin ber-sweatdrop ria.

"Masa? Memangnya sekarang tanggal berapa?" Tanya Karin.

"3 juli." Jawab Rin.

"Oh, ia!" Jangan bilang kalau kau lupa dengan hari ulang tahunmu, Karin.

"Aku lupa. Hehehe," ucap Karin dengan cengiran khasnya.

"Baka." Gumam Kazune.

"Apa kau bilang, tuan Kujyou!" Seru Karin.

"Kau nyonya Kujyou yang baka!" Ejek Kazune.

JTAK!

"Ahh! Ittai!" Ringis Kazune.

"Kalian semua jahat! Kenapa kalian menjahili aku!" Isak Karin.

"Hiks, hiks," terdengar isakan dari bibir mungil Karin.

"Gomen-ne, Karin-chan." ucap Rin.

"Maafkan Mey-chan, mama. Mey sebenarnya mau memberi tahu mama, tapi Mey diancam sama papa kalau Mey memberi tahu mama, papa akan membakar semua komik yaoi milik Mey. Mey tidak mau itu terjadi!" Ucap Mey sambil memeluk Karin dan ucapannya itu berhasil membuat Karin sweatdrop di tempat.

"Tapi kalau Mey tidak bilang ke mama, Mey akan ikut sama papa dan mama ke Seoul! Kyaaa! Sehunnie-oppa! I'm coming!" Jingkrak Mey dan berhasil membuat Karin, Kazune, Rin dan Sakura ber-sweatdrop dan facepalm ria di tempat.

"Hehehehe, gomen-ne." Hahahaha, lihat saja, wajah Mey merah malu ketika Karin menatapnya aneh.

"Hahaha. Daijobu." Ucap Karin. "Jadi, untuk apa kita kesana?"

"Kalian akan berbulan madu disana, dan kami juga ikut!" Ucap Sakura berapi-api.

Hahaha, sepertinya inilah akhir kisah dari pencarian kebahagiaanmu, ne Karin-chan.

Hanazono Karin

Mereka nyebelin banget, sih! Kenapa mereka menjahili aku sampai seperti ini. Siapa yang tidak kesal jika orang yang kalian cintai akan bertunangan dengan wanita lain dan ternyata itu hanya rekayasa belaka! -_-" awas saja mereka nanti! Aku akan membalaskan dendamku kepada mereka! Muehehehe,, *devil laugh*

Kujyou Kazune

Hahh, akhirnya aku bisa menikah dengan orang yang kucintai, meskipun aku harus ngerjain dia dulu. Jujur, aku sempat sedih diwaktu dulu ketika dia bilang aku harus menjauhi dia. Dan aku pikir, dia tidak akan mencintaiku lagi. Ternyata pemikiranku salah. Dia mencintaiku. Dan itu membuatku semakin mencintainya. Aishiteru yo, Karin...

Nakamoto Rin

Hahahaha, kasihan Karin-chan dikerjain. But semoga langgeng, ya.. Dan cepat buatin adik buat Mey-chan! XD (Karin: *blush* Rin-chan!) Awas kalau tidak, aku akan terus mengganggu kalian! XD

Yamada Sakura

Jujur, sebenarnya aku kasihan sama Karin-chan. Kenapa sih liku-liku kehidupan Karin-chan harus seperti ini. But, this is the end. Akhirnya kau bisa hidup bersama dengan orang yang kau cintai, ne Karin-chan. Semoga berbahagia!

Kujyou Himeka

Waahh, akhirnya Kazune-chan dan Karin-chan menikah, ne. Selamat deh buat mereka. Aku turut bahagia. Semoga langgeng, yaa..

Nishikiori Michiru

Kazune-kun dan Hanazono-san menikah?! Aku turut berduka cita ahh! Maksudku turut senang atas pernikahan mereka! Selamat, ya!

Kujyou Mey

Kyaaaa! Akhirnya aku mempunyai mama baru! Yeee! *nari ala gangnam style* ehh, gomen-ne minna.. Hehehe.. XD *ojigi*. Hahh, aku senang banget punya mama seperti mama Karin.. XD. Mama, papa, cepetan punya adik baru, ya! *puppy eyes* (Kazune: *smirk* Karin: *nonjok wajah Kazune* *blush*)

-owari-

Hahh, akhirnya Hana bisa mengakhiri cerita ini, ne. Gaje, ya? Hehehehe, hontou ni gomen-nasai..*ojigi*

Suzune: Hana-nee, kapan aku munculnya! -_-"

Hana: ehehehehe.. XD. Ayo, Suzune-kun! *nendang Suzune*

Suzune: ittai, yo! T.T Hana-nee jahat.

Hana: this is the omake.. So don't miss it, minna!

.

.

.

"Hahh, hahh, Kazune-kun! Cepat! Sakiitt!" Terdengar sebuah erangan kesakitan dari bibir sang Hanazono -ralat- Kujyou. Ya, dialah Kujyou Karin, istri dari Kujyou Kazune.

"Ia. Ia. Bersabarlah, hime. Kita akan sampai di rumah sakit!" Ucap Kazune. Tampak rambut hitam pria itu beracak-acakan.

"Papa, lebih cepat, dong!" Seru Mey.

"Iya. Iya!" Ucap Kazune.

Kini merekapun sampai di rumah sakit. Kazunepun langsung menggotong Karin ke dalam.

.

.

.

"Ugghh.. Ughh.. Ughh.." Terdengar lenguhan yang berasal dari ruangan bersalin.

"Terus nyonya! Terus! Terus!" Terdengar suara komando dari bidan di ruangan itu.

"Akhh!"

Sedangkan Mey dengan Kazune, mereka tampak khawatir dengan keadaan Karin.

"Papa, apa mama dan adik bayi baik-baik saja?" Tanya Mey khawatir.

Kazunepun mengangguk pelan. "Kau tenang saja, Mey."

"Oeekk. Oeekk." Terdengar suara bayi dari dalam ruangan bersalin.

"Papa! Yokatta! Akhirnya adik Mey keluar!" Seru Mey memeluk Kazune. Pria itupun membalas pelukan Mey.

Tampaklah sosok bidan yang keluar dari ruangan itu.

"Selamat, pak. Istri dan anak bapak selamat," ucap sang bidan.

"Yokatta! Akhirnya!" Ucap Kazune. "Arigatou gozaimasu, dok," ucap Kazune.

Lalu, tampaklah sosok suster yang keluar dari ruangan itu bersama sosok bayi kecil bersurai blonde bermanik bak batu emerald yang mirip dengan Karin dan juga sosok wanita bersurai brunette yang tengah tertidur.

.

.

.

Beberapa jam kemudian...

Manik emerald milik Karin perlahan terbuka. Manik itupun melihat ke arah sekelilingnya. Tampaklah langit-langit putih rumah sakit dan sinar lampu yang sedikit membuatnya silau.

Ketika ia hendak menggerakkan tangannya kanannya, ia merasa tangannya ditahan oleh sesuatu, dan berhasil membangunkan singa #plak! Maksudnya manusia yang memegang tangan itu.

"Nee, kau sudah bangun?" Terdengar suara baritone yang dapat didengar oleh wanita bersurai brunette itu.

Manik emerald itupun menatap ke arah manik sapphire yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Wanita itupun menganggukkan kepalanya.

"Apakah ini mimpi? Aku ada dimana?" Tanya Karin.

Cuup! Bibir lembut Kazune mendarat di bibir mungil milik Karin. Dan hal itu berhasil membuat pipi sang empu merah merona.

"Jika ini memang mimpi, mungkin aku sudah melakukan lebih dari ini, nyonya Kujyou," ucap Kazune yang berhasil membuat rona merah itu semakin menjadi-jadi.

"Ba-baka!" Seru Karin mencubit lengan Kazune.

"Ahh, ittai!" Ringis Kazune memegangi lengannya.

"Makanya, pikiranmu harus dibersihkan! Dasar hentai!" Celetuk Karin.

Kazune mendengus pelan. "Yang penting aku hentai-nya sama kau, bukan sama orang lain, bweek." Ucap Kazune habis-habisan menggoda istrinya. Ya, kita bisa melihat rona merah itu semakin menjadi. Dasar bakazune. -_-"

"Nee, Kazune-kun, ettoo, dimana anak engg, kita." wajah Karin kembali blushing setelah sudah dinetralisir oleh air (lho?)

Kazune mendengus pelan. Iapun menatap Karin dengan tatapan lembut.

"Kenapa wajahmu memerah begitu, hm? Kau terlihat semakin cantik." Ucap Kazune jujur.

"Dan aku semakin ingin memakanmu, nyonya Kujyou." Ucap Kazune mengembangkan smirk menggodanya yang berhasil membuat pipi sang istri kembali merona.

"Jangan menggodaku lagi, bakazune!" Seru Karin. Malu, eh?

"Hahaha, aku hanya becanda, hime. Bayi kita ada di sampingmu." Ucap Kazune sambil melirik ke arah box yang berisi sosok bayi.

"Aku ingin menggendongnya," ucap Karin.

Wanita itu mendudukkan dirinya. Sedangkan Kazune, pria itu mengambil bayi lelaki pertamanya itu dan memberikannya ke Karin.

"Dia sangat mirip denganmu." Komentar Karin.

"Hahaha, siapa dulu dong! Ayahnya!" Ucap Kazune bangga.

"Tapi kuharap sifatnya tidak sama dengan ayahnya," sindir Karin.

Jleb!

Hahh, sepertinya kau jangan berbangga diri dulu, tuan Kujyou.

.

.

.

5 tahun kemudian..

"Papa, kita jadi piknik, kan?" Terdengar suara polos dari pria kecil bersurai blonde bermanik bak batu emerald yang sedang menatap polos ke arah sang ayah.

Sedangkan sang ayah, manik sapphire ayahnya itu tak menatap sedikitpun ke arah anaknya.

"Maafkan papa, Suzune, papa sedang banyak pekerjaan sekarang." Ucap Kazune - ayah dari Suzune.

Ya, anak lelaki bersurai blonde bermanik green emerald itu bernama Suzune - ralat - Kujyou Suzune. Anak dari Kujyou Kazune dan Kujyou Karin.

Kita bisa melihat, bibir mungil milik anak itu membentuk kerucut. Jika seandainya bibir itu milik istrinya, ia sudah meng -ahh! Apa yang kau pikirkan, tuan Kujyou!

"Papa, ayolah! Suzu pengen sekali piknik ke sana!" Seru Suzune mengerucutkan bibirnya kesal melihat tingkah sang ayah.

"Hm." Hanya gumaman itu yang dilontarkan oleh Kazune membuat Suzune mengerang kesal.

"Papa jahat! Hmph!" Seru Suzune dilengkapi dengan pipinya yang menggembung bak ikan buntal.

'Kau mirip sekali dengan mamamu, Suzune. Jika seandainya yang di depanku ini adalah mamamu, aku takkan segan-segan untuk memakannya!' Hei! Apa yang kau pikirkan tuan Kujyou! Dasar hentai! -_-"

"Tadaima!" Terdengar suara cempreng #brakk! Maksudnya suara merdu dari depan pintu. Tampaklah sosok wanita bersurai brunette bermanik bak batu emerald yang sedang membawa belanjaan dan sosok gadis kecil bersurai blonde yang membantu wanita itu.

"Okaeri-nasai, mama, Mey-nee!" Seru Suzune menghampiri Karin.

"Mama, papa jahat! Masa papa tidak mau bawa kita jalan-jalan!" Seru Suzune menggembungkan pipinya kesal.

"Nee, Suzune-kun, papamu seperti itu karena dia sedang sibuk, ne." Ucap Karin lembut.

"Nah, ayo kita memasak!" Ajak Karin riang.

"Ayo!"

Samar-samar, Kazune dapat mendengar ucapan Suzune ke Karin. Iapun tersenyum tipis.

.

.

.

Di hari ulang tahun Suzune..

"Papa, kita mau kemana?" Tanya Suzune heran. Pasalnya, sedari tadi ia hanya bisa melihat rerimbunan pohon di kanan kirinya.

"Nanti kau juga akan tahu, Suzune." Ucap Kazune.

Sedangkan Karin? Wajah wanita itu tampak pucat seperti menahan sesuatu yang akan keluar dari mulutnya.

"Ka-zu-ne-kun, hmphh, a-ku-" Kazune yang mengerti keadaan istrinya yang suka mabuk darat itupun memberhentikan mobilnya dan memberikan kantong muntah.

Karinpun sukses muntah di dalam kantong plastik itu. Sedangkan Kazune, ia memijit pelan tengkuk wanita itu.

"Mama, doushite? Daijobu?" Tanya Mey.

"Ia, ma. Mama masuk angin, ya? Atau mama sedang mempunyai adik baru, ya?" Tanya Suzune polos.

"Kau ini Suzu-kun! Selalu memikirkan adik baru!" Celetuk Mey kesal.

"Suzu kan mau adik juga! Bukan Mey-nee saja!" Protes Suzune.

Blush! Wajah Karin memerah ketika mendengar ucapan Suzune. Adik baru?

Manik emerald milik Karinpun melirik ke samping kanannya. Tampak sosok pria bersurai hitam yang sedang menyeringai tipis.

"Papa! Ayo lanjutkan perjalanannya!" Seru Mey dan Suzune riang.

"Hn." Kazunepun menghidupkan mesin mobilnya dan melanjutkan perjalanan.

"Adik baru, ya?" Gumam Kazune memunculkan seringai tipisnya yang berhasil membuat wajah Karin merona.

"Ia, pa! Suzu kan juga mau!" Ucap Suzune polos.

"Hn. Minta dong sama mamamu. Kalau papa sih, mau saja," ucap Kazune sambil mengembangkan seringai cantik #plak! Ralat! Tampannya (Hana: jujur, Hana mau muntah saat mau bilang Kazune tampan #jdarr!)

JTAKK!

Sebuah jitakan berhasil mendarat di dahi lebar milik Kazune.

"Baka! Kazune-kun no hentai!" Seru Karin lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. Ya, kalian bisa lihat wajah Karin merah merona saat ini.

"Hahahaha," Kazune tertawa renyah ketika mendengar seruan istrinya. Malu, eh? Pikirnya.

"Papa, kau terlalu hentai! Jangan tularkan ke-hentai-anmu ke Suzu-kun!" Ucap Mey yang sedari tadi menutup telinga Suzune.

"Nee-chan, hentai itu apa?" Tanya Suzune polos.

Krik. Krik. Krik.

Semua orang terdiam mendengar pertanyaan polos yang terlontar dari bibir mungil Suzune.

"Ah! Abaikan saja ucapan papa tadi." Ucap Kazune.

Nee, Suzune. Walaupun wajahmu sangat mirip dengan papamu, tapi sifatmu jangan mirip dengan sifat papamu, ya.. Kau masih terlalu polos dan suci. Kau tahu itu?

.

.

.

Di Bougenville's hill...

Merekapun sampai di tujuan mereka. Di Bougenville's hill. Sebuah tempat piknik yang sangat nyaman untuk rekreasi.

Manik emerald milik Suzune menatap ke arah pemandangan yang disuguhkan oleh tuhan yang telah menciptakan alam yang masih asri ini.

"Waahh. Sugoii!" Seru Suzune. Iapun bermain dengan riangnya. Namun, ketika seekor kupu-kupu hinggap di syal berwarna biru muda miliknya, ia langsung mematung.

"Kyaaa! Mushi! Mushi!" Seru Suzune berlari ke arah sang ayah yang sedang bersama sang ibunda. Hahh, kau memang perusak suasana romantis mereka, heh Suzune?

"Papa! Usirkan Mushi itu dari Suzu!" Seru Suzune.

Kazune yang melihat 'itu' mulai mematung. Keringat dingin mulai bercucuran.

Sedangkan Karin dan Mey yang melihat ekspresi ayah dan anak itu hanya bisa tertawa kekeh melihatnya.

Hahh, mereka tampak sangat bahagia, ya?

.

.

.

Serumit apapun rintangan yang membuat kita terpisah dari orang yang kita cintai, jika dia memang yang terbaik untuk kita, dia akan tetap selalu bersama kita. Selamanya.

.

.

.

Omake

A. N:

Hwaaa! Akhirnya fic ini kelar juga! *ngelap keringat*

Hehehehe.. Endingnya gantung, ya? Kecepatan? Gomen-ne... T.T

Dan gomen kalau misalnya ending dari fic ini terlalu 'ngerjain' para readers. Soalnya, Hana gak kuat untuk gak ngerjain si Karin-chan, ne.. XD #jduak!

Suzune: kenapa peranku sedikit sekali, bakaHana-nee! Kenapa aku muncul diakhir! *ngotot*

Hana: lah? Yang penting muncul, kan? *santai*

Suzune: hwaaa! BakaHana-nee jahat! Hiks, hiks, hiks. *nangis bombay*

Hana: hehehehe.. Gomen-ne. Yang penting Suzune-kun sudah muncul, kan? Nah, Suzune-kun, ayo kita bacain review dari minna-san, ne..

Suzune: haik. Untuk guest-nee, arigatou sudah review. Ini udah lanjut. Gomen kelamaan,

Hana: untuk Sazumi Misako-chan, ehh, hontou? Arigatou, ne.. :) . Ini udah dilanjut, ne.

Suzune: untuk Ryuuka Mikan-nee, arigatou atas sarannya dan reviewnya, ne. Hana-nee emang udah kebiasaan.. *lirik Hana*

Hana: hehehehe. XD. Untuk Ai Masumi-chan, hehehe, mungkin saja #nihanak. Ini udah lanjut. Arigatou. (Gomen kalau Hana salah ketik, ne.)

Suzune: untuk Yumi Azura-nee, *cengo* ini udah update, ne. Gomen kelamaan. Salahin bakaHana-nee ya. Jangan salahin Suzune.. Mama jangan nangis dong, papa kan hanya ngerjain mama, ne.

Hana: untuk Chinatsu Kinoshita-chan, *sweatdrop* jangan bertengkar terus, ne. Ntar cepat tua, #hah? Abaikan aja, ne. Hana udah lanjut. Arigatou :)

Suzune: untuk Manda-nee, ini udah lanjut. Jujur, sebenarnya Suzu kasihan banget sama mama.. Hana-nee gak berperi kemanusiaan, sih! T.T . Hehehe, arigatou, ne sudah review.

Hana: untuk Hinamori Meirin, hehehe,, *garuk tengkuk tidak gatal* gomen, deh.. Hana juga gak sengaja buat OC kayak gini. Sebenarnya Rin itu Hana mau buat Yamanaka Ino dan Sakura itu Haruno Sakura, ne.. Tapi, malah crossover yang ada. Yasudah, Hana ganti jadi Nakamoto Rin dan Sakura itu Hana ganti marganya jadi Yamada. (Nama Rin terinspirasi dari nama salah satu chara di komik Hai, Miiko! Begitu juga dengan marga Sakura) kalau Mey sih Hana dapat dari kepala Hana sendiri, ne.. Hehehe..

Suzune: dasar Hana-nee, untuk Areta Scarlett-nee, hontou? Tapi kalau menurut Suzu ceritanya gaje plus banget! Persis seperti orangnya yang kaga jelas. Gomen baru lanjut, ne. Arigatou.

Hana: (inner: Suzu-kun, melecehku.. *tear*) untuk Kujyou Uranus-san, ini udah update, ne. Tapi Suzunenya muncul di omakenya. Hehehe. Gomen-ne baru lanjut. Arigatou.

Suzune: untuk Kujyou athena-nee, ini udah lanjut. Gomen baru update, ne. Arigatou..

Hana: untuk yeon-woo, ini udah lanjut, ne.. Kalau menurut Hana sih umurnya 20 keatas (ya, sekitar 25 tahun) hehehe.. Gomen baru update, Arigatou..

Suzune: dan untuk elee-chan, arigatou sudah review, ne.. Ini udah lanjut.. Arigatou..

Intinya arigatou gozaimasu sudah review fic Hana hingga chap ini. Gomen-nasai kalau Hana punya banyak banget kesalahan dalam buat fic ini, ne. Karena Hana juga manusia. Hehehe. Dan for silent readers, arigatou sudah read fic abal nan gaje milik Hana ini. *ojigi*

No bacot again..

.

.

.

Mind to review, please?