Wow, I never imagined before that I've finished this whole stories! Yeey~!

SKIP THIS == (Terima kasih untuk Hp butut saya, bisa bayangkan, kalau saya selama ini selalu menulis dari HP, bukan dari laptop atau komputer? Well, karena ide itu selalu muncul kapan pun dan dimana pun. Jadi… ga mungkin 'kan kalau saya bawa laptop kemana-mana? Ga praktis banget. Bahkan kalau saya cuma duduk di depan laptop, ide itu ga akan muncul. Jadinya malah ng-browsing, main ameba pigg, buka fb, atau twitter-an. Duuhh… kok jadi curhat sih…) ==

Nah, tentunya saya tidak akan lupa untuk berterimakasih kepada para pembaca, para reviewers, dan yang sudah mem-favorit cerita saya. Sungguh-sungguh banyak terima kasih atas support-nya.

Jadi, tungga saja cerita baru HiruMamo, yang lebih seru, fresh, dan mungkin yang lebih mengharukan. Tapi mungkin agak lama, seminggu, dua minggu atau mungkin sebulan… XD

Okey, dari pada kebanyakan pembukaan, mending langsung ke ke epilog-nya aja.

So guys, this is the Ending!

.

I don't own the characters. Copyright: Mangaka Eyeshield 21

Original artwork of cover book is not mine. Just modified it.

DiyaRi De present : STILL THE SAME

.

Epilog

Enam tahun kemudian,

Suzuna menekan bel pintu rumah Hiruma dan intercom di samping pagar berbunyi.

"Siapa?" suara Mamori terdengar dari intercom itu.

"Ini aku, Mamo-nee." jawab Suzuna ceria.

"Oh, Suzuna. Silahkan masuk." kemudian terdengar pintu pagar terbuka.

Suzuna melewati pagar dan pagar itu tertutup dan terkunci otomatis. Dia sudah sering ke sini dan masih terus terkagum-kagum dengan rumah keluarga Hiruma. Dengan dinding-dinding pagar batu yang tinggi di depan rumah, menutupi kebun yang cukup luas dengan kolam ikan dan gazebo kecil yang asri untuk tempat bersantai. Yang biasa digunakan Mamori dan teman-temannya untuk pesta barbeque saat merayakan tahun baru atau perayaan-perayaan kecil lainnya. Suzuna menoleh ke sebelah kiri dan melihat kandang anjing yang lumayan mewah unuk anjing seperti Cerberus. Tapi mungkin pantas untuknya, anjing itu sungguh arogan dan berkuasa seperti pemiliknya.

Suzuna menaiki tangga teras menuju pintu depan. Saat hendak membuka pintu, dia terkejut karena pintu tiba-tiba terbuka dari dalam dan melihat anak lelaki kecil berambut hitam halus dan bermata biru sapphire berdiri disana memamerkan senyumnya.

"Suzu-baachan." ujar anak kecil itu manis membuat Suzuna menunduk lalu mengacak-acak rambut Keiichi gemas.

"Kei-chaan." sapa Suzuna lalu masuk dan menutup pintu di belakangnya. Dia menggandeng tangan Keiichi menuju ke dalam. "Dimana mamamu?"

"Di dapur." jawabnya lalu melepaskan tangan Suzuna dan berlari kecil ke ruang tengah dan langsung loncot duduk di sofa. "Duduk di sini Suzu-baachan."

Suzuna mengikuti Keiichi duduk di ruang santai yang penuh dengan mainannya di atas karpet depan televisi. Mulai dari mainan-mainan biasa, seperti mobil-mobilan, robot-robot, mobi remore control, sampai dengan video game berbagai jenis juga berkumpul disana.

"Oh, Suzuna." sahut Mamori melongokan kepalanya dari dapur, dengan masih memakai apronnya. "Kamu sudah makan siang? Aku sedang membuat makanan."

Suzuna beranjak dari duduknya dan menuju dapur. "Aku bantu Mamo-nee." ujarnya berdiri di samping Mamori yang sedang mengaduk-aduk kuah kare.

"Tidak usah. Aku hanya membuat kare, dan sebentar lagi matang." jawabnya tersenyum lalu melihat ke perut Suzuna, "Lagipula kamu tidak boleh terlalu capek. Duduk saja sana."

Suzuna ikut melihat ke perutnya. Ya, dia sedang mengandung dua bulan, Tentu saja anaknya dengan Sena. Mereka baru menikah setahun lalu. Sedangkan Mamori dan Hiruma sendiri sudah menikah lima tahun lalu dan Keiichi sekarang berumur empat tahun.

"Ah Mamo-nee. Aku 'kan bosan. Orang-orang selalu bilang, aku tidak boleh terlalu capek, harus banyak istirahat, jalan hati-hati, jangan pergi terlalu jauh. Memangnya mereka tidak tahu aku juga bisa bosan?"

Mamori tertawa. "Baiklah. Kalau begitu bawa piring-piring itu ke ruang makan." ujar Mamori dan Suzuna bergeser mengambil tiga piring dan tempat sendok dan garpu. "Ambil empat piring, Kau juga harus makan." tambahnya melihat piring di depan Suzuna.

"Lho, tiga cukup 'kan? Aku, Mamo-nee dan Kei-chan."

"Ada Youichi juga." jawab Mamori masih mengaduk kare di atas kompor.

Suzuna memandang tidak percaya. "Ada You-nii juga?" tanyanya tetap terdengar kaget. "Kenapa ada dia? Bukannya mereka baru akan pulang jum'at nanti?"

Mamori mengangkat bahunya, "Entahlah, dia pulang pagi ini." jawabnya, "sekarang dia sedang tidur. Aku juga baru tahu saat pulang dari TK. Kau 'kan tahu, dia selalu begitu."

"Oh ya ampun... Seandainya saja Sena bisa seperti You-nii." ujarnya bertolak pinggang lalu menghela napas panjang.

Mamori tertawa lalu memindahkan sebagian isi kare ke panci yang lebih kecil. "Sudah, kau bawa piring itu." ujarnya kepada Suzuna dan dia membawanya ke meja makan, "Keiichi... Bangunkan papa." teriaknya dari dapur kepada Keiichi.

.

.

Keiichi berdiri dari sofa dan berlari kecil menuju kamar orangtuanya di lantai dua. Dia membuka pintu dengan hati-hati lalu menutupnya kembali. Lampu kamar masih terang, dia bisa melihat Hiruma sedang tidur di atas ranjang dengan selimutnya yang hangat. Keiichi mengendap-endap menaiki ranjang dan menyelinap masuk ke dalam selimut Hiruma..

"Papa. Bangun!" teriaknya pelan di samping telinga Hiruma.

Hiruma membuka matanya kaget lalu menengok dan melotot tajam ke arah anaknya itu, "Keiichi. Sudah dibilang jangan teriak kalau membangunkanku." protesnya mencubit pipi Keiichi. Hiruma mengusap matanya, lalu mengacak-acak rambutnya sendiri sambil melihat jam weker di meja sebelah ranjang.

"Makan siang sudah siap." jawab Keiichi. "Oh iya Pa. Besok ada pertandingan baseball di Tokyo. Ayo kita nonton, tapi berdua saja. Kalau ada Mama berisik." ujarnya, mengingat kembali saat mereka menonton pertandingan baseball bersama. Keiichi dilarang untuk berdiri di tempat duduknya, dan tidak boleh berteriak-teriak terlalu keras. Padahal penonton lain begitu ribut dan bersemangat.

Hiruma berpikir lalu tersenyum memamerkan giginya. "Boleh." jawabnya lalu Keiichi bersorak senang. "Tapi ada syaratnya."

Keiichi terdiam menunggu kelanjutan ucapan Hiruma, kalau ayahnya ini sudah mengajukan syarat, biasanya akan merugikan dirinya sendiri. "Apa itu?" tanyanya cemas.

"Malam ini, biarkan Mamamu tidur denganku."

Keiichi terdiam lama memikirkan jawabannya.

"Ya sudah kalau tidak mau." sahut Hiruma menggeser selimutnya dan hendak bangun dari kasur, namun tangan Keiichi menahannya dan Hiruma tersenyum penuh kemenangan. Anaknya ini memang mudah sekali dibujuk.

"Bagaimana kalau kita tidur bertiga?" tawarnya penuh harap.

"Kau ini." jawab Hiruma menyentil dahi Keiichi. "Kau sudah sering tidur dengannya 'kan? Apa salahnya kalau kau tidur sendiri di kamarmu, heh?"

"Mama itu milikku, jadi dia harus tidur denganku setiap hari." rajuknya.

"Mama bukan hanya jadi milikmu kalau kau punya adik."

Keiichi tertegun membuka mulutnya. Dia tidak pernah membayangkan hal itu sebelumnya.

"Benar 'kan?" tanya Hiruma lalu tertawa memamerkan deretan giginya.

"Tidak apa. Aku akan berbagi dengannya." akhirnya Keiichi berkata.

Hiruma bangun dari ranjang lalu mennggendong Keiichi di pinggangnya menuju pintu. "Bagus. Jadi kau setuju malam ini dan seterusnya kau akan tidur sendiri?"

"Iya." jawabnya ceria. "Kalau ada Papa di rumah."

"Tidak boleh." jawab Hiruma. "Kau harus belajar tidur sendiri." tambahnya lalu menutup pintu di belakangnya, dan mereka tertawa bersama.

END

Catatan Kecil:

Bagaimana? Aku mau tahu bagaimana perasaan kalian setelah membaca kedua cerita dari fic ini. Apa lucu, bikin kalian terharu, atau bikin gregetan karena sifat dari kedua karakter ini? Menurutku sendiri setelah membaca ulang, cerita STS lebih mengharukan, kalau yang ini lebih menyebalkan, bikin gregetan, bodoh, yah, walaupun ending-nya bahagia. Bayangin Keiichi-nya itu looh, imut-imut bangeet XD !

Hmm.. So, please tell me how your feeling about this fic, Review?

Salam: De

Thank you!